Laman

Sunday, May 19, 2013

Setan Jengkiling ( Part 2 )


Untuk menjawab keberatan dari seorang kawan dengan akun "Solusi Kebebasan Finansial" pada cerita Setan Jengkiling yang dimuat di blog ini pada Agustus 2011, berikut ini saya copy paste cerita yang sama dari buku " Kesaksian Progo " Kisah Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950, terbitan Pemda Tk II Kab. Temanggung, cetakan pertama 1996. Dan tulisan di Majalah Gema Bhumi Phala Edisi Khusus Nopember 2009. Sebenarnya Subtansi maupun Esensi dari cerita tersebut sama dengan yang saya tulis, hanya beda gaya penuturan saja, memang bukanlah sebuah karya intelektual kalau hanya copy paste seperti ini, namun demi kepuasan publik hal ini harus saya lakukan. Semoga semua berkenan, atau mungkin "Solusi Kebebasan Finansial" dapat menyumbangkan tulisan yang sama dengan versi anda, kami sangat berterima kasih.  " Memuaskan atau tidak itulah The Lost Ark ".

Monday, April 15, 2013

Ruwat Rigen di Lereng Sumbing - Sindoro


Kledung, Sabtu ( 13/ 04/ 2013 ), Sebuah pagi berkabut di lereng Sumbing - Sindoro, udara masih dingin menusuk tulang, namun di sepanjang jalan raya Parakan - Wonosobo ada sebuah keramaian. Ratusan petani tembakau dari 13 desa, tampak berarak menuju Rest Area yang berada di tepi jalan tersebut, dengan berpakaian adat Jawa mereka membawa rigen ( alat penjemur tembakau ) yang dihias sedemikian rupa, diiringi beberapa kelompok kesenian. Tentu saja peristiwa ini tidak dilewatkan begitu saja oleh para pengguna jalan yang kebetulan lewat disitu, sedikit kemacetan yang ditimbulkanpun menjadi tidak masalah bagi mereka, malah-malah diantara pengguna jalan tersebut banyak yang turun dari mobilnya untuk mengabadikan moment langka itu.
Memang hari itu para petani tembakau dari lereng dua gunung Sumbing dan Sindoro tengah menggelar ruwatan akbar, yaitu Ruwat Rigen. Sebenarnya acara telah dilakukan beberapa jam sebelumnya, yaitu dimulai dengan pengambilan air di Sendang Kamulyan. Setelah melakukan do'a bersama yang dibimbing oleh sesepuh desa, lalu dilanjutkan dengan membasuh rigen di sendang tersebut. Selanjutnya dilakukan kirab menuju Rest Area Kledung, tidak ketinggalan segala uba rampe seperti gunungan hasil bumi menjadi bagian tak terpisahkan dalam acara itu.

Monday, March 25, 2013

Menangislah Selagi Gratis



Lihatlah airmataku
Ya Tuhan Yang Maha Pengasih
Bercerita tentang duka
Dan kehancuran

Setiap tetes mengandung arti
Dari derita yang menekan
Tlah lama aku mencoba
Namun tak mampu jua

Tuhan tolong hapuskan airmataku
Tiada satupun yang dapat melakukannya
Dari derita ini
Dari dalamnya dosa
Hanya Engkau Yang Kuasa
Menghentikan setiap tetes airmata
Menghentikan setiap tetes airmata

Lihatlah airmataku
Berderai penuh kepedihan
Kucoba tuk mengehentikannya 
Namun tak mampu jua

Sebuah lyrik lagu "Lihat Air Mata" yang dipopulerkan oleh penyanyi Grace Simon pada era 80an, lagu yang sentimentil, melankolis, ungkapan dari sebuah perasaan tak berdaya. Memang dalam keadaan tidak berdaya, emosi yang keluar biasanya lebih terasa plong bila diungkapkan dengan tangis. Tangisan dan mengeluarkan airmata bukan hanya monopoly kaum perempuan, kaum lelakipun kadang juga bisa menangis, meskipun sementara pendapat bahwa menangis selalu diidentikkan dengan kaum Hawa, sebuah mitos menyebutkan bahwa kaum perempuan memang ditakdirkan sebagai mahluk yang melankolis dan mudah menangis. Terlebih saat merasa sebal, galau, terharu, sedih dan sebagainya, bahkan tertawapun bisa sampai menangis. Dan terkadang juga tangisan hanya sebuah sandiwara untuk mencapai maksud tertentu, ini lebih dikenal dengan airmata buaya. Terlepas dari ilustrasi ini ternyata mengeluarkan airmata mempunyai sejumlah fungsi dan manfaat.

