Laman

Sunday, October 9, 2011

Di Posong Aku Menantimu



Enam bulan lalu ketika saya melintasi jalan yang membelah Gunung Sindoro dan Sumbing  dari Temanggung menuju ke arah Wonosobo mendadak tertegun di pemberhentian desa Tlahap Kledung, ada sebuah papan penunjuk arah ke sebuah tempat yang sepertinya baru saya dengar, sudah beberapa lama saya tidak melewati jalan itu, pikir saya mumpung lagi berada disitu sekalian saya ingin menengok barang sejenak, juga untuk menuruti rasa penasaran "  Posong " apakah itu.
Menelusuri jalan desa Tlahap menuju lokasi sepanjang kurang lebih 3,50 Km dari jalan Temanggung  - Wonosobo disambut dengan keramahan khas masyarakat pedesaan di lembah Sindoro itu, murah senyum bahkan tak segan-segan meminta saya untuk mampir, kesempatan itu saya gunakan untuk bertanya dimana lokasi Posong itu. mereka dengan suka cita menunjukkan tempat yang ingin saya tuju.


Sepanjang jalan menuju lokasi pemandangan  yang saya lihat memang sudah menarik, hamparan ladang tembakau yang menghijau di kaki gunung Sindoro itu sudah menjadi suguhan tersendiri untuk dilihat, tak berapa lama sampailah saya.

Posong adalah dataran tinggi di punggung gunung Sindoro, yang sedang dikembangkan secara swasembada oleh masyarakat setempat, memang bukan isapan jempol belaka, panorama sangat indah terbentang di depan mata saya, andai saja dikelola secara sungguh-sungguh saya yakin akan menjadi obyek wisata yang menarik bagi penggemar traveling.

Namun untuk mencapai kearah itu masih banyak yang harus dikerjakan, pertama yang paling penting adalah pembangunan infrastruktur untuk akses masuk ke lokasi,  jaringan air bersih, tempat parkir wisatawan dengan kios-kios souvenir dan gardu pandang.

Posong bisa dikemas satu paket dalam desa wisata, suguhan makanan khas, atraksi kesenian lokal dan wahana lain seperti fasilitas out bond dan sebagainya, yang jelas apa  yang ditampilkan asal jangan sampai keluar dari konsep konservasi alam, karena apa yang disajikan memang fenomena alam.

Ada hal lain lagi yang menarik di sekitar Posong, yaitu pemandangan " Watu Kelir " berupa deretan tebing  batu sepanjang 400 M, dan juga " Watu Mlongso " yang merupakan sungai berdasar batu besar yang diyakini  terbentuk  dari hasil erupsi gunung Sindoro di masa purba.
Melihat fenomena alam yang menakjubkan tersebut memang membuatku betah dan ingin rasanya berlama-lama disana, apalagi menurut penduduk setempat sebaiknya saya menginap barang semalam, karena esok paginya ada lagi suguhan alam yang spektakuler, yaitu terbitnya matahari yang disaksikan dari ketinggian punggung Sindoro itu, katanya itulah paket utama wisata alam di Posong.



Posong ibarat gadis cantik yang baru bangun tidur, belum berdandan, coba kalau sudah berdandan dan merubah penampilan, siapapun pasti akan meliriknya, dan akan betah berlama-lama bersamanya, dan sedikit harapan saya semoga pihak PemKab, investor atau pihak manapun mau memfasilitasi Posong untuk berbenah diri, agar kecantikan watu kelir dan watu mlongso tidak mubazir ditelan kerimbunan semak, bisa menampakkan aura keindahannya sehingga banyak mengundang wisatawan yang nantinya berimbas pada tambahnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lembah Sindoro itu.
Sayang sekali waktu saya terbatas, karena harus melanjutkan perjalanan, maka dengan sangat terpaksa harus meninggalkan tempat indah itu, seorang gadis desa yang sangat mirip dengan bintang sinetron Indonesia tersenyum melambaikan tangan kearah saya, ketika berlalu dari Posong, seolah ia berkata " Di Posong aku menantimu "