Laman

Tuesday, October 16, 2012

Guinness World Records untuk Cinta Rama dan Shinta


Lembaran kisah cinta sejati yang indah mengawali asmara antara Putra Mahkota Tampan dari Negeri Ayodya bernama Rama Wijaya dengan Putri Raja jelita dari Negeri Manthili bernama Dewi Shinta. Rajut asmara bertaut dari kedua remaja itu saat Rama memenangkan sayembara atas Shinta yang di adakan Prabu Janaka ayahanda Shinta, dan Ramapun meminang cinta Shinta.
Namun malapetaka menginginkan Rama terpisah dengan Shinta, Prabu Rahwana Raja Alengka  yang sedang gandrung menculik Shinta untuk diperisteri. Dalam cengkraman raja raseksa itu Shinta teguh mempertahankan cinta sucinya. 
Sayangnya Rama sangsi atas kesucian cinta Shinta, ketika Rama berhasil mengalahkan Rahwana, Shinta ditolak kerinduannya bertemu Rama. Untuk membuktikan kesucian cintanya Shinta menceburkan diri dalam kobaran api, karena kebenaran atas cinta sejatinya Shinta ditolong Dewi Api. Akhirnya Rama menerima cinta sejati Shinta, dan cintapun bersinggasana di atas mahkota kerajaan Ayodya.
Kisah cinta ini menginspirasi pementasan Sendratari Ramayana bertajuk " Api Suci " yang digelar di pelataran Candi Prambanan.


Sendratari ini telah menghiasi pelataran Candi Prambanan sejak tahun 1961 hingga 2012, tercatat sudah 51 tahun, eksistensi paling lama dalam sebuah pertunjukan seni di dunia. Sendratari Ramayana memang pertunjukan spektakuler sepanjang sejarah, betapa tidak, untuk menggelar pementasan itu didukung oleh pemain terbanyak di dunia, yakni 310 penari mulai dari anak-anak, remaja dan penari dewasa, mereka  terdiri atas 12 penari utama, 82 penari putri, 9 penari sesaji, 17 penari raseksi, 32 penari Shinta, 70 penari api, 60 penari wanara,  40 penari raseksa dan 30 pengrawit, eksis di setiap pementasan yang selalu mengundang decak kagum penonton.

Tentu saja hal ini membuat lembaga rekor dunia seperti Guinnes World Records, melalui Client Service Director, Lucia Sini Gagliesi menganugrahkan sertifikat rekor dunia kepada Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Baka Purnomo Siswoprasetyo pada Penutupan Festival Ramayana Tingkat Nasional, Senin 15 Oktober 2012. 
Sebuah prestasi yang menggembirakan, karena dengan sandangan Guinnes World Records ini, Sendratari Ramayana akan banyak dikenal dunia, sekaligus akan mengundang wisatawan dunia untuk mengunjungi Indonesia, khususnya di Candi Prambanan. Seperti dikatakan Purnomo " Upaya pemecahan rekor ini dilakukan supaya seni tradisi kita bisa dikenal dunia internasional "

Sutradara Api Suci sekaligus pembina Sendratari Ramayana Prof. Timbul Haryono yang saya temui saat itu mengatakan bahwa, penghargaan tersebut merupakan  pendorong bagi seniman untuk terus menjaga kualitas dan eksistensi dalam melestarikan Sendratari Ramayana. 
" Pengakuan dunia atas seni tradisi ini bagi generasi muda ini bisa menjadi dorongan untuk mencintai budaya mereka sendiri " direktur Prodi Seni Pertunjukan Sekolah Pascasarjana UGM ikut menambahkan.
Selanjutnya Timbul mengatakan bahwa, persiapan pementasan Api Suci ini berlangsung sejak dua bulan lalu, para pemain terdiri atas warga sekitar Candi Prambanan, Episode Api Suci dipilih agar dapat mengakomodasi jumlah penari yang banyak dalam satu panggung.
Episode Api Suci adalah bagian akhir dari puncak cerita Ramayana, memang dalam episode ini melibatkan banyak tokoh, sehingga dapat memberikan kesan kolosal dan spektakuler, untuk itulah keagungan cerita Api Suci dipilih dalam pementasan.

Nah !, satu lagi prestasi anak bangsa di kancah internasional yang patut dibanggakan, memang menyaksikan Sendratari Ramayana tiada kata lain selain rasa takjub dan kekaguman atas keindahan gerak tari dan keagungan pagelaran akbar seni budaya negeri ini. Sesungguhnya seni budaya kita sangat bagus, hal itu sudah diakui dunia, Guinnes World Records hanyalah sebuah bukti formal, mengapa justru kita berpaling kepada seni budaya manca negara yang tidak sesuai dengan adat ketimuran kita, seringkali kita berteriak-teriak protes kalau seni budaya kita diklaim oleh bangsa lain, sementara itu kita mengabaikan seni budaya itu sendiri, SUNGGUH IRONIS.