Wednesday, March 20, 2013

Memilih Pensil Warna yang Aman untuk Anak-anak


Menggambar atau mewarnai, adalah salah satu kegiatan sangat menyenangkan dan digemari anak-anak hingga orang dewasa. Selain bisa melepas kejenuhan, juga mampu membangun kreativitas kita, serta membantu mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan otak kanan.
Namun tidak semua kegiatan menggambar atau mewarnai menguntungkan, terlebih jika alat gambar atau mewarnai yang digunakan, khususnya pensil, ternyata berbahaya karena mengandung zat berbahaya atau beracun. Banyak pensil warna beredar di pasar, tapi tidak semua aman bagi kesehatan.

Saturday, March 16, 2013

Tanaman Untuk Mempercantik Rumah

Rumah sebagai representasi bagi penghuninya. Setiap bagian rumah dapat menjadi titik untuk menampilkan karakter, kegemaran, atau koleksi penghuni. Tak terkecuali taman. Penyuka tanaman hias, taman bisa dijadikan tempat untuk menunjukkan berbagai koleksi tanamannya. Sehingga disamping menyalurkan hobi mengoleksi tanaman, itu juga memperindah hunian.
Taman juga cocok dimanfaatkan sebagian ruang display koleksi tanaman favorit. Namun, dalam pengaturannya, perlu memperhatikan beberapa aspek agar keindahan terjaga.
Usahakan tanaman tertata cantik dan menarik. Ini bertujuan agar tidak menimbulkan kesan belukar di luar rumah. Selain tidak nyaman dilihat, keberadaan taman terlalu rimbun, sulit dibersihkan.

Don WS dkk dalam buku berjudul "Taman" menyebutkan beberapa hal yang perlu dilakukan agar tampilan taman tidak seperti hutan. Untuk tanaman merambat, hendaknya dibuat penyangga agar tanaman tumbuh teratur.
Letak tanaman yang lebih tinggi pada bagian belakang. Tanaman tinggi berfungsi sebagai background tampilan taman. Dengan begitu seluruh tanaman terlihat jelas. Selain itu, tanaman berumpun penuh perlu dipecah-pecah dan ditanam kembali.
Kebersihan taman harus selalu dijaga. Upayakan daun kering dan ranting patah dibuang. Tujuannya supaya taman tidak nampak berserakan.
Untuk menjaga tampilan taman indah pada malam hari, penghuni perlu memperhatikan pengaturan penerangan. Dapat ditentukan efek penerangan yang diinginkan, apakah terang benderang, dramatis, atau terang rata.

Asyiknya Nonton Bareng Wayang Potehi


Sudah lama sekali tidak pernah nonton Wayang Potehi, memang kesenian etnis Tionghoa ini seperti lenyap ditelan zaman sejak tahun 1961. Makanya ketika ada informasi bahwa di depan Tempat Ibadah Tri Dharma Sakti ( TITD ) Cahaya Sakti Kong Ling Bio Temanggung akan digelar pertunjukan Wayang Potehi, Rabu malam ( 13/03/2013 ) warga Temanggung berbondong-bondong ke tempat pagelaran. Udara dingin khas Temanggung tak menyurutkan niat untuk menyaksikan tontonan langka tersebut.
Wayang Potehi untuk kali pertama diadakan setelah terakhir dipentaskan di Kelenteng Kong Ling Bio ini pada tahun 1961 lalu, sehingga wajarlah jika wayang etnis Tionghoa ini menyedot animo masyarakat Temanggung yang dikenal menaruh apresiasi besar terhadap seni budaya. 

Kisah Bawang Putih dan Bawang Merah

Masih ingatkah dongeng Si Bawang Putih dan Si Bawang Merah yang sering membuat kita menangis mendengarnya saat masih kecil, sekarang seperti terjadi dalam kehidupan sehari-hari, rasanya ingin menangis mendengar rakyat kecil menjerit, tercekik oleh naiknya harga Bawang Putih maupun Bawang Merah. Bagaimana mungkin tidak ironis, bukankah Indonesia adalah negara agraris, sementara komoditas hasil pertanian tersebut manjadi langka di negeri yang subur ini.
Lalu timbul kecurigaan dalam benak ini, jangan-jangan ini hanyalah permainan para cukong besar macam importir barang komoditas pertanian. Belum hilang dari ingatan slogan-slogan pemerintah untuk mengajak rakyatnya berswasembada pangan, nyatanya banyak impor produksi pertanian bisa masuk negeri agraris ini  dengan mulusnya seakan tanpa beban dosa terhadap petani kita. 

