Laman

Thursday, May 31, 2012

" Boyong Menoreh " Temanggung Memukau di Pesta Tari Rakyat Jateng




Kesenian memang lahir dari tradisi dan budaya masyarakat, sebagai refleksi dari kehidupan sosial, religi maupun ekonomi. Meskipun ada juga yang lahir dari karya seniman ketika menangkap fenomena dalam masyarakat dan alam sekitarnya.
Latar belakang apapun yang mengilhami karya seniman, selalu saja menggambarkan kebersamaan, gotong royong dan semangat guyup-rukun dalam kehidupan sosial masyarakat. ataupun harmoni dengan alam dan lingkungannya.
Setiap bentuk seni tari rakyat selalu menunjukkan nuansa kegembiraan, keceriaan dan optimisme menghadapi kehidupan.
Pendapa Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta ( TBS ) selama tiga hari ( 28-30 Mei ) telah menjadi telah menjadi ajang ekspresi para seniman-seniwati Jawa Tengah, yang terdiri dari 12 kelompok kesenian berbagai daerah dalam Pesta Seni Tari Rakyat 2012, mereka secara bergiliran menyajikan tari rakyat unggulan daerah masing-masing.
Sebagian besar kesenian yang diusung adalah garapan baru yang mempunyai akar kesenian rakyat yang berkembang di daerahnya. Empat bentuk tari rakyat menghibur di depan ratusan penonton yang memadati TBS pada hari pertama, diantaranya Tari Boyong Menoreh ( Temanggung), Tari Ngoser ( Purbalingga ), Tari Lembuseno ( Boyolali ) dan Tari Kretek ( Kudus ).



Kabupaten Temanggung sebagai penghasil tembakau kali ini tidak menampilkan potensi pertanian unggulan itu, namun memilih sejarah perjuangan sebagai latar garapan tariannya. Boyong Menoreh tari yang menggambarkan sejarah boyongan Kadipaten Menoreh ke Temanggung. Setelah gugurnya Adipati Soemodilaga di Parakan dalam perang Diponegoro 1826, akibatnya Menoreh porak poranda dan diboyong ke Temanggung, karena kepercayaan yang berkembang pada waktu itu, ibukota yang telah diduduki musuh tidak memiliki kewibawaan lagi.
 
Boyong Menoreh mampu memukau penonton yang berjejal di TBS, terasa sekali dinamika, keceriaan, enerjik dan hingar bingar di pertunjukkan para seniman-seniwati dari Temanggung itu, cukup membanggakan juga.
Tari Lembuseno dari Boyolali terasa ada kemiripan dalam nuansa gerak tari, hanya berbeda dalam latar belakang cerita dan kostum.
Sajian Tari Ngoser dari Purbalingga berangkat dari kesenian rakyat lengger Banyumasan, erotisme dan sensualitas ditampilkan dalam kelenturan tubuh dan goyang pinggul sang penari.
Sementara Kudus yang identik dengan rokok kreteknya itu menampilkan sejumlah penari perempuan mengenakan kostum lurik coklat, dengan gerak lemah gemulai menunjukkan proses produksi rokok kretek tradisional, dengan latar belakang  penari laki-laki yang membawa umbul-umbul. 
Aplaus penontonpun gemuruh memenuhi TBS memberikan pujian kepada setiap penampil.
 
Hari berikutnya nuansa kerakyatan yang lebih menujukkan semangat anak muda disuguhkan Semarang pada Tari Topeng, sekitar 30 penari perempuan dan laki-laki membuat komposisi gerak dengan memainkan topeng yang tidak dipakai di wajah, gebyar busana yang berkilau mewarnai tarian ini menjadi indah.
Penampil lain dari Klaten mempertunjukkan Tari Luyung ( Lurik dan Payung ), keceriaan penari dengan busana  lurik kebanggan Klaten, begerak lincah dan enerjik sambil memainkan payung.

Pengamat seni ST Wiyono SKar mengatakan bahwa beberapa daerah yang unjuk kebolehan telah mampu menunjukkan kualitas karya seninya, dan komitmennya melestarikan akar seni tradisi dan budaya turun temurun dari nenek moyangnya. Namun ada juga daerah yang menampilkan tarian yang tidak berakar dari seni daerahnya, seperti Tari Jipin bernuansa Timur Tengah yang diiringi musik rebana dengan lagu-lagu bersyair religius, demikian juga Tari Marahod yang merupakan gabungan dari tari Hadrah dan Marawis ( negeri asal Yaman ), di daerah pesisir utara tari ini memang sering ditampilkan pada perayaan perkawinan, khitanan, maulud Nabi dan acara keagamaan lainnya. 
Akhir dari Pesta Tari Rakyat Jawa Tengah ini, tersirat harapan besar, yaitu lestarinya akar seni dan budaya daerah, di tengah gencarnya serangan budaya asing, setidaknya untuk kelangsungan eksistensi para seniman dan seniwati daerah agar bisa terus bertahan dan selalu melahirkan karya-karya yang indah untuk mewarnai kekayaan seni budaya negeri tercinta Indonesia.