Museum Budaya



Museum Seribu Candi

Jawa Tengah memang pantas dijuluki Propinsi Seribu Candi, karena di wilayah ini banyak terdapat peninggalan Arkeologis yang tersebar di beberapa daerah baik yang berupa peninggalan bangunan cagar budaya, atau situs purbakala berupa candi, yang masing-masing mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri, yang tidak terdapat di daerah lain, bahkan negara di belahan bumi manapun, kita patut berbangga dengan keberadaan ini, dan tugas kita adalah menjaga dan melestarikannya aset kebanggan bangsa dan negara kita tercinta.
Berikut ini kami coba menampilkan beberapa gambar candi, semoga anda tertarik untuk mengunjungi, minimal bisa menikmati keindahannya, meskipun hanya lewat gambar di bawah ini:



 Candi Borobudur
Lokasi di Kabupaten Magelang Jawa Tengah, Candi Borobudur termasuk dalam salah satu 7 keajaiban dunia, agenda terbaik bila mengunjungi Borobudur adalah pada saat diadakan Borobudur Festival atau pada saat Peringatan Tri Suci Waisak. Candi Borobudur yang dalam bentuk dasarnya merupakan punden berundak-undak tetapi disesuaikan dengan agama Buddha Mahayana untuk menggambarkan kamadhatu (bagian kaki yang tertimbun dan tertutup oleh susunan batu-batu rata), rupadhatu (bagian yang terdiri atas lorong-lorong dengan pagar-pagar tembok dan penuh hiasan serta relief-relief yang seluruhnya sampai 4 km panjangnya), dan arupadhatu (bagian atas yang terdiri atas batur-batur bundar, dengan lingkaran-lingkaran stupa yang semuanya tidak dihiasi sama sekali). Puncaknya berupa stupa yang besar sekali. Arca Buddha di Borobudur banyak sekali, diperkirakan berjumlah 505 buah;


 
 Candi Prambanan
Lokasi di Kecamatan Prambanan, persis di perbatasan Jawa Tengah dan DIY, Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar, kunjungan terbaik adalah pada event Pagelaran Sendratari Ramayana. Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang disusun sedemikan rupa,  candi induknya untuk Siwa diapit oleh candi-candi untuk Brahmana dan Wisnu dan dengan beberapa candi perwara lainnya merupakan pusat kelompok yang dikelilingi oleh lebih dari 200 buah candi perwara yang tersusun menjadi 4 baris.




Candi Mendut
Lokasi di desa Mendut Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah, Candi Mendut hanya beberapa Km di sebelah timur Candi Borobudur, yang di dalamnya memuat 3 arca batu besar sekali, yaitu Buddha diapit oleh Padmapani dan Wajrapani.


Candi Pawon
Lokasi di desa Borobudur kecamatan Mungkid kabupaten Magelang, disebut juga Candi Brajanalan letaknya hanya 2 KM kearah timur laut dari Candi Borobudur dan 1 KM ke arah tenggara dari Candi Mendut.


 Candi Kalasan
Lokasi di desa Kalasan kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Jawa Tengah, berada tidak jauh sekitar 2 KM ke arah barat  dari Candi Prambanan didirikan sekitar tahun 778, tak jauh dari candi Kalasan terdapat Candi Sari

 Candi Sari
Lokasi masih di daerah Kalasan memang hanya beberapa ratus meter ke arah timur dari Candi Kalasan


Candi Ratu Boko
Lokasinya sekitar 3 KM ke arah selatan dari Candi Prambanan, candi ini adalah sebuah situs bekas kerajaan Boko, Candi Ratu Boko menjadi lokasi wajib bagi para penggemar photografi



Candi Sewu
Lokasi di dukuh Bener desa Bugisan Kecamatan Prambanan kabupaten Klaten, sekitar 18 KM ke arah timur dari Yogyakarta,  Candi Sewu termasuk candi Budha, terdiri atas sebuah candi induk dikelilingi oleh kurang lebih 250 buah candi-candi perwara yang tersusun dalam 4 baris



Candi Plaosan
Lokasi di desa Bugisan sekitar 5 KM dari Candi Prambanan, merupakan percampuan arsitektur antara candi Hindu dan Budha


 Candi Bubrah
Masih satu lokasi dengan Candi Prambanan


Candi Merak
Lokasi di desa Karangnongko kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten, letak candi sekitar 6 KM ke arah timur dari Candi Prambanan.


Candi Sojiwan
Lokasi di desa Kebondalem kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten, sekitar 2 KM ke arah selatan dari Candi Prambanan

 
  Candi Sukuh
Lokasi di lereng Gunung Lawu desa Sukuh Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, termasuk candi yang unik karena bentuk arsitekturnya hampir mirip dengan peninggalan budaya bangsa Maya dan Inca, candi Sukuh juga sering disebut candi porno, karena banyak terdapat simbol-simbol seksualitas.


Candi Ceto
Lokasi di Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, terletak di lereng Gunung Lawu tidak jauh dari Candi Sukuh, Candi Ceto merupakan candi Hindu yang kerap dijadikan tempat upacara Nyepi, dan upacara lainnya.