Thursday, March 14, 2013

Antara Gedung Kesenian dan Taman Pengayoman

Sudah lama saya tak pernah melihat tulisan beliau yang kritis dan ketus seperti biasanya di koran, Rabu pagi (13/3/2013) ketika membuka Suara Kedu yang merupakan suplemen halaman dari Harian Suara Merdeka, pada kolom Sindoro Sumbing melihat seraut wajah yang tak asing, Roso Titi Sarkoro, seorang pendidik, wartawan senior, aktivis kebudayaan dan pendiri Dewan Kesenian Daerah di Temanggung.
Ada baiknya saya mohon ijin copy paste tulisannya untuk diabadikan di blog saya The Lost Ark ini, semoga beliau berkenan mengijinkan, tidak ada maksud lain dari saya, selain sebagai apresiasi sekaligus itikad baik saya untuk memperkaya perbendaharaan informasi bagi pembaca, barang kali saja pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam tulisannya kali ini menginspirasi para pembaca. Setidaknya sebagai renungan para pemerhati seni dan budaya di Temanggung tercinta.

Tuesday, March 12, 2013

Sisa Peradaban Megalitikum di Wonoboyo ?


Temanggung, Selasa ( 12/03/2013 ), setengah bulan yang lalu Sujadi (43 th) warga Dusun Bantengan, Desa Ke­bonsari, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung, menemukan lima batu aneh ketika mencangkul ladang jagungnya, bermula saat mata cangkulnya mengenai benda keras, setelah digali semakin dalam ia mendapatkan beberapa batuan, diperkirakan merupakan peninggalan zaman megalitikum.
” Memang benar waktu Mas Jadi mencangkul tanah di ladangnya yang akan ditanami jagung tiba-tiba cangkulnya membentur batu. Setelah diamati ternyata sebuah batu dengan bentuk aneh. Dia kemudian melaporkan kepada perangkat desa,” ujar Wagiyah (42 th), warga Dusun Bantengan se desa dengan Sujadi.
Penemuan batu unik itu menyebar dari mulut ke mulut, mengundang warga berdatagan ingin menyaksikan batuan yang tak lazim tersebut. Untuk mencapai tempat penemuan tersebut tidak terlalu sulit, karena ladang jagung milik Sujadi berada di tepi jalan desa yang menghubungkan Desa Kebonsari Kecamatan Wonoboyo dengan Desa Nglorog Kecamatan Candiroto. 
Kalau kita masuk melalui pertigaan kota Kecamatan Wonoboyo, ambillah arah kiri, dari pertigaan tersebut hanya sekitar 2 kilometer. Sedangkan kalau kita masuk dari Pertigaan Muntung Kecamatan Ngadirejo, ke arah kiri, sampai perempatan belok ke kanan masuk Desa Nglorog kurang lebih 3 kilometer akan sampai di tempat tujuan.  

Ketika Musim Duren Tiba


Tidak sampai seperempat jam untuk sampai ke Desa Ngropoh, lebih cepat dari saat kami memilah-milih durian di Pasar Pon Kranggan Temanggung, ternyata di pasar itu tak juga mendapatkan durian yang kami inginkan. Lalu kami memutuskan langsung ke desa Ngropoh Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, salah satu desa sentra penghasil durian unggulan di Temanggung, dari Pasar Pon Kranggan kami menuju ke arah timur melewati jalan desa lebih kurang  3 kilometer, sampai di pertigaan Desa Pendowo mengambil arah ke kanan.
Cuma jalan yang kami lalui kali ini lebih kecil dari sebelumnya dan disana-sini telah berlobang, jadi ketika mobil kami berpapasan terpaksa harus rela minggir dulu merapat ke tebing. Namun setelah melalui perjuangan yang tak seberapa lama kamipun melewati sebuah Tugu Durian, yang merupakan ikon desa penghasil buah yang satu ini.
Sebetulnya saya tidak punya rencana ke desa ini, tapi demi seorang teman luar kota yang penasaran dengan Durian Ngropoh, maka saya bela-belain mengantarkan dia mendapatkan durian ke habitat aslinya, DURIAN NGROPOH.

