Laman

Tuesday, June 5, 2012

Sebuah Renungan di Hari Lingkungan Hidup ( part 1 )

6 Juni 2012


 
Sejak revolusi industri pada abad ke-18, bangsa-bangsa di dunia dalam mengejar pertumbuhan ekonominya, dan membangun negerinya melakukan cara-cara yang tidak benar. Ada kesalahan, ada kecerobohan, ada keserakahan di dalam menggunakan sumber-sumber kehidupan, akibatnya terjadilah kerusakan lingkungan. Itu realitas masa kini akibat apa yang dilakukan oleh umat manusia di masa lalu.

Apa yang akan terjadi ke depan, 30 tahun mendatang, keadaannya akan sungguh rawan dan bisa berbahaya. Mengapa? Penduduk dunia sekarang ini jumlahnya 7 miliar, akan meningkat menjadi 9 miliar manusia dalam waktu sekitar 30 tahun mendatang. Sampai ke era itu, masa itu diperlukan tambahan sumber pangan 70% dari yang ada sekarang ini, kebutuhan energi juga antara 60-70% dari yang kita konsumsi sekarang ini, di situlah persoalannya.

Dengan lingkungan yang sebagian telah rusak seperti ini sangat tidak mudah untuk meningkatkan produksi pangan 70% dari sekarang. Demikian yang dikatakan pakar yang mengerti tentang agriculture, tentang food security.
Untuk memenuhi 60% kebutuhan energi, telah  menguras begitu saja minyak, gas, dan batubara, maka yang terjadi adalah kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi karena mengganggu iklim akan menimbulkan perubahan iklim dan pemanasan global, climate change and global warming.
Solusinya 7 miliar manusia harus sungguh sadar dan bekerja keras, serta cerdas mulai sekarang, tidak menunggu esok untuk betul-betul bersama-sama menyelamatkan lingkungan kita. Caranya tidak sulit sebetulnya, teorinya, tetapi implementasinya memerlukan kesungguhan yang luar biasa. 
 


Pertama, gaya hidup masyarakat-masyarakat di negara mana pun itu mesti berubah. Harus lebih hemat dan efisien. Banyak yang sekarang mengkonsumsi pangan, energi, itu berboros-boros, berlebih-lebihan sehingga istilahnya not need, bukan need tapi greed, yang tidak diperlukan, berlebihan, keserakahan. Penggunaan energy yang begitu saja, tidak hemat listrik, tidak hemat bahan bakar, tidak hemat sumber-sumber energi yang sesungguhnya tidak terbarukan. Budaya merusak, menebang pohon seenaknya, Ini gaya hidup yang harus  diubah, menjadi budaya menanam daripada budaya menebang dalam arti merusak. 
 
Yang kedua, negara dan pemerintah mana pun, termasuk negara dan pemerintahan kita harus memiliki kebijakan lingkungan yang baik, serius di dalam memelihara lingkungannya, reward and punishment harus diberikan. menghukum mereka yang lalai, yang merusak lingkungan dengan ketentuan yang ada.

Yang ketiga, solusi lain adalah teknologi dan inovasi. Kalau lahan untuk pertanian sudah terbatas, tidak bisa membuka hutan untuk pertanian, gunakan teknologi, inovasi agar dengan research and development, tidak perlu membabat hutan, tidak perlu mencari tanah atau lahan baru. 
Energi terbarukan, kalau minyak, gas dan batubara akan habis dan kalau sekarang menggunakannya asal-asalan juga lingkungan rusak, gunakan teknologi untuk mengembangkan energi terbarukan. Kalau transportasi yang boros itu memakan, meminum BBM berlebih-lebihan, teknologi harus menghadirkan transportasi yang hemat BBM, syukur-syukur listrik. Pabrik-pabrik yang boros BBM juga dibikin lebih hemat dan lain-lain, itu juga kontribusi teknologi.  energy security, food security, water sustainability, termasuk kontribusi teknologi dan inovasi.
  
Solusi global, adalah solusi bersama dengan kerja sama dan kemitraan yang efektif antar bangsa, antar negara. Seperti yang telah diketahui bersmana bahwa dalam menghadapi climate change, negara maju, negara berkembang, harus menganut prinsip common. Jadi semua bertanggung jawab. Differentiated responsibility, dan  respective capability sesuai dengan kemampuannya.

Negara yang maju, yang kaya tentu juga harus berkontribusi lebih banyak dibandingkan negara yang miskin, yang belum maju. Perlu juga teknologi, techology sharing, Demikian juga financial support, negara yang punya sumber finansial yang besar, punya kepentingan agar lingkungan dunianya baik, dia juga ikut membantu bagi negara yang memerlukan bantuan. Itulah sebetulnya kerja sama dan kemitraan global yang diharapkan, betul-betul adil, betul-betul fair dan betul-betul menjadi bagian dari solusi.