Laman

Thursday, May 31, 2012

" Boyong Menoreh " Temanggung Memukau di Pesta Tari Rakyat Jateng




Kesenian memang lahir dari tradisi dan budaya masyarakat, sebagai refleksi dari kehidupan sosial, religi maupun ekonomi. Meskipun ada juga yang lahir dari karya seniman ketika menangkap fenomena dalam masyarakat dan alam sekitarnya.
Latar belakang apapun yang mengilhami karya seniman, selalu saja menggambarkan kebersamaan, gotong royong dan semangat guyup-rukun dalam kehidupan sosial masyarakat. ataupun harmoni dengan alam dan lingkungannya.
Setiap bentuk seni tari rakyat selalu menunjukkan nuansa kegembiraan, keceriaan dan optimisme menghadapi kehidupan.
Pendapa Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta ( TBS ) selama tiga hari ( 28-30 Mei ) telah menjadi telah menjadi ajang ekspresi para seniman-seniwati Jawa Tengah, yang terdiri dari 12 kelompok kesenian berbagai daerah dalam Pesta Seni Tari Rakyat 2012, mereka secara bergiliran menyajikan tari rakyat unggulan daerah masing-masing.
Sebagian besar kesenian yang diusung adalah garapan baru yang mempunyai akar kesenian rakyat yang berkembang di daerahnya. Empat bentuk tari rakyat menghibur di depan ratusan penonton yang memadati TBS pada hari pertama, diantaranya Tari Boyong Menoreh ( Temanggung), Tari Ngoser ( Purbalingga ), Tari Lembuseno ( Boyolali ) dan Tari Kretek ( Kudus ).

Sunday, May 27, 2012

Wayang dalam Teknologi Digital


Dari waktu ke waktu teknologi selalu memunculkan inovasi-inovasi baru, perkembangan teknologi sangat akseleratif seiring trend dan perkembangan zaman, teknologi memang mampu menciptakan sesuatu yang baru, dan bisa saja memodifikasi sesuatu yang bersifat tradisional menjadi lebih modern. Contohnya tiga sekawan anak muda kreatif  Mawan Sugiyanto, Rina Mardiana dan Dhiny ini telah mampu memodifikasi sebuah kesenian klasik warisan budaya bangsa yang baru-baru ini dinobatkan sebagai warisan mahakarya dunia seperti Wayang Kulit, seni bertutur ini oleh ketiga anak muda itu dihadirkan dalam format baru e-wayang ( wayang elektrik ), uniknya ketiganya adalah alumnus Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 2010 mereka mempresentasikan karyanya di hadapan sejumlah pejabat untuk mendukung sebuah penelitian tentang wayang yang sedang dilakukan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan lembaga Riset dan Teknologi, tidak hanya berhenti disitu saja ketiganya terus mengembangkan dan mempromosikan e-wayang di jejaring sosial seperti Facebook dan Wibsite.

Saturday, May 26, 2012

Tradisi Sadranan di Temanggung



Kokok ayam mengawali pagi seiring terbitnya matahari, di pagi yang dingin itu, warga desa Ngropoh telah berduyun-duyun membawa tenong dan bucu, menuju sebuah bukit kecil di pinggiran desa yang terdapat sebuah komplek pemakaman. Sudah menjadi tradisi turun-temurun yang lama berlangsung puluhan tahun, setiap setiap hari Jum'at Wage di bulan Rajab, warga setempat menggelar ritual sadranan.

Wednesday, May 23, 2012

Arsitek Candi Borobudur dan Prambanan adalah "Wong Temanggung"

Tulisan:  Gus Sroff  dalam " Temanggung Berdiskusi " 23 Mei 2012



Tulisan ini menyajikan pandangan lain tentang sepak terjang Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku, Raja Mataram Kuno dari “Temanggung” yang kadang terlupakan, karena tenggelam dalam kemasyhuran nama Raja Samaratungga, yang selama ini diketahui sebagai tokoh dibalik pembangunan Candi Borobudur. Padahal bukan tidak mungkin, sebenarnya justru Rakai Pikatanlah yang membangun Candi Borobudur, dan juga Candi Prambanan.
Sejarah yang kita ketahui sekarang, biasanya dikenal melalui tulisan orang pada jaman dahulu yang berupa prasasti atau peninggalan lain yang terkadang tidak lengkap, atau bahkan juga sangat tergantung pada tendensi atau tujuan si pembuat prasasti tersebut, misalnya saja demi kemasyhuran namanya, atau demi pengakuan dari rakyatnya. Sehingga untuk melengkapinya, arkeolog kadang memasukkan dugaan-dugaan atau perkiraan mereka, agar kisah pada masa lalu tersebut bisa memiliki benang merah, tak terkecuali kisah tentang Rakai Pikatan. Seorang Maharaja Mataram kuno, bekas Penguasa Watek Pikatan, suatu wilayah yang kini merupakan salah satu nama desa di Kabupaten Temanggung.

