Laman

Tuesday, March 12, 2013

Sisa Peradaban Megalitikum di Wonoboyo ?


Temanggung, Selasa ( 12/03/2013 ), setengah bulan yang lalu Sujadi (43 th) warga Dusun Bantengan, Desa Ke­bonsari, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung, menemukan lima batu aneh ketika mencangkul ladang jagungnya, bermula saat mata cangkulnya mengenai benda keras, setelah digali semakin dalam ia mendapatkan beberapa batuan, diperkirakan merupakan peninggalan zaman megalitikum.
” Memang benar waktu Mas Jadi mencangkul tanah di ladangnya yang akan ditanami jagung tiba-tiba cangkulnya membentur batu. Setelah diamati ternyata sebuah batu dengan bentuk aneh. Dia kemudian melaporkan kepada perangkat desa,” ujar Wagiyah (42 th), warga Dusun Bantengan se desa dengan Sujadi.
Penemuan batu unik itu menyebar dari mulut ke mulut, mengundang warga berdatagan ingin menyaksikan batuan yang tak lazim tersebut. Untuk mencapai tempat penemuan tersebut tidak terlalu sulit, karena ladang jagung milik Sujadi berada di tepi jalan desa yang menghubungkan Desa Kebonsari Kecamatan Wonoboyo dengan Desa Nglorog Kecamatan Candiroto. 
Kalau kita masuk melalui pertigaan kota Kecamatan Wonoboyo, ambillah arah kiri, dari pertigaan tersebut hanya sekitar 2 kilometer. Sedangkan kalau kita masuk dari Pertigaan Muntung Kecamatan Ngadirejo, ke arah kiri, sampai perempatan belok ke kanan masuk Desa Nglorog kurang lebih 3 kilometer akan sampai di tempat tujuan.  


Batu temuan Sujadi itu memang tak seperti batu lain yang lazim di sekitarnya, bentuknya pipih  halus seperti hasil pahatan manusia dengan lekukan dalam di bagian tengahnya. Tak banyak yang tahu apa fungsi batu tersebut di masa lalu, karena bentuknya terlalu aneh dan berada jauh dari permukiman, sehingga keberadaannya sampai kini masih menjadi teka-teki dan misteri.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga ( Disbudparpora ), Kabupaten Temanggung, Bekti Prijono membenarkan adanya penemuan batu kuno tersebut. Menurutnya dilakukan penelitian awal oleh Waluyo, sarjana Arkeologi yang berdinas di Disbudparpora , darinya dilaporkan bahwa keseluruhan batuan yang ditemukan Sujadi ada lima:
- Batu pertama berupa lempengan sepanjang 150 cm, tinggi 100 cm. 
- Batu kedua berbentuk men­de­kati bulat dan pada bagian atasnya terdapat tanda-tanda telah terpotong. 
- Batu ketiga diduga merupakan bagian pangkal dari batu kedua yang telah terpotong.
- Batu keempat berbentuk segitiga siku-siku diduga merupakan pecahan dari batu pertama.
- Batu kelima berbentuk bulat, namun belum dapat diketahui apa hubungannya dengan batuan lain yang telah ditemukan di lahan pertanian tersebut.


” Diduga batuan berbentuk bulat dan panjang merupakan batuan menhir dari kebudayaan megalitikum (zaman prasejarah). Kalau batuan berbentuk lempeng diduga merupakan bagian dari peti kubur yang lazim digunakan pada masa itu ” jelasnya.
Untuk penelitian lanjutan Disbudparpora Kabupaten Temanggung telah berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah dan Balai Arkeologi Yogyakarta, dua instansi tersebut merupakan lembaga resmi negara yang berwenang melakukan penelitian. Namun sampai dengan saat penulisan ini menurut Sujadi belum ada dari Balai Pelestarian Cagar Budaya maupun Balai Arkeologi yang datang di lokasi.
Tentu saja masyarakat sangat berharap adanya penelitian lebih lanjut dengan penemuan benda aneh tersebut, setidaknya dari hasil penelitian itu masyarakat akan mengetahui sejarah peradaban nenek moyangnya di masa lalu.