Candi Gedong Songo
Lokasi di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, terletak di lereng gunung Ungaran, di kompleks ini terdapat 9 buah candi di antara hutan pinus, tak jauh dari candi juga terdapat mata air hangat yang mengandung belerang.


 Candi Dieng
Lokasi di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara, di kompleks candi Dieng juaga terdapat banyak candi lainnya seperti Candi Dwarawati, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatotkaca dan masih banyak lagi, di sekitar lokasi candi terdapat obyek wisata lain yang tak kalah menarik antara lain Kawah Sikidang, Kawah Candradimuka, Kawah Sileri, Kawah Telaga Warna yang merupakan telaga dengan pantulan air yang berwarna-warni, pemandangan alam di Dataran Tinggi Dieng sangat indah.



Candi-candi yang berada di dataran tinggi Dieng
Candi Puntadewa, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Candi Gatotkaca, Candi Srikandi, Candi Gatotkaca dan Candi Semar






Candi Lumbung
 Lokasi di dusun Candi Pos desa Sengi kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, candi ini terletak di tepi kali Apu, candi Lumbung terancam abrasi kali Apu akibat banjir lahar dingin paska erupsi gunung Merapi akhir 2010


Candi Ngawen
Lokasi di desa Ngawen kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang, candi ini telah amblas sedalam 30 Cm karena pengaruh gempa akibat letusan gunung Merapi akhir 2010

 Candi Asu
Lokasinya sekitar 12 KM dari kota Muntilan Kabupaten Magealang Jawa Tengah


 Candi Selagriya
Lokasi di dusun Campurrejo desa Kembangkuning kecamatan Windusari Kabupaten Magelang, terletak di lereng gunung Sumbing  sekitar 24 KM ke arah barat laut dari Candi Borobudur


 Candi Pringapus
Lokasi di desa Pringapus kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, candi di lereng gunung Sindoro ini letaknya sekitar 2,50 KM dari kota Ngadirejo ke arah barat

Situs Liyangan
Lokasi di desa Purbasari kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, sekitar 1 KM ke arah barat dari Candi Pringapus, situs Liyangan adalah bekas perkampungan jaman Mataram Kuno.


Situs Gondosuli
Lokasi di desa Gondosuli Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung, berada di lereng gunung Sumbing, sekitar 3 KM ke arah selatan dari kota Parakan atau 12 KM dari kota Temanggung ke arah barat daya, merupakan sebuah peninggalan arkeologis dari Rakai Pikatan, terdapat sebuah prasasti ditulis dalam huruf Jawa kuno dan dalam bahasa Melayu Kuno.

Petilasan Nujum Majapahit
Lokasi desa Jumprit Kecamatan Ngadirejo, sekitar 1 KM ke arah barat dari Situs Liyangan, terdapat mata air sungai Progo yang sering untuk pelaksanaan ritual pengambilan air suci dalam rangka peringatan Tri Suci Waisak di Borobudur.






  
Museum  Wayang




-->
Wayang Kulit Kedu
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau
Ki Lebdo Jiwo adalah seorang yang diyakini sebagai pencetus wayang kulit purwo Kedu dan pernah berjaya di sekitar 1395. Selain pencipta wayang kedu, Ki Lebdo Jiwo juga seorang pembuat wayang yang handal. Saat ini koleksi wayang kedu buatan Ki Lebdo Jiwo disimpan di Pendopo Kabupaten Temanggung. Koleksi yang sudah bertahan 400 tahun ini sudah tidak boleh lagi dipentaskan oleh Pemerintah Kabupaten ( Pemkab. ) setempat karena tergolong langka. Wayang kedu ciptaan Ki Lebdo Jiwo berbeda dari wayang lainnya.
Dari sisi model dan bentuknya, wayang kedu amat sedehana. Ini terlihat dari sisi ukiran yang lebih kasar dan cat menggunakan bahan dari ramuan tumbuh-tumbuhan. Seperti, untuk warna hijau, menggunakan daun koro, warna kuning menggunakan  serbuk emas murni, warna merah menggunakan tanaman woh gendulak, warna putih menggunakan tulang yang telah dibakar. Sedangkan untuk mengampur catnya menggunakan minyak yang dihasilkan dari bunga pepaya.
Saat pentas wayang Kedu tidak menggunakan cerita seperti wayang ramayana maupun mahabarata. Melainkan cerita yang dipentaskan berdasarkan kehidupan masyarakat yang menyelenggarakan pentas wayang, seperti kalau yang nanggap orang punya hajat mantu atau pernikahan maka lakonnya mengambil kisah gareng mantu. Kalau yang nanggap orang sunatan, lakonnya semar sepit, dan lainnya.


-->
Wayang Kulit Bali
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau 

Dari bentuknya merupakan bentuk tertua dari segala bentuk wayang yang ada di Indonesia. Wayang ini merupakan sumbangan dari Direktorat Kesenian, Menurut sejarahnya wayang kulit Bali berasal dari perkembangan wayang Batu berupa relief candi Penataran di Blitar. Contoh wayangnya seperti Bima, Arjuna, Puntadewa, Anoman, Subali, Sugriwa, dll. 