Monday, March 11, 2013

One Day Trip "Negeri Tembakau" Adventure Trail



Minggu ( 10/3/2013 ) sekitar 15.000 crosser dari Jateng, Jabar, Jatim dan DIY memadati Lapangan Ngaren, Ngadirejo Temanggung. Pada event One Day Trip " Negeri Tembakau " Adventure Trail mereka akan menrabas lereng Gunung Sindoro dan Gunung Prahu.
Event trabas ini digelar sebagai ajang keakraban pecinta otomotif, yang bertujuan memberikan wadah ekspresi anak muda yang gemar balap motor, agar tersalurkan hoby dan bakatnya, sehingga tidak terlibat dalam balap liar di jalanan umum atau terperangkap dalam kelompok semacam genk motor yang sering melakukan aksi negatif akhir-akhir ini.
Patut diberikan apresiasi kepada "Pemerhati dan Petani Tembakau Temanggung" sebagai penggagas acara positif ini. Seperti yang dikatakan Agus Setyawan selaku sekretaris panitia, bahwa event ini diselenggarakan dalam rangka mempererat tali silaturahmi  antar pecinta trabas dari berbagai daerah, tercatat beberapa crosser kenamaan tanah air ikut meramaikan, seperti Edot (Solo), Kelik (Solo), Irwan (Yogyakarta) dan masih banyak lagi.

Monday, February 25, 2013

Hanoman The Ultimate Warrior



Sebuah kisah selalu saja berawal dari cinta, sepertinya para pujangga telah kehabisan inspirasi lain, selain cinta. Memang karena cinta kehidupan lahir dan meniti perjalanan kisah selalu atas nama cinta.
Karena cinta pula Resi Gautama seorang pertapa sakti, dengan rasa cemburu yang tak termaafkan mengutuk istrinya menjadi patung, lalu Sang Resi membuang Cupumanik pemberian Bathara Surya Sang Dewa Matahari kepada istrinya ke dalam telaga. Tiada disangka cupumanik tersebut menjadi rebutan ketiga putra-putrinya, kedua putranya terjun ke telaga mencari cupumanik, deburan air telaga memercik wajah sang adinda Dewi Anjani, membuat wajah cantiknya berubah menjadi kera, demikian juga kedua kakaknya Sugriwa dan Subali keduanyapun terkena kutuk menjadi kera juga.
Penyesalan Sang Resi tiada dapat mengembalikan wujud putra-putrinya, maka Resi Gautama memerintah ketiga putra-putrinya untuk bertapa memohon Sang Dewata agar mengembalikan wujud mereka.
Salah satu dari mereka Sang Putri Dewi Anjani menjalani pertapaannya di dalam sebuah telaga, Bathara Guru yang mengetahui wujud asli Dewi Anjani jatuh cinta melihat Sang Putri, dari kahyangan beningnya telaga memancarkan keindahan tubuh Sang Putri, membuat Bathara Guru menitikkan kama.
Kama Bathara Guru pun bersemayam di rahim Dewi Anjani, maka lahirlah seorang bayi kera putih yang diberi nama Hanoman, takdir dewapun tersandang kepada Hanoman bahwa kelak akan menjadi ksatria sakti yang mengalahkan segala angkara murka.

Sunday, February 24, 2013

Bahasa Jawa Terancam Punah



Di tahun 70an tontonan wayang orang maupun kethoprak boleh berjaya di hati masyarakat Jawa, khususnya di kawasan lereng gunung Sindoro - Sumbing saat musim tembakau tiba sudah punya lengganan tontonan wayang orang atau kethoprak " Wahyu Budaya " di tobong alun-alun kota Temanggung, kini ketika media massa televisi telah meraja sampai ke pelosok-pelosok desa,  tontonan itu seperti hanyut terkena tsunami budaya. Dan tak dikenal lagi oleh banyak generasi muda sekarang.
Bagi saya yang menarik dalam tontonan tradisional seperti wayang orang atau kethoprak tersebut adalah penggunaan bahasa Jawa yang bagus, narasi ataupun dialog yang indah dalam bahasa ibu, baik bahasa Jawa Ngoko maupun Krama Inggil. Sayang sekali kini kita tak kan bakal ketemu lagi tobong seperti itu di kota Temanggung, padahal tontonan kesenian itu dapat digunakan untuk belajar dan nguri-uri bahasa ibu.
Seperti yang terungkap dalam " Refleksi Hari Bahasa Ibu " di Fakultas Bahasa dan Seni ( FBS ), Universitas Negeri Semarang ( Unnes ), Jum'at ( 22/2/2013 ), bahwa kualitas bahasa daerah khususnya bahasa Jawa terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Monday, February 18, 2013

Gerakan Merawat Bumi Melalui Kampus

Sebuah Artikel dari Rohman Kusriyono, aktivis di Surat Kabar Mahasiswa ( SKM ) Amanat IAIN Walisongo Semarang, cukup menarik untuk kami share kepada anda, mungkin bermanfaat.



