Laman

Saturday, March 16, 2013

Asyiknya Nonton Bareng Wayang Potehi


Sudah lama sekali tidak pernah nonton Wayang Potehi, memang kesenian etnis Tionghoa ini seperti lenyap ditelan zaman sejak tahun 1961. Makanya ketika ada informasi bahwa di depan Tempat Ibadah Tri Dharma Sakti ( TITD ) Cahaya Sakti Kong Ling Bio Temanggung akan digelar pertunjukan Wayang Potehi, Rabu malam ( 13/03/2013 ) warga Temanggung berbondong-bondong ke tempat pagelaran. Udara dingin khas Temanggung tak menyurutkan niat untuk menyaksikan tontonan langka tersebut.
Wayang Potehi untuk kali pertama diadakan setelah terakhir dipentaskan di Kelenteng Kong Ling Bio ini pada tahun 1961 lalu, sehingga wajarlah jika wayang etnis Tionghoa ini menyedot animo masyarakat Temanggung yang dikenal menaruh apresiasi besar terhadap seni budaya. 

Ketua TITD Kong Ling Bio, Edwin Nugraha, mengatakan , digelarnya Wayang Potehi ini dalam rangka untuk memperingati ulang tahun Kongco Hok Tek Tjien Sien, sekaligus mengobati kerinduan masyarakat Temanggung terhadap kesenian yang menarik yang datang dari negeri China ini.
Tidak lupa dalam pementasanpun diselipkan pesan-pesan persatuan, persaudaran tanpa membedakan etnis maupun golongan. Dengan kesenian ternyata mampu menyatukan perbedaan, semua menyatu dalam harmoni falsafah negeri Bhinneka Tunggal Ika, dalam semangat " pluralisme " seperti yang digaungkan tokoh nasional KH Abdulrahman Wahid ( Gus Dur ).
Seperti kerukunan kebersamaan yang tampak diantara penonton berbagai etnis, asyik menikmati alur cerita klasik Tiong hoa di depan kelenteng Hok Tek Tjien Sien, dalam balutan jaket dan pakian tebal di udara malam yang dingin menggigit tulang.
Uniknya, dalang Wayang Potehi ini adalah warga keturunan Jawa bukan dari etnis Tionghoa, Widodo dalang asal Blitar Jawa Timur ini nampak sangat mahir memainkan wayang, beberapa adegan laga seperti silat dengan luwes ia mainkan, begitu juga cerita Lou Thong Sau Pak dan Sien Jien Kwi yang ia lakonkan mengalir dengan indah.

"Wah menarik dan asyik sekali, karena saya baru pertama kali melihat, dulu hanya dengar cerita dari orang tua saja, baru sekarang bisa melihat sendiri, saya sengaja mengajak anak-anak supaya tahu" ujar Muh Arief ( 35 th ), salah seorang penonton "Sekilas hampir sama seperti wayang golek, atau lebih mirip boneka Unyil, yang membedakan bentuk boneka, kostum, musik pengiring dan setting panggungnya, ceritanya saya kira dari legenda klasik Tionghoa, bagus juga"
Sementara itu Edwin Nugraha menambahkan keterangannya "Sebelumnya kami telah melakukan persembahyangan dalam rangka memperingati ulang tahun Kongco, dan Kongco menerima persembahan kami untuk mengadakan pentas Wayang Potehi yang terakihr ada tahun 1961. Dulu setiap tahun pasti diadakan, tapi setelah itu kami tak bisa melanjutkan lagi karena sesuatu dan lain hal, tak usah kita sebutkan semua sudah tahu sendiri era pada waktu itu, sekarang di era reformasi ini baru diberikan keleluasaan, semoga ini bisa membawa kebaikan untuk kita semua" katanya.   
Dan ketika saya tanya kemungkinan tahun mendatang untuk kembali mementaskannya, karena animo masyarakat sebegitu baiknya, Edwin hanya tersenyum "Kita lihat situasinya tahun besok, sekiranya memungkinkan apa salahnya, diadakan lagi"