Jangan ber-imaginasi yang tidak-tidak dulu tentang gunung kembar SuSi, gunung kembar SuSi adalah Sindoro dan Sumbing, dua buah gunung yang bagian lerengnya berada di wilayah Kabupaten Temanggung, berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Magelang dan Purworejo.
Mendaki Sindoro - Sumbing adalah tradisi yang sudah lama dilakukan masyarakat Temanggung, khususnya pada tanggal 1 Syuro dan malam 21 Puasa, namun sekarang banyak dilakukan oleh banyak orang dari luar Temanggung, memang gunung kembar SuSi sangat mempesona dan menantang.
Gunung Sumbing yang berketinggian 3371 m dpl ini adalah gunung yang tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet. Bentuk gunung Sumbing serupa dengan gunung Sindoro di sebelahnya yang dipisahkan oleh jalan raya penghubung kota Temanggung dan Wonosobo, konon Sumbing dan berasal dari sumber yang sama sebelum akhirnya terjadi erupsi yang hebat.
Gunung Sumbing menjadi batas alam antara Kabupaten Banjarnegara, Temanggung, Magelang, dan Wonosobo.Seperti halnya gunung-gunung di Jawa lainnya, setiap tanggal 1 Syuro (tahun baru Jawa) dan tanggal 20 Poso (bulan Jawa) atau malam 21 Puasa, sudah menjadi tradisi masyarakat setempat untuk melakukan jiarah ke puncak Gn. Sumbing. Di mana terdapat makan Ki Ageng Makukuhan.
Gunung ini dapat didaki melalui rute Cepit yakni dari Base Camp Cepit, yang berada di desa Pagergunung, kecamatan Bulu, kabupaten Temanggung.
Kalau naik bus dari arah manapun baik dari Yogya atau Semarang turun di Parakan. Perjalanan di mulai di Base Camp Cepit yang terletak di desa Pager Gunung, Kecamatan Bulu, wilayah Temanggung, Jawa Tengah. Perjalanan terbaik dilakukan pada malam hari sekitar pukul 21.00, sampai di puncak menjelang pagi, sehingga sempat melihat Sunrise dari puncak gunung. Selain itu perjalanan di malam hari dapat menghemat air minum, karena di sepanjang jalur tidak terdapat mata air.
Pertama kali kita akan berjalan selama kurang lebih satu jam melewati ladang sayur atau tembakau penduduk. Kemudian kita akan mendaki sekitar dua jam memasuki kawasan hutan, selanjutnya kita akan sampai di padang rumput. Setelah itu kita akan bertemu dengan Batu Kasur dan Batu Lawang.
Jalur menuju puncak sangat sempit dan menanjak, sehingga sangat melelahkan, kita perlu sangat berhati-hati dan menjaga stamina tubuh. Puncak Gungung Sumbing berbentuk kaldera kecil yang bergaris tengah 800 meter, dengan kedalaman 50-100 m dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus turun lagi ke arah kanan dan kemudian naik lagi.
Terdapat lautan pasir, terdapat juga makam leluhur masyarakat setempat yang dikenal dengan sebutan Ki Ageng Makukuhan. Ada beberapa gua salah satunya dikenal dengan nama Gua Jugil merupakan gua terbesar yang konon ada makamnya Ki Jugil Awar-awar. Di kaldera banyak kawah kecil yang berasap belerang. Pemandangannya sangat indah sehingga kita akan merasa enggan untuk meninggalkan puncak tersebut.
Kalau naik bus dari arah manapun baik dari Yogya atau Semarang turun di Parakan. Perjalanan di mulai di Base Camp Cepit yang terletak di desa Pager Gunung, Kecamatan Bulu, wilayah Temanggung, Jawa Tengah. Perjalanan terbaik dilakukan pada malam hari sekitar pukul 21.00, sampai di puncak menjelang pagi, sehingga sempat melihat Sunrise dari puncak gunung. Selain itu perjalanan di malam hari dapat menghemat air minum, karena di sepanjang jalur tidak terdapat mata air.
Pertama kali kita akan berjalan selama kurang lebih satu jam melewati ladang sayur atau tembakau penduduk. Kemudian kita akan mendaki sekitar dua jam memasuki kawasan hutan, selanjutnya kita akan sampai di padang rumput. Setelah itu kita akan bertemu dengan Batu Kasur dan Batu Lawang.
Jalur menuju puncak sangat sempit dan menanjak, sehingga sangat melelahkan, kita perlu sangat berhati-hati dan menjaga stamina tubuh. Puncak Gungung Sumbing berbentuk kaldera kecil yang bergaris tengah 800 meter, dengan kedalaman 50-100 m dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus turun lagi ke arah kanan dan kemudian naik lagi.