Wayang kulit Bali ada beberapa macam, yaitu :
1. Wayang Kulit Purwa
2. Wayang Kulit Wong Purwa
3. Wayang Kulit Sapu Legel
4. Wayang Kulit Lemah
5. Wayang Kulit Calon Arang
6. Wayang Wong Purwa


Wayang kulit Purwa Bali bercerita tentang “Mahabarata dan Ramayana”, dan dipergelarkan pada hari Raya agama Hindu serta festival-festival. Wayang Sapu Legel dipergunakan untuk upacara ritus kehidupan manusia seperti lahirnya bayi, lahirnya Hyang Kumara, dll. Wayang Lemah dipergunakan untuk upacara Dewa Yadnya, yang mengambil lakon bersifat filsafat seperti cerita Dewa Ruci. Wayang kulit Bali yang dimiliki Museum Wayang adalah wayang kulit Purwa yang dibuat tahun 1969 dan wayang kulit Calon Arang. 





-->
Wayang Kulit Madya
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Pencipta wayang ini pertama kali ialah Mangkunegara IV dari Surakarta, dimana pada waktu itu beliau menerima Serat Pustakaraja Madya dan Serat Witaradya, dari R.Ng.Ranggawarsita pada tahun 1870. Buku tersebut menceritakan riwayat Prabu Aji Pamasa atau Prabu Kusumawicitra dari Negara Mamenang Kediri. Sesudah pindah ke Pengging, negeri tersebut dinamakan Witaradya. Dengan membaca buku tersebut, timbul keinginan beliau untuk menciptakan wayang, yang dapat mengisi kekosongan antara masa Wayang purwa dan masa Wayang Gedog Panji.

Setelah berunding dengan R.Ng.Ranggawarsita (pemilik cerita), beliau langsung memerintahkan penciptaan wayang Madya dengan petunjuk dasar wayang Purwa. Permulaan pembuatan wayang Madya pada tahun 1872 dan selesai pada tahun 1876, dengan pembuatan wayang Prabu Wirasena. Jumlah seluruh wayang Madya ada 365 buah, disimpan dalam dua kotak dan diberi nama KYAI MADYA. Kemudian ditambah dengan buatan Kyai Trunadipa satu kotak yang dibuat tahun 1924. Gamelan yang mengiringi wayang Madya dinamakan Barang.

Cerita wayang Madya antara lain bersumber pada Serat Angling Dharma, dengan tokoh utamanya Prabu Angling Dharma dari kerajaan Malawapati serta Batik Madrim sebagai patihnya. Wayang kulit Madya koleksi Museum Wayang berasal dari sanggar Rumiati, yang dibuat tahun 1992. 





-->
Wayang  Kulit Banjar
Bahan Dasar : Kulit Lembu, dan Bambu

Wayang Banjar ini diperkirakan dari zaman kesultanan Demak pada abad ke-16 Masehi. Wayang Banjar dikenal oleh suku Banjar, di daerah Kalimantan Selatan, Tengah, dan Timur. Bentuk wayang kulit ini tidak jauh berbeda dengan wayang kulit Purwa, hanya kulitnya dari kulit lembu (sapi) dan pewarnaannya dari cat minyak / kayu, seperti misalnya cat glotek sebagai bahan pewarna yang utama. Tangkai dari wayang ini terbuat dari bambu.




 
-->
Wayang Kulit Banyumas
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau.

Wayang Kulit Banyumas hampir tak jauh beda dengan wayang kulit Kedu, dari segi bahan baku pembuatannya, hanya yang membedakan adalah bentuk anatomi tubuh, ornamen maupun pewarnaannya, cerita yang dilakonkan adalah cerita carangan yang merupakan petilan dari cerita induknya Mahabarata dan Ramayana dengan beberapa adaptasi sesuai dengan lingkungan sebagaimana wayang di Jawa lainnya, bahasa yang dipergunakan sudah tentu bahasa Banyumasan. 





-->
Wayang Kulit Betawi
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau
Wayang Kulit Betawi juga tak jauh beda dengan wayang kulit di Jawa, hanya pada  bentuk tubuh, ornamen dan pewarnaannya lebih simple,  dalam melakonkan wayang Sang Dalang biasanya menggunakan bahasa Betawi, suluk juga diadaptasi dengan budaya Betawi dan cenderung ke Sunda-sundaan.

-->
Wayang Kulit Calang Arang
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Pertunjukan yang mengetengahkan kisah peperangan antara Prabu Erlangga melawan Ni Calon Arang dengan setan-setannya yang pada akhirnya dimenangkan oleh Prabu Erlangga dengan bantuan Empu Bradah. Penggambaran utama adalah mengangkat sifat-sifat ilmu hitam dalam karakter wayang yang lucu dan menakutkan. 