Launching Anthologi Puisi Mbeling


Dari Temanggung ke Jogja untuk menikmati akhir pekan, tersangkut di Bentara Budaya Jogja menyaksikan gelaran ekspresi para seniman, Kelompok Studi Sastra Bianglala (KSSB) dan Komunitas Danau Angsa (KDA) hari itu tengah hajatan meluncurkan anthologi puisi mbeling " Suara-suara yang Terpinggirkan ", sebagai apresiasi terhadap wasiat almarhum Heru Emka ( penyair Semarang ) yang meninggal awal Mei lalu, bahkan penyair Cunong Nunuk Suraja menyempatkan diri dari Bogor untuk mewakili menyampaikan pikiran Heru Emka sang penggerak sastra di jejaring sosial, keluarga Heru Emkapun dihadirkan dalam hajatan para penyair itu.
Hadir juga budayawan beken mantan rektor Undip Semarang Prof. Dr Eko Budihardjo, masih setia dengan gayanya yang khas  memberikan orasi budaya.
Sebuah buku setebal 364 halaman yang merangkum karya 57 penyair, menggambarkan betapa kembelingan para penyair bisa enak juga dinikmati, meski terkadang membuat kita mengerenyitkan dahi, kadang juga tesenyum dalam.

Saturday, May 19, 2012

Tim LPM UGM Meneliti Tanah Longsor Kedopokan Temanggung



Senin 7 Mei 2012, warga dusun Kedopokan desa Tlogopucang Kecamatan Kandangan yang berada di bawah sebuah perbukitan terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Karena di kawasan perbukitan yang mereka tinggali itu terjadi longsor,  muncul beberapa retakan tanah selebar 10 sampai dengan 30 centimeter sepanjang hingga 200 meter, kondisi tanahpun terus bergerak.
Beberapa rumah wargapun terpaksa dibongkar, karena tanah yang menyangga bangunan telah ambles, sehingga membahayakan penghuninya, beberapa warga setempat menuturkan bahwa malam sebelumnya tanah telah bergerak sebanyak dua kali, dan pagi harinya bergerak sangat keras, menimbulkan suara gemuruh yang membuat warga panik berlarian menyelamatkan diri.
Bantuan dari berbagai pihakpun mengalir ke Kedopokan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Temanggung langsung mendistribusikan logistik ke sejumlah Posko Pengungsian.
Fenomena tanah bergerak di Kedopokan tersebut mengundang Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Gajah Mada Yogyakarta untuk melakukan kajian dan penelitian, kajian dari hasil penelitian akan dijadikan salah satu bahan pijakan pengambilan kebijakan atas kondisi tanah di dusun tersebut.

Aksi Kepedulian untuk Situs Liyangan



Pekan ini Warga Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung menggelar aksi dengan bergotong-royong membersihkan Situs Liyangan. Kegiatan itu merupakan aksi kepedulian warga setempat terkait dengan keberadaan situs purbakala yang berada di desanya, kegiatan dilakukan untuk mengambil sisa-sisa material di lokasi bekas penambangan galian C yang ditutup oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung.

Kerajinan Bambu Cendani dari Celah Gunung Sindoro dan Gunung Prahu



Matahari baru saja terbit di ufuk timur, dengan sinar kuning keemasan, pagi masih dingin di sebuah daerah terpencil di celah gunung Sindoro dan gunung Prahu, namun masyarakat Desa Wates Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung telah sudah tampak sibuk, menyongsong sinar keemasan matahari pagi itu dengan penuh harapan, ada yang pergi ke sawah dan ladang , ada pula yang berangkat ke pasar membawa hasil bumi. 
Namun ada juga beberapa warga masyarakat yang memulai aktifitas pagi itu dengan kegiatan yang tidak seperti warga lainnya. Sekelompok warga desa yang tergabung dalam Gapoktan Gemah Ripah tengah memulai sebuah harapan baru,  tidak disangka di daerah terpencil itu telah tumbuh sekelompok pengrajin yang memproduksi aneka furniture dan handy craft dari Bambu Cendani.

Thursday, May 3, 2012

Dari Mata Air Jumprit Temanggung ke Borobudur



Dalam rangkaian peringatan Tri Suci Waisak 2556 BE tahun 2012 yang jatuh pada hari Minggu 6 Mei, pada hari Jumat 4 Mei telah dilakukan pengambilan air suci dari mata air sungai Progo Jumprit, pengambilan air suci ini dilakukan oleh para bhiku dan bhikuni dari berbagai Sangha.
Jumprit terletak di Kecamatan Ngadirejo, 26 km dari kota Temanggung, Jawa Tengah, Jumprit terletak pada ketinggian ±800 m dari permukaan laut, udara di tempat ini sangat sejuk dan airnya menyegarkan, itulah sebagian alasan kenapa pengambilan air suci dari Jumprit, mata air sungai Progo ini masih alami, bersih, higienis dan belum tercemar polusi. 
Di kawasan Jumprit selain sering dijadikan tempat ritual pengambilan air suci juga terdapat hutan wisata, serta tempat wisata spiritual, karena berdekatan dengan mata air itu terdapat sebuah petilasan Nujum Majapahit, atau lebih di kenal dengan nama Ki Ageng Jumrpit, banyak peziarah yang sering melakukan meditasi untuk memperoleh energi sipiritual atau keperluan-keperluan lain. Jumprit bisa dijangkau dari Wonosobo, Kendal dan Temanggung dengan mudah.

Wednesday, May 2, 2012

Tradisi Jemuah Pahingan di Masjid Menggoro Temanggung



Sebuah tradisi unik sejak dahulu hanya ada di Masjid Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung, tradisi yang bisa dijadikan Wisata Religi, yaitu Malam Jemuah Pahingan atau Malam Jum'at Pahing, pada malam itu banyak pengunjung yang datang ke desa yang berada di Lereng Gunung Sumbing ini, berdasarkan catatan pengurus Masjid dan informasi masyarakat setempat pengunjung yang datang kebanyakan dari luar kota seperti Kendal, Pekalongan, Wonosobo, Magelang, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, bahkan ada yang datang dari Jawa Barat dan Jawa Timur.