Kekeliruan cara pandang manusia mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek ) terhadap alam menimbulkan krisis lingkungan hidup.

Sunday, February 17, 2013

Mimpi Membuat Taman Matahari



Memang agak berlebihan mimpi seorang Bekti Priyono, Kepala Disbudparpora Temanggung untuk mewujudkan obsesinya membuat destinasi wisata high tech berbasis astronomi semacam planetarium di Temanggung. Sementara potensi wisata lain yang telah tersedia di Temanggung belum digarap dengan baik, lihat saja aset wisata seperti Curug Surodipo, Curug Lawe dengan Pemandian Air Panasnya, Wanawisata Jumprit, Wanawisata Walitis, dan yang terakhir Posong maupun Perkampungan Mataram Kuno Liyangan, masih tertidur pulas diselimuti rerumputan liar.

Monday, February 11, 2013

Boyongan Pasar Legi Parakan


Ada yang menarik di hari Minggu ( 27/01/2013 ) di sekitar Pasar Legi Parakan, hilir mudik angkutan pick up bak terbuka dan pedagang sangat sibuk, memang hari itu batas akhir Boyongan Pasar Legi Parakan, pasar yang punya legenda tersendiri di hati masyarakat Parakan, mulai Kamis 24 Januari 2013 setelah para pedagang menggelar do'a bersama, Pasar legi mulai ditinggalkan para pedagangnya, boyongan ke Pasar Darurat yang berada di lapangan Mr Roem. Ada rasa berat dan haru, terlihat airmata mengalir di wajah para pedagang yang telah puluhan tahun menyatu dengan tempat mencari nafkah sehari-hari itu, namun juga ada harapan yang terpendam di benak masing-masing semoga di masa mendatang mereka mempunyai tempat berdagang yang lebih representatif. 

Tuesday, February 5, 2013

Kaki Lima dan Problema Kota



Di manapun tempatnya pedagang kaki lima ( PKL ) selalu membuat pusing Pemerintah Kota/ Kabupaten, masalahnya para PKL tersebut lebih senang mencegat konsumen dengan menempati jalur-jalur pedestrian kota, sehingga sangat mengganggu kebersihan, keindahan dan ketertiban kota. Pedestrian yang semestinya diperuntukkan pejalan kaki banyak yang tertutup lapak dagangan, sehingga hak-hak pejalan kaki dengan segala kenyamanan dan keamanannya terlanggar.
Padahal PKL ini adalah sebuah cerminan betapa pemerintah gagal menciptakan lapangan kerja, usaha di kaki lima sebagai bentuk wira usaha warga masyarakat ekonomi lemah dalam mempertahankan hidup, di tengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan, sudah untung mereka bisa usaha mandiri tidak membebani pemerintah.

Monday, February 4, 2013

Awas Bom Waktu Sampah Bisa Meledak


Pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Pengelolaan sampah selama ini di kabupaten/ kota banyak yang belum sesuai dengan methode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan.
Pemandangan yang sering kita lihat di media massa terkait problematika sampah sangat jelas, contoh  longsornya TPA Leuwigajah, Bencana Darurat Sampah Kota Bandung, Langganan Banjir di beberapa wilayah Jakarta, adalah sebagian contoh lokal tentang bencana akibat sampah.
Sehingga kalau terakumulasi tingkat Nasional bukan tidak mungkin sampah akan menjadi Bom Waktu yang akan meledak menjadi bencana nasional, maka perlu dilakukan langkah pengelolaan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberi manfaat dan aman bagi lingkungan, serta merubah perilaku masyarakat. Karena Perilaku masyarakat yang masih berpikir dengan paragdigma lama, yaitu memperlakukan sampah cuma sebagai barang buangan tanpa melakukan upaya 3R ( Reduce, Reuse dan Recycle ) berpotensi menciptakan bom waktu seperti darurat sampah di Bandung.
Tingginya anggaran untuk biaya pembuangan sampah dari sumber  serta operasional di Tempat Pemrosesan Akhir ( TPA ) juga suatu masalah yang dari tahun ke tahun tidak semakin berkurang, kalau pembuangan sampah masih saja mengandalkan pada TPA, dan bisa saja kejadian macam Leuwigajah akan terus berulang. 