 
-->
Wayang Kulit Cina Jawa
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang kulit ini merupakan replika Wayang Cina Jawa di Museum Sono Budoyo Yogyakarta pada 15 Juli tahun 2005, Wayang ini diprakarsai oleh Gan Thwan Sing pada abad XX. Memasuki tahun 1925, pertunjukan Wayang Kulit Cina Jawa makin popular di masyarakat.  

Cerita wayang kulit ini mengambil dari Cina, Naskah ceritera Wayang Cina Jawa menurut Peneliti Budaya Cina-Jawa dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Dwi Woro Retno Mastuti pada saat ini masih terdapat sebanyak 119 naskah yang tersebar di berbagai tempat a.l. : Perpustakaan Nasional Indonesia Jakarta, FIPB-UI, Museum Radyo Pusta-Museum Sono Pustaka-Museum Rekso Pustaka ( ketiganya di Solo ), Museum Sono Budaya Yogyakarta, Perseorangan di Surabaya, sedangkan sisanya ada di Leiden Belanda dan di Berlin Jerman. sedangkan musik dan bahasanya memakai kebiasan Jawa. 





-->
Wayang Kulit Cirebon
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Diperkirakan Wayang Kulit Cirebon mendapat pengaruh langsung dari Demak ketika para Wali Songo masih hidup. Bentuk tatahan halus, warna cat kehijauan, sedang ciri khasnya adalah pakaian. Batara Narada, Batara Kala tidak memakai baju atau telanjang dada, tidak seperti wayang kulit Purwa dari Surakarta dan Yogyakarta, dimana para Dewa memakai baju. Wayang Cirebon, pakem wayang ini mengambil ceritera dari kitab Mahabharata dan Ramayana yang telah diperbarui dan disesuaikan dengan dasar-dasar agama Islam oleh Sunan Panggung (Sunan Kalijaga). Tokoh Punakawan disini menjadi 9 orang, yaitu : Semar, Gareng, Dawala, Bagong, Curis, Witorata, Ceblek, Cingkring, dan Bagol Buntung (melambangkan jumlah 9 wali yang ada dalam menjalankan dakwah Islamiyah 





-->
Wayang Kulit Gedog
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Gedog dibuat dari kulit kerbau dengan bentuk dasar seperti wayang Purwa tetapi tidak disertai wayang kera dan raksasa. Kata “ Gedog “dalam wayang ini belum dapat ditafsirkan secara pasti, namun kata gedog dalam bahasa kawi berarti kuda, sedangkan gedogan dalam bahasa Jawa adalah kandang kuda, ada pula yang menafsirkan suara “dog - dog” ketukan dari dalang pada kotak wayang.

Dalam wayang Gedog menampilkan ceritera kepahlawanan Panji Kudhawanengpati. Pembuatnya pertama kali ialah Sunan Giri dengan cerita Panji ( diambil dari lakon kerajaan Kediri, Singasari, Ngurawan dan Jenggala dengan lawannya Klana dari Bali dan dibantu tentara dari Bugis ) dan mempergunakan Gamelan Pelog pada tahun 1563. Wayang Gedog koleksi Museum Wayang bergaya Surakarta dan dibuat tahun 1990. bentuk wanda wayang cukup bagus, ukiran dan tatanannya sangat halus, sunggingannyapun sangat baik.
Bentuk wayang Gedog mirip wayang Panji maka pada umumnya menyebut sama dengan wayang Panji. 





-->
Wayang Kulit " Kancil "
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Kancil, diciptakan oleh Bo Liem dan pembuatnya Lie Too Hien (1925 ) untuk media pendidikan. Wayang ini berbentuk binatang-binatang seperti : Gajah, macan, buaya, ular, burung dan lain -lain yang berkaitan dengan dongeng kancil yang diambil dari Serat Kancil Kridomartono karangan Panji Notoroto atau dari karangan Raden Sastrowijoyo.

Wayang Kancil merupakan gambaran budi pekerti seseorang melalui peran binatang seperti kancil. Isi cerita dari wayang Kancil mengisahkan seekor kancil yang meskipun bentuknya kecil, tetapi mempunyai akal yang banyak sehingga selalu terhindar dari malapetaka yang menimpanya. Cerita tentang kancil ini sangat dikenal oleh anak-anak di Jawa. Koleksi wayang Kancil milik Museum Wayang adalah buatan Pak Lejar berasal dari Surakarta, dari Sanggar Rumiati.





-->
Wayang Kulit Kidang Kencana
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Dibuat pertama kali oleh Sultan Demak, yang bernama Raden Trenggana. Beliau membuat wayang kulit Purwa dengan bedah bagian wajahnya, serta membuat pedoman wayang liyepan dan telengan. Sinuwun Ratu Tunggul sebagai Wakil Sultan Demak dan diperkecil ukurannya serta tokoh wanita rambutnya diurai, memakai kalung, jamang, wayang tersebut dinamakan Wayang Kidang Kencana, karena pada saat itu warna kuning perada mulai dipergunakan dan ciri khas wayang kulit Kidang Kencana ialah Sang Hyang Girinata naik lembu Andini, ketika itu menunjukkan tahun 1556. wayang Kulit Kidang Kencana milik Museum wayang bergaya Surakarta dan dibuat tahun 1981. Dalam pergelarannya wayang ini sering dipergunakan oleh dalang wanita maupun dalang kanak-kanak karena ukurannya kecil dan lebih ringan dari pada wayang kulit dalam pedalangan pada umumnya.



