Siapa bilang sampah adalah barang tidak berguna, tidak punya nilai jual, dan untuk urusan barang remeh ini tidak perlu keluar uang, itu adalah paradigma jaman baheulak, sadar atau tidak sampah sekarang dianggap menjadi problem semua orang, jadi biang kerok hampir di semua kota, padahal kalau kita instropeksi sebenarnya biang keroknya adalah produsen sampahnya atau kita sendiri sebagai penghasil sampah terbesar di permukaan bumi ini.
Ketika sampah ini sudah menjadi problem maka pemerintah baru terperangah, gagap menanggapi persoalan ini, maka dicarilah terobosan, inovasi untuk menangani secara pintar, bahkan untuk hal ini tidak sedikit dana yang dibutuhkan, nah ! siapa bilang sampah adalah barang remeh.
Hampir di semua daerah pengelolaan sampah masih menggunakan sistem single method, yauitu wadah - kumpul - angkut - buang, pembuangan masih sepenuhnya ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ), sehingga bila terjadi masalah pada sarana angkut dan tempat pembuangan maka semua sistem akan macet, disinilah biang kerok itu akan muncul.
Langkah pintar untuk mengatasi problema tersebut adalah, pengelolaan sampah pada sumber atau timbulan sampah, dengan menggunakan methode yang lebih feasible dan realistis, yaitu mengimplementasikan 3R: Reduce ( mengurangi ), Reuse ( guna ulang ) dan Recycle ( daur ulang )
Penerapan pola ini akan dapat mengurangi sampah pada sumbernya, sehingga sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang, umur TPA akan lebih panjang, demikian juga biaya pengangkutan juga bisa diminimalisir, bukankah itu penghematan dan efisiensi penggunaan duit negara, belum lagi belum lagi implementasi 3R pada level masyarakat akan menjadi tools optimalisasi pemanfaat sampah yang akan memberikan nilai ekonomis, punya nilai jual dan bisa menjadi lapangan kerja.
3R adalah prinsip utama prinsip utama pengelolaan sampah berwawasan lingkungan ( environmental friendly )
Pertama reduce adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah misal:
Namun sayang sampai dengan saat ini gerakan 3R ini belum bergema dengan keras dalam masyarakat, bisa saja masyarakat sudah mendapatkan informasi tapi kurang gereget mengembangkan di lingkungannya, kalau ini masalahnya pemerintah perlu menumbuhkan motivasi, atau mungkin rupanya pemerintah kota/ kabupaten masih belum mengapresiasi dengan baik gerakan ini, masih enggan mengeluarkan sedikit uang untuk outcome yang lebih besar yaitu terkelolanya sampah yang bisa memberikan nilai ekonomis dalam masyarakat, penghematan dalam biaya operasional penanganan sampah, dan yang terpenting adalah lingkungan menjadi bersih dan sehat, dan tentu saja yang menikmati juga masyarakat, bukankah pemerintah berjanji akan memberikan kesejahteraan untuk masyarakatnya, kapan dong.... kita sudah capek nunggu.
Hampir di semua daerah pengelolaan sampah masih menggunakan sistem single method, yauitu wadah - kumpul - angkut - buang, pembuangan masih sepenuhnya ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ), sehingga bila terjadi masalah pada sarana angkut dan tempat pembuangan maka semua sistem akan macet, disinilah biang kerok itu akan muncul.
Langkah pintar untuk mengatasi problema tersebut adalah, pengelolaan sampah pada sumber atau timbulan sampah, dengan menggunakan methode yang lebih feasible dan realistis, yaitu mengimplementasikan 3R: Reduce ( mengurangi ), Reuse ( guna ulang ) dan Recycle ( daur ulang )
Penerapan pola ini akan dapat mengurangi sampah pada sumbernya, sehingga sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang, umur TPA akan lebih panjang, demikian juga biaya pengangkutan juga bisa diminimalisir, bukankah itu penghematan dan efisiensi penggunaan duit negara, belum lagi belum lagi implementasi 3R pada level masyarakat akan menjadi tools optimalisasi pemanfaat sampah yang akan memberikan nilai ekonomis, punya nilai jual dan bisa menjadi lapangan kerja.
3R adalah prinsip utama prinsip utama pengelolaan sampah berwawasan lingkungan ( environmental friendly )
Pertama reduce adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah misal:
- Ketika belanja kita membawa kantong/ kranjang belanjaan dari rumah, tidak perlu memakai plastik/ tas kresek dari penjual.
- Mengurangi makanan berkemasan plastik, kaleng atau stereofoam dsb.
- Menggunakan kembali botol / plastik untuk tempat minyak goreng, tempat air putih dsb
- Memodifikasi barang bekas seperti ban bekas untuk kursi, kemasan minuman untuk vas bunga atau barang seni/ kerajinan lain.
- Mengolah sampah organik menjadi kompos
- Mengolah sampah kertas menjadi kertas daur ulang/ bahan baku pabrik kertas/ atau barang seni
- Mengolah plastik menjadi tas kresek dalam pabrik atau produk lower grade lainnya.
- Menggaji tenaga kerja di tingkat pengambilan misal 1 orang pekerja untuk melayani 20 K, ada berapa KK penduduk di kota anda coba dibagi 20 lalu dikalikan UMR di kota anda
- Opersional armada angkut, misal 1 orang penduduk menghasilkan sampah 3 liter, ada berapa orang penduduk di kota anda coba kalikan 3 liter, berapa ton sampah yang harus diangkut, dan berapa banyak alat angkut yang harus disediakan kalikan dengan rupiah
- Pengadaan prasarana seperti Tempat Penampungan Sementara ( TPS ) atau Transfer Depo misal: 1 Transfer Depo melayani 1 Kelurahan, di kota anda ada berapa Kelurahan jadi ada berapa Transfer Depo yang harus di bangun
- Pembangunan TPA, ini yang paling banyak menyedot Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ), belum lagi untuk mencari lahan calon TPA ini hal yang paling sulit, masalah penerimaan masyarakat setempat, kajian dampak terhadap lingkungan dan sebagainya, tidak semudah menyiapkan lokasi perumahan.
- Semua itu butuh investasi besar yang bisa menggerogoti APBD.
Namun sayang sampai dengan saat ini gerakan 3R ini belum bergema dengan keras dalam masyarakat, bisa saja masyarakat sudah mendapatkan informasi tapi kurang gereget mengembangkan di lingkungannya, kalau ini masalahnya pemerintah perlu menumbuhkan motivasi, atau mungkin rupanya pemerintah kota/ kabupaten masih belum mengapresiasi dengan baik gerakan ini, masih enggan mengeluarkan sedikit uang untuk outcome yang lebih besar yaitu terkelolanya sampah yang bisa memberikan nilai ekonomis dalam masyarakat, penghematan dalam biaya operasional penanganan sampah, dan yang terpenting adalah lingkungan menjadi bersih dan sehat, dan tentu saja yang menikmati juga masyarakat, bukankah pemerintah berjanji akan memberikan kesejahteraan untuk masyarakatnya, kapan dong.... kita sudah capek nunggu.
Gunungan sampah di TPA
TPS juga bisa dibuat cantik
Pasukan kuning sampai saat ini masih diandalkan dalam penanganan sampah
Butuh Investasi besar untuk penyiapan lahan TPA seperti ini