Sunday, February 3, 2013

Dialog Budaya di Pendopo Pengayoman Temanggung



Budaya berasal dari kata buddhayah, merupakan bentuk jamak dari buddhi ( budi atau akal ), yang berarti hala-hal yang berkaitan dengan akal budi.
Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari unsur yang rumit, sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa dan karya seni yang tak terpisahkan dari diri dan cara hidup manusia, sehingga dianggap warisan genetis.
Unsur sosio-budaya tersebar dan meliputi kegiatan sosial manusia, menjadi pola hidup bersifat kompleks, abstrak dan luas.
Kebudayaan memang erat hubungannya dengan masyarakat, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, menurut Melville J.Herskovits ( Cultural Determinism  ), Herskovits juga berpandangan bahwa kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi ( superorganic )
Sedangkan Andreas Eppink mempunyai pendapat bahwa kebudayaan mengandung seluruh pengertian nilai sosial, norma, ilmu pengetahuan serta struktur sosial, religius dan pernyataan intelektual, artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Hampir sama dengan teori Edward Burnett Tylor, yang mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, mengadung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat.
Apapun teori dari beberapa ahli, Prof. Selo Soemardjan menyimpulkan secara simple, mudah dilogika dan relevan dengan apa yang kita telusur ini " Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat ". 

Friday, February 1, 2013

Radio Kayu Made in Temanggung



Adalah Singgih Susilo Kartono, pria kelahiran Temanggung Jawa Tengah ini tak banyak orang mengenalnya, bahkan di kota kelahirannya sendiri, namun siapa sangka di mancanegara justru banyak jadi perbincangan, tentu saja bukan perbincangan negatif. Karena kreatifitas dan inovasinya, yaitu karyanya radio kayu dengan merk " Magno " berhasil menarik perhatian, dan diburu para kolektor.
Singgih sarjana seni rupa lulusan ITB ini, mulai membuat desain radio dengan bahan dasar kayu sebagai casing pada tahun 1997, lalu mengisi perangkat elektroniknya dengan peralatan dari Panasonic yang dibeli di toko, dan idepun terus berkembang, aneka desainpun dibuatnya.
Mencoba peruntungan Singgih menampilkan dan memasarkan hasil karyanya di media online, tidak disangka karyanya itu menarik banyak pihak, pasarpun menyambuk baik.
Melihat hal itu Singgih makin optimis dan bersemangat mengembangkan desain produknya, rupanya permintaan pasarpun mengalir, diapun berharap produksi radionya akan mendorong pengembangan sosial di kampungnya, Dusun Krajan, Desa Kandangan, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.  

Wednesday, January 30, 2013

Buah Kledung yang Terlupakan



Saat masih anak-anak,  sekitar tahun 70an, ketika jajanan bocah belum diserbu oleh makanan kemasan, baik itu jajanan cemilan maupun buah-buahan impor, di pasar-pasar tradisional anak-anak masih bisa menemui buah-buahan murah seperti Jeruk Wedus, Jeruk Uwik, Pelem Blenyik, Kepel, Sawo Ijo, Buah Kledung dan buah-buahan lain dengan istilah Temanggungan. Sekarang hanya tinggal kenangan, karena buah-buahan tersebut sudah sulit ditemui, sudah jadi barang langka dan tidak dikenal lagi oleh generasi masa kini, sungguh sayang sekali.
Kali ini saya ingin fokuskan tulisan ini ke Buah Kledung, di daerah lain buah ini lebih dikenal dengan sebutan buah Kesemek atau Persimmon, kenapa di wilayah Temanggung lebih dikenal dengan nama Buah Kledung ?
Karena buah yang satu ini dahulu banyak tumbuh di desa Kledung, sebuah desa yang berada di kaki Gunung Sumbing, kalau anda tengah dalam perjalanan dari Wonosobo ke Temanggung, tentu anda akan melewati desa ini, karena berada tepat di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Temanggung, anda boleh mampir sejenak di sebuah Rest Area yang dibangun di lokasi itu, sembari menikmati panorama Gunung Sumbing - Sindoro yang sangat indah.