-->
Wayang Kulit Kaper
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Kaper, wayang kulit yang dibuat dengan ukuran kecil (lebih kecil dibanding wayang kidang kencana) serta ditatah dan disungging. Dengan wayang ini pentaskan ceritera dari Mahabharata atau Ramayana oleh anak-anak dengan kelir dan lampu (sebagai permainan anak-anak yang memiliki bakat mendalang) 




-->
Wayang Kulit Kyai Intan
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau.
Pembuat : Ki Guno Kertiwindo dkk
Pemrakarsa : Babah Polim Dario Muntilan, Magelang, Jawa Tengah
Cerita : Alang-Alang, Kumitir, nama tempat kedudukan Sanghyang Tunggal 

Wayang ini terbuat dari kulit kerbau pilihan, cempurit atau pegangan tangan terbuat dari tanduk kerbau tanpa sambungan (Kubahan) warna kuning keemasan dari perada (pewarna) emas, Intan-intanan terbuat dari batu Yakut, berjumlah kurang lebih sekitar 350 buah 
Babah Polim adalah seorang saudagar kaya, juga senang terhadap kesenian Jawa terutama Wayang Kulit sebagai hiburan terhadap keluarga, pegawai dan masyarakat sekitar 
Wayang Kyai Intan dibuat bersamaan dengan satu unit Gamelan Jawa (Pelog dan Slendro) lengkap. Uniknya gamelan ini terdiri dari tumbuk lima karena umumnya Gamelan sekarang tumbuk nada enam. Wayang dan Gamelan menjadi koleksi Museum Wayang sejak tahun 1975





-->
Wayang Kulit Mojokerto
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Kulit Mojokerto ini agak kecil, sedang ukir-ukiran, ornamen dan tata warnanya juga berbeda bila dibandingkan dengan wayang kulit gaya Surakarta dan Yogyakarta. Tatahan Wayang Purwo Jawa Timur ini lebih sederhana, dan lebih banyak memakai warna merah. Teknik pedalangannya, mempergunakan bahasa / dialek Jawa Timur. 





-->
Wayang Kulit Purwa Ngabean
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Ngabean dibuat tahun 1917 oleh keluarga Ngabean. Dalem Ngabean merupakan salah satu rumah bangsawan Yogyakarta yang terkenal karena disamping memiliki koleksi wayang kulit juga karena salah satu pusat kesenian di Yogyakarta.
Wayang Ngabean ini merupakan milik dari kakak kandung Sultan. Salah satu kotaknya dapat dijadikan koleksi di Museum Wayang. Wayang Ngabean tidak berbeda jauh dengan wayang kulit intan. Bedanya hanya tidak ditaburi dengan intan batu yakut. 










-->
Wayang Kulit Sadat
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Sadat dibuat tahun 1985 oleh Suryadi Warnosuhardjo dari desa Mireng Kec. Trucuk, seorang guru Matematika asal Sekolah Pendidikan Guru Muhammadiyah (SGO) Klaten, Jawa Tengah. Wayang ini dipergunakan untuk visualisasi keislaman dengan suasana pesantren, namun masih menggunakan dasar budaya Jawa. Bentuk wayangnya realistik, memakai jubah, tutup kepala seperti sorban, jadi berbeda dengan bentuk wayang kulit lainnya. Cara mempergelarkan menggunakan panggung, kemudian dibuka dengan iringan bedug dan dalang memulai dengan mengucapkan Assalamualaikum yang dijawab oleh para penonton dengan salam pula. Para nayaganya (pengrawit) memakai sorban putih. Lakon yang dibawakan ialah bertema cerita para Wali Sanga dan kisah penyebaran agama islam di Jawa. Kata Sadat berasal dari kata Syahadattain. Missi pagelaran adalah dakwah agama Islam serta sebagai upaya melanjutkan tradisi para Wali yang pernah berdakwah pada perayaan Sekatenan di jaman Kerajaan Demak (pembacaan syahadat secara massal )






-->
Wayang Kulit Sasak
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Kulit Sasak berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disebut Sasak karena pembuatannya berasal dari etnis Sasak. Penatah wayang Sasak sampai saat ini ialah Amak Rahimah. Dahulu wayang Sasak dipergunakan untuk berdakwah agama Islam di pulau Lombok. Sekarang dipertontonkan dan untuk upacara adat, misalnya di masyarakat Malang kecamatan Gerung, kabupaten Lombok Barat. Bentuk wayang Sasak mirip dengan wayang kulit Gedog. Koleksi wayang kulit Sasak yang ada di Museum Wayang dibuat tahun 1925. Cerita wayang Sasak mengisahkan Amir Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW). Amir Hamzah dalam wayang kulit Sasak, namanya diganti sesuai dengan nama indonesia (Jawa) yaitu Wong Agung Menak Jayengrana. Pedoman yang dipakai huruf bahasa Jawa, diambil dari serat Menak karangan Yosodipura. 





