Teringat masa kecil, menjelang tidur saya sering didongengi oleh orang tuaku, baik dari ayah , ibu bahkan juga dari nenek ketika sedang di rumah beliau. Yang paling saya sukai adalah dongeng kancil banyak serialnya, seperti Kancil nyolong timun, Kancil balapan dengan Keong, Kancil dan Macan, Kancil dan Buaya dan masih banyak lagi, juga dongeng legenda lain seperti Jaka Tarub dan 7 Bidadari, Dewi Sekartaji, Damarwulan dan Minak Jinggo, Naga Baru Klinting ( Terjadinya Rawa Pening ), Roro Jonggrang ( Terjadinya Candi Prambanan ), maupun dongeng khas dalam negeri seperti Bawang Merah Bawang Putih, Timun Mas, Keong Mas, Joko Kendil sampai saya lupa jumlahnya. Yang pasti cerita dongeng tersebut sampai sekarang masih terekam dalam otak saya.
Hal itu saya tularkan kepada anak-anak saya, disaat melepas lelah sambil ngeloni anak, saya selalu memutar lagi rekaman dongeng dalam benak saya itu kepada anak-anak, mereka sangat menyukainya, sehingga sering berebut untuk tidur paling dekat dan mendekap saya, mata mereka berbinar-binar setiap saya ajak tidur dan akan didongengkan, rasa lelah setelah seharian kerjapun sirna dan terobati ketika berada di tengah anak-anak. Jadi kalau ada orang bilang terlalu sibuk dan lelah hingga tak punya waktu untuk anak-anak perlu dipertanyakan sejauh mana orang itu menikmati kebahagiaan bersama keluarga, khususnya anak-anak. Anak bagi saya memang pemberi spirit, pendorong motivasi dan sumber inspirasi dalam hidup ini.
Dongeng klasik seperti Kancil nyolong Timun sebenarnya memang memiliki muatan informasi yang kurang baik, karena ada unsur curi-mencuri, akal-mengakali, mencurangi dan sebagainya, tinggal bagaimana kita menempatkan kelakuan si Kancil ini pada posisi negatif atau positif, tapi yang jelas sampai saat ini yang terekam dalam benak saya adalah kecerdikan dan kepandaian si kancil dalam mengatasi masalah dan bencana yang sedang menimpanya, setiap didongengkan imaginasi saya mengembang, bahkan seperti terbentang sebuah visualisasi dongeng itu di depan mata saya, sampai tak sadar mata ini makin berat dan tertidur.
Memang mendongeng saya budayakan dalam keluarga, makanya saya berikan apresiasi ketika Tim Penggerak PKK Kabupaten Temanggung mengadakan Lomba Dongeng bagi para guru PAUD, di Pendopo Pengayoman Temanggung ( Jum'at, 13/4/2012 ).
Dalam dunia pendidikan methode dongeng selain dapat mengembangkan imajinasi dan kreasi, ternyata secara psikologis mampu mempengaruhi kepribadian anak, jika di dalamnya terkandung pesan-pesan moral, ajaran positif dan contoh-contoh perbuatan yang baik dan buruk beserta akibatnya.
Sayangnya akhir-akhir ini budaya dongeng dirasa semakin hilang, seiring merebaknya film anak di televisi yang kadang-kadang kurang mendidik dan hanya mengejar rating tinggi untuk tujuan komersial semata, atau cerita-cerita komik yang juga terkontaminasi budaya asing dan tidak cocok dengan etika ketimuran, namun demikian orang tua sekarang memandang bahwa dengan hal itu sudahlah cukup, sehingga tidak perlu repot-repot mendongeng untuk anak, alasan klasik lain dari para orang tua itu, tidak bisa bercerita, atau karena sibuk dan tidak punya waktu untuk anak. Padahal dengan mendongeng juga berguna untuk menjalin komunikasi dan hubungan psikologi antara orang tua dan anak yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Dalam rangka melestarikan budaya, menggugah kembali semangat para orang tua maupun khususnya guru , Tim Penggerak PKK Kabupaten Temanggung ini mempunyai inisiatif bagus, yaitu mengadakan lomba dongeng bagi guru PAUD. Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Eny Budiarto mengatakan dalam sambutannya " Dongeng bisa mencerdaskan anak, maka di usia emas enam tahun ke bawah merupakan saat yang tepat untuk membentuk karakter dan meningkatkan kecerdasan anak melalui methode ini "
Menggunakan methode mendongeng diyakini akan menarik perhatian, sehingga anak didik akan dengan mudah mencerna apa yang disampaikan guru.
Lomba ini ternyata juga mendapatkan perhatian yang positif, diindikasikan dengan banyaknya para pengunjung dan peserta yang mencapai target, maka lomba semacam ini akan dijadikan agenda tahunan, harapannya akan mampu menstimulus para guru dan orang tua agar menghidupkan kembali budaya mendongeng.
Peserta lomba kurang lebih sekitar 20 orang guru PAUD dari setiap kecamatan, sedangkan thema yang ditentukan panitia adalah " Kasih Sayang ", penilaian dewan juri meliputi aspek keselarasan cerita, pesan moral, penyampaian bahasa, alat peraga, dan ketepatan waktu.
Lomba berjalan dengan lancar, dan para pengunjungpun sangat antusias mengikuti jalannya lomba sampai akhir, bahkan tidak sedikit para pengunjung seperti para orang tua dan anak-anak ikut larut dalam cerita dongeng, sehingga tidak terasa acara sudah selesai mereka masih terpaku di tempat duduk. Selamat dan sukses untuk Tim Penggerak PKK Kabupaten Temanggung.