Laman

Tuesday, March 12, 2013

Ketika Musim Duren Tiba


Tidak sampai seperempat jam untuk sampai ke Desa Ngropoh, lebih cepat dari saat kami memilah-milih durian di Pasar Pon Kranggan Temanggung, ternyata di pasar itu tak juga mendapatkan durian yang kami inginkan. Lalu kami memutuskan langsung ke desa Ngropoh Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, salah satu desa sentra penghasil durian unggulan di Temanggung, dari Pasar Pon Kranggan kami menuju ke arah timur melewati jalan desa lebih kurang  3 kilometer, sampai di pertigaan Desa Pendowo mengambil arah ke kanan.
Cuma jalan yang kami lalui kali ini lebih kecil dari sebelumnya dan disana-sini telah berlobang, jadi ketika mobil kami berpapasan terpaksa harus rela minggir dulu merapat ke tebing. Namun setelah melalui perjuangan yang tak seberapa lama kamipun melewati sebuah Tugu Durian, yang merupakan ikon desa penghasil buah yang satu ini.
Sebetulnya saya tidak punya rencana ke desa ini, tapi demi seorang teman luar kota yang penasaran dengan Durian Ngropoh, maka saya bela-belain mengantarkan dia mendapatkan durian ke habitat aslinya, DURIAN NGROPOH.
Kebetulan saja saya punya kenalan yang tak lain adalah Kepala Desa Ngropoh, Sunarwoto namanya, maka kami langsung menuju ke rumah kenalan saya itu. Dengan suka cita Mas Sunarwoto ini mengantar ke Pak Waluyo pemilik kebun durian yang kebetulan juga Ketua Kelompok Tani " Biso Mukti ", yang memang selama ini mengembangkan durian veritas lokal kebanggaan Temanggung.
Senang juga melihat teman luar kota saya ini begitu antusias mengikuti Pak Waluyo menuju kebun durian miliknya, tidak sia-sia dia datang berlibur dari ibukota, memetik buah langsung dari kebun baginya merupakan rekreasi yang tak pernah didapatkan di Jakarta. Apalagi durian milik Pak Waluyo yang akan dipetik kali ini adalah durian pilihan yang akan dikonsumsi sendiri, tapi demi teman saya tersebut Pak Waluyo terpaksa merelakannya, " Kasihan sudah jauh-jauh datang kalau tidak mendapat yang diinginkannya " kata Pak Waluyo.


Kamipun berempat mengambil tempat di sebuah gubug kayu, lalu Pak Waluyo membelah beberapa buah untuk kami nikmati bersama-sama, asyik juga melahap durian kualitas terbaik dalam kesejukan udara perkebunan, sesekali terdengar kicau burung Derkuku liar bertalu-talu.
" Sayang sekali panjenengan ( anda ) datang saat musim hujan, kalau musim panas rasanya lebih enak dan manis dari yang ini, lagi pula panenan saat ini tak sebanyak tahun lalu " kata Pak Waluyo " Hal itu karena dipengaruhi curah hujan yang tinggi pada saat berbunga, sehingga banyak yang rontok dan gagal berbuah "
Mas Sunarwoto sang Kadespun ikut menjelaskan bahwa, tahun kemarin 2012 untuk pohon durian besar bisa menghasilkan 1.000 durian, namun tahun 2013 ini paling hanya sekitar 400an, bahkan kurang dari jumlah tersebut, jika diprosentase turun 60 %. Mendengar penuturan Pak Kades jadi nggak enak hati serba salah juga menikmati durian simpanan Pak Waluyo ini, tapi tak apalah ini demi untuk mengobati rasa penasaran teman saya ini.
 
Selain rontok saat berbunga, curah hujan yang terlalu tinggi juga berpengaruh pada bakal buah yang ikut rontok pula, tentu saja hal ini mengurangi produksi buah. Menurut Mas Sunarwoto, petani tak dapat berbuat apa-apa menghadapi cuaca yang kurang menguntungkan tersebut. Memang kondisi cuaca sering di luar perkiraan, sehingga petani tak dapat mengantisipasi.
" Bagi petani, memang tidak mudah untuk menghadapi situasi alam, yang terkadang setiap tahun tidak selalu sama seperti saat ini " ungkapnya
Dikatakan pula, dengan berkurangnya produksi durian tersebut, maka pendapatan petani otomatis berkurang. Sebagai contoh di tahun 2012 lalu tebasan ( borongan ) sebuah pohon durian besar mencapai Rp. 6 juta, sekarang hanya Rp. 2 juta.
" Kalau harga durian perbiji masih sama seperti tahun lalu, yakni rata-rata berkisar antara Rp. 10 ribu hingga Rp. 50 ribu perbuah, tergantung besar kecilnya " tambahnya
" Murah sekali harga disini, di Jakarta mana boleh " bisik teman saya lirih di telinga, terkejut dengan keterangan Pak Kades.

Lebih lanjut Kepala Desa Ngropoh itu menjelaskan, populasi durian Ngropoh yang siap panen lebih kurang 8.000 pohon, dan seluruhnya dikelola para petani. Menurutnya budidaya durian selama ini menjadi andalan warganya, karena Durian Ngropoh selain laku keras di pasaran, juga menjanjikan pendapatan besar bagi petani setiap panen.
" Setiap musim panen, banyak warga maupun pedagang yang berdatangan guna membeli durian Ngropoh yang terkenal karena buahnya enak dan tebal. Hal ini berdampak untuk peningkatan kesejahteraan warga " ujarnya.
Diungkapkan pula, buah durian telah menjadi ikon Desa Ngropoh. Karena itu pihaknya terus berupaya untuk mempertahankan dan mengembangkan aset warga yang berharga ini. Selain mempertahankan eksistensi durian Ngropoh sebagai veietas lokal, saat ini juga tengah mencoba mengembangkan jenis lain seperti durian Montong dan Petruk.
Untuk diversifikasi tanaman perkebunan petani juga mulai mengembangkan tanaman lain seperti Petai dan Manggis, " Kami berharap dalam beberapa tahun mendatang tanaman-tanaman tersebut sudah berbuah, sehingga hasilnya segera dinikmati " tambahnya.
Tak terasa sudah beberapa buah kami nikmati, tinggal kulit yang teronggok di balai-balai gubug kayu. Pak Waluyopun sudah menyiapkan durian lain untuk kami bawa pulang, isi dompetpun harus berpindah ke tangan Pak Waluyo, tiada kata sesal untuk nikmatnya Durian Ngropoh ini. Semoga tahun depan bisa panen raya, " Durian Ngropoh memang MAK NYUUSS "