 
-->
Wayang Kulit Sumatra
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau
.
Dibuat oleh para petani Jawa yang dibawa ke Deli oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Wayang ini dibuat oleh dua orang yaitu Mbah Ngadi dan Mbah Suratman + th. 1932 dengan bahan dan peralatan yang sederhana. 





-->
Wayang Kulit Tejokusuman
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 
Wayang Kulit Tejokusuman dibuat + tahun 1946. Tatahan dari wayang ini rumit dan sunggingannya halus, seperti Wayang Ngabean dan Wayang Kyai Intan. Perbedaan mendasar adalah karena badan wayang diwarnai Krem, sedangkan wayang yang umum warnanya memakai warna kuning keemasan Prada mas atau Brons. Pembuatan wayangnya termasuk tradisional yaitu mencari bulan dan hari yang baik menurut hitungan/Petungan Jawa

-->
Wayang Kulit Ukur
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau. 

Wayang Ukur, diciptakan oleh Sukasman (seniman) asal Yogyakarta (1964). Meditasi sebelumnya, wayang ini proses pembuatannya selalu diukur-ukur bentuk tinggi dan panjang pundaknya sehingga sesuai dengan selera dan jiwa seninya, bahkan dalam proses pembuatan bentuk fisik sudah banyak merubah bentuk pakem wayang pada umumnya. Selalu ada bentuk atau tokoh wayang baru dalam setiap kebutuhan untuk pertunjukan. Sosok punakawan seperti Petruk dibuat berbagai macam, Petruk menjadi Ratu dengan segala kemewahan kostum yang dikenakannya. Petruk menggunakan Praba, Irah-irahan yang menjulang keatas dengan desain ulur. Tokoh wayang Batara Guru dengan background Matahari yang sangat menyolok. Corak dan ornament wayang ukur sudah melalui tahap-tahap deformasi yang sangat banyak, namun pakem wayang pada umumnya masih sangat melekat pada sosok wayang ukur tersebut. Ceritera yang dibawanya-pun juga masih mengikuti cerita-cerita pada umumnya dengan mengacu kebutuhan sang dalang jika sang dalang tersebut ingin menambah cerita tambahan diluar pakem, sehingga bentuk wayang ukur inipun sebetulnya tidak terbatas. Bahkan jika Sukasman sendiri yang menjadi dalangnya, beliau selalu menampilkan patung-patung kreasinya sendiri sebagai arsitektur tata panggung. Sukasman sebagai pembuat wayang ukur banyak mengkreasi bentuk-bentuk wayang baru dengan segala keindahan ornamen serta bentuk fisik wayang tersebut. Banyak pelaku seni menyebut wayang ukur adalah wayang kontemporer. Apapun yang dikatakan oleh kebanyakan orang bagi Sukasman wayang tidak harus selalu paten secara bentuk, namun kreasi wayang harus selalu bertambah agar kesenian atau kebudayaan wayang selalu tumbuh segar dinegeri ini.

-->
Wayang Kulit Wahyu
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau.
Munculnya Wayang Wahyu merupakan gagasan dari Booeder Timo Heus Wignyosubroto, seorang pastur dari Surakarta, yang pernah menyaksikan pergelaran wayang kulit pada tanggal 13 Oktober 1957 di Himpunan Budaya Surakarta (HBS) yang dilakukan oleh dalang MM. Atmowijoyo dengan mengambil lakon / cerita ”DAWUD MENDAPAT WAHYU KRATON” dari kitab suci Perjanjian Lama. Adapun wayang memakai peranan Dawud ialah Bambang Wijanarko dan Goliath memakai Kumbokarno. Hal itu membuat perasaan kurang serasi. Pada tahun 1959, setelah diadakan tukar pikiran dengan MM. Atmowijoyo, R. Roesradi Wijoyosawarno dan J. Soetarmo, mulai didapat kata sepakat untuk merealisasikannya. Wayangnya dibuat oleh R.Roesradi pada tahun 1960. Lakon / sumber dari wayang Wahyu dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru, dimana didalamnya tertulis wahyu-wahyu / firman-firman Tuhan. Cerita wayang kulit Wahyu dimulai dari Nabi Adam dan Siti Hawa berada di surga diganggu oleh setan sehingga diturunkan ke dunia. Wayang ini dibuat untuk kepentingan visualisasi agama Kristen dan dipentaskan setiap hari besar Kristen



