Saturday, March 16, 2013

Kisah Bawang Putih dan Bawang Merah

Masih ingatkah dongeng Si Bawang Putih dan Si Bawang Merah yang sering membuat kita menangis mendengarnya saat masih kecil, sekarang seperti terjadi dalam kehidupan sehari-hari, rasanya ingin menangis mendengar rakyat kecil menjerit, tercekik oleh naiknya harga Bawang Putih maupun Bawang Merah. Bagaimana mungkin tidak ironis, bukankah Indonesia adalah negara agraris, sementara komoditas hasil pertanian tersebut manjadi langka di negeri yang subur ini.
Lalu timbul kecurigaan dalam benak ini, jangan-jangan ini hanyalah permainan para cukong besar macam importir barang komoditas pertanian. Belum hilang dari ingatan slogan-slogan pemerintah untuk mengajak rakyatnya berswasembada pangan, nyatanya banyak impor produksi pertanian bisa masuk negeri agraris ini  dengan mulusnya seakan tanpa beban dosa terhadap petani kita. 



Kecurigaan ini menjadi berlebihan, ketika bawang hasil produksi pertanian dalam negeri mendadak hilang di pasar, jangan-jangan lagi barang dalam negeri ini sengaja dimusnahkan para pengusaha besar, cukong  atupun tengkulak. Karena Kementrian Perdagangan telah memberi sinyal akan membuka izin impor bawang putih 135.000 ton, yang akan masuk satu sampai dua minggu ke depan, SPI ( Surat Persetujuan Impor ) sudah keluar. Alasan Dirjen Perdagangan Luar negeri Bachrul Chairi hal itu akan dapat menurunkan harga bawang akhir-akhir ini, bahkan semester I tahun depan akan datang lagi 160.000 ton.
Jelas sekali kita dapat menduga siapa yang akan diuntungkan, tentu saja bukan petani dalam negeri, melainkan para pengusaha besar seperti para importir, realisasi impor dan verifikasi order barang masuk sudah ada di tangan mereka, tinggal tekan tombol dan bawang akan membanjir masuk menenggelamkan para petani kita. 
Lagi-lagi kecurigaan menjadi tak terbantahkan lagi ketika di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tertahan 531 kontainer berisi komoditas holtikultura dan 332 kotainer diantaranya Bawang Putih, kini tengah diverifikasi perizinannya, yakni Importir Terdaftar ( IT ), SPI, dan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura ( RIPH ) atas barang tersebut. 
" Senin ( 18/03/2013 ) insya Allah semua dokumen sudah beres. Ada 10.900 ton dari 11 importir yang siap lolos " kata Bachrul Chairi, bahkan tahun ini Kementrian Pertanian memberikan kuota impor bawang putih 320.000 ton, dibagi dua periode, semester I dan semester II masing-masing 160.000 ton. 

Kini tinggal petani kita yang menangis karena hasil produksi pertaniannya terhempas oleh barang impor, yang menyedihkan lagi ketika proses drama kudeta perdagangan besar ini berlangsung, rakyat kecil harus berurai air mata dengan mahalnya harga bawang di pasar-pasar tradisional.
Seiring langkanya bawang putih dan bawang merah, hargapun melonjak tajam menembus angka Rp 60 ribu, di Pasar Kliwon Rejo Amertani Temanggung saat ini Sabtu ( 16/03/2013 ), bawang putih jenis Kating antara Rp. 55 ribu - Rp. 60 ribu/ Kg, bawang putih Cincau Rp. 50 ribu - Rp. 55 ribu/kg, bawang putih lokal Rp. 40 ribu, sedangkan bawang merah kualitas super Rp. 45 ribu - Rp. 55 ribu/Kg.
Sepertinya rakyat kecil tak boleh makan enak dengan bumbu yang sedap semacam bawang, bayangkan, bagi seorang buruh bangunan dengan upah perhari Rp. 30 ribu perhari, mana mungkin akan membeli bawang sebegitu mahalnya, sementara untuk membeli beras, sayuran, lauk-pauk, apalagi susu dan untuk biaya sekolah anak, kayaknya tidak bakal nyampai dengan uang sejumlah itu. Lalu harus dikemanakan slogan 4 sehat 5 sempurna, agaknya kurang berlaku bagi rakyat kecil.

Tangisan yang sama juga terdengar dari pedagang pasar yang tiba-tiba omset dagangannya menurun tajam, ketika harga bawang dagangannya melonjak naik, " Biasanya sehari bisa laku 10 Kg sekarang laku 3 Kg saja belum tentu, bisanya setiap orang membeli paling tidak 1 Kg, sekarang hanya seperempat bahkan rata-rata 1 Ons " kata Mbok Waliyah ( 45 th ) penjual bawang.
Begitu juga imbasnya ke pedagang makanan, mereka harus serba salah mensikapi kenaikan harga bawang merah dan bawang putih sebagai bumbu utama masakannya, " Saya jadi serba salah kalau mengurangi bumbu jelas rasa masakan akan berkurang, nanti ditinggal pembeli, maka pilihannya adalah menaikkan harga nasi sayur dari Rp. 2.500 menjadi Rp. 3.000 - Rp. 4.000 perporsi, repotnya setelah saya naikkan pembeli berpindah ke tempat lain " keluh Mbak Lastri ( 42 th ) penjual nasi sayur di Pasar Kliwon Rejo Amertani Temanggung. " Mbok ya tolong tho Mas, sampaikan kepada Bapak Pejabat yang di atas sana, supaya harga bahan  pangan kalau bisa diturunkan, jangan membuat susah orang kecil  " tambah Mbak Lastri yang berurai air mata ketika mengupas bawang merah. E..lha..dhalah... ternyata kisah Bawang Putih dan Bawang Merah masih tetap up to date dan tak henti-hentinya menguras air mata.