-->
Wayang Revolusi
Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau.
Dalam kisah-kisah wayang klasik peran-peran tradisional dimainkan oleh dewa-dewa dan raksasa-raksasa, raja-raja dan puteri-puteri, kesatria—kesatria dan pelawak-pelawak. Dalam bercerita tentang kisah manusia, mereka mencontohkan pada dunia dewa dan raksasa. Kiasan-kiasan tersebut terutama digunakan pada cerita wayang Jawa dengan berbagai aksen yang dapat dikenali. Sejak dahulu kerajaan-kerajaan dipulau Jawa selalu mengembangkan gaya wayangnya masing-masing. Topik-topik baru serta perubahan dalam penggunaan warna dan bentuk diperkenalkan oleh pembuat dan dalang profesional, yang biasanya masih termasuk kerabat keluarga kerajaan.
Pada tahun 1930-an, Raden Mas Sayid menjadi tenar di istana Mangkunegaran dengan mempublikasikan karyanya dan memimpin sanggar, sekaligus sebagai dalang, untuk pembuatan dan pergelaran boneka wayang. Di sanggar ini Sayid menciptakan Wayang Sandiwara, dengan menampilkan boneka-boneka naturalistis yang membawakan ceritera-ceritera kontemporer, seperti kisah-kisah propaganda untuk pemerintahan Jepang. Ceritera seperti itu biasanya dibawakan dalam waktu 3 jam, dari pukul 9 malam sampai pukul 2 dini hari, bertentangan dengan pergelaran wayang klasik yang berlangsung dari setelah waktu magrib sampai subuh.
Beberapa waktu setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pulau Jawa masih terus bergejolak dan pada masa itu perhatian terhadap kisah-kisah mengenai ”Verenigde Oostindische Compaigne” atau VOC, mengenai Marskal bertangan besi Daendels, yang diJawa terkenal sebagai Tuan Guntur, tentang Perang Jawa, Perang Aceh, dan lain-lain. Kondisi masyarakat tersebut membuat Sayid tergerak hatinya untuk membantu peranan para pemimpin Indonesia dalam membangkitkan dan memperkuat nasionalisme bangsa. Tahun 1950-an RM Sayid membuat suatu perangkat wayang khusus untuk mengangkat topik-topik tersebut diatas, yang diperkenalkan dengan nama ”Wayang Perdjoeangan”,(sekarang dikenal dengan nama Wayang Revolusi). Perangkat wayang ini terdiri dari sekitar seratus dua puluh boneka, mencangkup semua tokoh-tokoh sejarah terkenal dan seleksi dari tokoh-tokoh rakyat Indonesia diantaranya: petani-petani yang kekar, orang desa yang murah senyum, wanita-wanita agung dan amtenar, cendikiawan muda, nasionalis tua dan muda yang bertekad kuat; kadang-kadang sebagian atau seluruhnya memakai seragam militer. RM. Sayid membuat semua boneka wayang tokoh-tokoh perjuangan dan pergerakan nasional seperti Diponegoro, Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir dan H.O.S Tjokroaminoto dengan cermat. Walaupun ia tidak memberi nama kepada kebanyakan tokoh-tokohnya seperti Haji Agus Salim, salah satu pemimpin nasional terbesar, seperi kepala negara dari Ubud, Bali, Tjokorde Gde Rake Soekmawati. Selain itu, dari pakainnya kita dapat segera mengenali boneka tokoh-tokoh seperti Bupati, Petani dan Wanita, Pedagang serta pejuang. Dari pihak lawan RM. Sayid membuat gambaran yang sangat mirip dari Jenderal Van Heutz, yang terkenal dengan penaklukan Aceh dan gambaran gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Van Mook. Disamping itu juga ada boneka tokoh-tokoh amtenar VOC memakai seragam berpita-pita yang baru tiba dari Holland dengan pipi kemerah-merahan dan bertulang besar, tokoh-tokoh tuan-tuan penuh percaya diri berpakaian seragam ”tropis” putih, sebagaimana mereka yang memegang mereka yang memegang kekuasaan dikalangan pemerintahan dan swasta pada tahun 1920-an, dan sejumlah boneka tentara berkulit gelap kena sinar matahari yang memakai topi konoi bertepi lebar seperti yang dipakai oleh Koninklijk Nederlands-Indisch leger pada abad yang lalu. Ada juga boneka-boneka yang menggambarkan pasukan Belanda yang menggambarkan pasukan Belanda yang pada tahun 1947 dan 1948 digunakan untuk operasi militer besar-besaran yang sering kita sebut dengan agresi militer. Boneka wayang ini berambut pirang, gemuk atau gendut, berkulit sangat putih, bermata sangat biru, dan sangat lugu. Dari lukisan wajah, tubuh dan sikap mereka yang begitu mirip, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan kecil, jelas bahwa mereka dibuat dengan cetakan. RM. Sayid tidak mengusahakan membuat lukisan karakter individual satu-pun diantaranya dan hal itu berkontras tajam dengan gambaran penuh seninya dari boneka tokoh-tokoh Indonesia, bahkan dari bagian-bagian dekor, senapan, panah, pohon-pohon yang hangus terbakar dan mimbar dengan segelas air untuk pembicara. Semua tokoh itu menunjukan pengamatan tajam sang penciptanya. RM. Sayid sendiri adalah seorang seniman yang terlibat dalam perjuanagan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tahun 1960-an, perangkat wayang yang istimewa ini dibeli oleh Wereldmuseum (dahulu Museum Voor Vol kenkunde atau Museum Ilmu Bangsa-Bangsa) di Rotterdam. Tetapi karena memburuknya hubungan Belanda dengan Indonesia dikarenakan masalah Irian Barat, yang membuat pameran tentang pandangan Indonesia mengenai dekolonisasi pada waktu itu tidak mungkin diselenggarakan pada tahun 1990 yang menampilkan presentasi multi media dengan wayang-wayang RM. Sayid, gambar-gambar bersejarah, musik dan video-video pergelaran Wayang Revolusi yang direkam khusus untuk acara tersebut, yang dimainkan oleh dalang berkebangsaan Belanda, Rien Baartmans. Wayang Revolusi tidak pernah memiliki naskah cerita tertulis sehingga pergelaran wayang tersebut tidak memiliki pakem yang khusus. Pada umumnya pergelaran wayang ini mengambil cerita dari berbagai sumber sejarah nasional Indonesia dan disesuaikan dengan tokoh-tokoh wayang yang ada. Pada tahun 1995, bertepatan dengan peringatan 50 tahun Republik Indonesia merdeka, Pemerintah kota Rotterdam menghadiahkan 8 buah panel yang berisi foto-foto adegan dalam Wayang Kulit Revolusi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada bulan Agustus 2005, Wereldmuseum Rotterdam menyerahkan sebagian koleksi Wayang Kulit Revolusi tersebut kepada Museum Wayang untuk dipinjamkan secara jangka panjang. Penyerahan koleksi wayang ini sesuai dengan kebijakan kementrian pendidikan, Budaya dan Ilmu Pengetahuan yang sejak tahun 1988 mendorong museum-museum di Indonesia untuk meningkatkan hasil-hasil koleksi mereka. Pada waktu yang sama, Museum Wayang membuat duplikat dari seluruh perangkat Wayang Kulit Revolusi
Pemda DKI Jakarta yang diwakili oleh Wagub Provinsi DKI Jakarta. Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta dan Kepala Museum Wayang pada tanggal 21 April 2005 secara simbolis menerima penyerahan Wayang Kulit Revolusi asli dari Walikota Rotterdam kepada Pemda DKI Jakarta di Belanda.
Acara ceremonial Penyerahan Hibah Wayang Revolusi dari Wereldmuseum Rotterdam melalui Walikota Rotterdam Mr. Ivo Opstelten kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bpk. Sutiyoso untuk Museum Wayang 24 September 2005, sekaligus dilaksanakan Pameran Wayang Revolusi yang dilanjutkan dengan Pagelaran wayang tsb dengan Lakon “ Jogya Kembali “ dengan dalang Ki Bambang Suwarno, S.Kar.M Hum.



Rekaman Budaya Temanggungan

Masyarakat lereng Sindoro-Sumbing dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi  dan  senang nguri-uri tradisi dan budaya leluhur. Salah satu warisan yang menggambarkan nilai ini adalah keberagaman seni budaya yang masih ada di lereng Sindoro-Sumbing, diantaranya aneka kesenian rakyat yang menyebar ke seluruh wilayah Bhumi Phala Temanggung, Puluhan jenis kesenian dari ratusan kelompok kesenian terdapat di Temanggung adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, sayang sekali kalau kemudian musnah terlindas budaya asing yang tidak sesuai dengan tata krama ketimuran.
Upaya pelestarian kekayaan lokal ini harus tetap dilakukan, sekaligus untuk memberikan ruang ekspresi bagi kepada kelompok-kelompok kesenian rakyat agar bisa eksis, dan ternyata di Temanggung telah dibuktikan dengan adanya beberapa event Pesta atau Festival Kesenian Rakyat yang teragendakan setiap 18 Agustus untuk memperingati HUT RI dan 10 November HUT Kabupaten Temanggung.
Aneka kesenian seperti Kuda Lumping ( maskotnya Temanggung ), Kubro Siswo, Wulang Sunu, Angguk, Sandul, Sorengan, Prajuritan sampai dengan kesenian kreasi baru Topeng Ireng akan tumpah ruah pada event itu, nggak percaya ?..... datang saja ke Temanggung pada agenda tahunan itu anda akan terkesima.
Berikut ini baru sebagian dari rekaman peristiwa budaya yang dapat kami sajikan:   






 
 
























Antusiasme pada Festival Budaya Temanggung ke 4 hari Minggu 4 Nopember 2012, terlihat dari para pengunjung yang memadati Kota Temanggung di sepanjang jalan antara Pertigaan Subur sampai dengan Pertigaan BRI Unit Pandean, perhatian para pengunjung yang menonton pagelaran akbar seni budaya itu memberikan semangat para seniman seniwati pengisi acara hari itu, dengan sabar para seniman - seniwati menunggu giliran tampil ke atas panggung pertunjukan, berikut ini saya tampilkan rekaman gambarnya:




















-->