Terdapat lautan pasir, terdapat juga makam leluhur masyarakat setempat yang dikenal dengan sebutan Ki Ageng Makukuhan. Ada beberapa gua salah satunya dikenal dengan nama Gua Jugil merupakan gua terbesar yang konon ada makamnya Ki Jugil Awar-awar. Di kaldera banyak kawah kecil yang berasap belerang. Pemandangannya sangat indah sehingga kita akan merasa enggan untuk meninggalkan puncak tersebut.
Gunung Sindoro memiliki ketinggian 3.153 m dpl, gunung ini sering menjadi tujuan utama para Pecinta Alam, terutama untuk melakukan ekspedisi Sindoro - Sumbing, medan yang terjal, panasnya sengatan matahari serta tidak adanya sumber air menjadi tantangan utama dalam pendakian.
Seringkali pendaki tidak bisa melanjutkan pendakian karena kehabisan air minum, meskipun tradisi pendakian Sindoro juga sama dengan di gunung Sumbing, yaitu pada tanggal 1 Syuro dan tanggal 20 Poso atau malam 21 bulan Puasa. Sebaiknya Pendikian Gunung ini di lakukan pada musim penghujan, seperti bulan November, Desember dan Januari
Tempat pendaftaran di basecamp Kledung yang juga menjadi markas Tim SAR bernama GRASINDO, di markas ini menyediakan tempat untuk menginap, kamar mandi, menjual kaos, stiker, gantungan kunci, makanan dan minuman. Pendaki dapat memesan makanan bungkus sebagai bekal di perjalanan, karena memasak dan berkemah di gunung akan memerlukan persediaan air yang banyak.
Pendakian ke gunung Sindoro sebaiknya dilakukan pada malam hari karena untuk menghindarai panas dan debu, serta untuk menghemat air minum. Perjalanan diawali dari basecamp melewati perkampungan penduduk. Selanjutnya menapaki jalan berbatu sejauh sekitar 2 km melintasi ladang penduduk yang didominasi oleh tanaman tembakau atau jagung, Track awal landai kemudian sedikit menanjak ketika memasuki kawasan hutan pinus menjelang Pos 1 Sibajing, dengan ketinggian 1.900 mdpl.
Dari Pos 1 ini kita berbelok ke kanan , jangan mengambil jalan lurus karena buntu. Kita harus mendaki dan menuruni 2 buah punggungan gunung. Jalur bergeser ke punggungan yang lain melintasi tiga buah jembatan kayu. Pohon lamtoro dan pinus yang cukup lebat di sepanjang jalur cukup membuat suasana menjadi sejuk. Pos II berada pada ketinggian 2.120 mdpl.
Menuju Pos III medan mulai terjal dan berbatu, terdapat sebuah batu yang sangat besar di tengah jalan setapak. Pendaki dapat beristirahat di atas batu sambil menikmati pemandangan alam. Jalan tanah berdebu bercampur kerikil seringkali menyulitkan pendakian. Medan mulai terbuka kembali sehingga di siang hari akan terasa panas. Gunung sumbing sudah mulai kelihatan, sangat tinggi dan besar sehingga bisa menjadi hiburan selama pendakian yang melelahkan.
Pos III Seroto berada pada ketinggian 2.530 mdpl, lokasinya terbuka dan cukup luas untuk mendirikan belasan tenda. Dari sini kita akan menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Sumbing. Pemandangan lereng terjal gunung Sindoro serta puncak bayangan yang nampak di depan mata sangat indah untuk dinikmati.
Dari Pos III pendakian dilanjutkan dengan melintasi jalan berbatu yang terjal disertai dengan kerikil dan debu. Meskipun medan sangat berat kawasan ini agak rindang karena banyak ditumbuhi oleh pohon lamtoro dan tanaman perdu. Jalur kembali terbuka melintasi medan yang banyak terdapat batu-batu besar. Setelah mencapai puncak bayangan pertama, pendaki harus menghadapi puncak bayangan berikutnya yang kelihatan sangat tinggi dan curam.
Menuju puncak bayangan ke dua yang terjal dengan medan yang berbatu sungguh sangat melelahkan, terutama bila dilakukan pendakian pada siang hari akan terasa sangat panas dan kita akan sering kehausan. Beruntung medan yang kita lewati ditumbuhi oleh pohon lamtoro dalam jarak yang agak dekat sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Lintasan berikutnya melewati medan berbatu dengan tanaman edelweis. Sesampainya di puncak bayangan kedua setelah melewati hutan edelweis, medan kembali terbuka dan harus melintasi batu-batu besar. Puncak gunung yang sesunguhnya masih belum nampak karena tertutup pandangan oleh pohon-pohon edelweis.
Jalur akhir menuju puncak ini medannya sangat berat, selain terjal dan terbuka, panas matahari sangat terasa menyengat, kelelahan dan kehausan menyertai para pendaki. Batu-batu besar menjadi pijakan di sepanjang lintasan. Di siang hari pasir dan batu terasa sangat panas bila disentuh, terutama batu yang berwarna hitam bila dipegang terasa sangat panas sekali. Tidak mengherankan jika di gunung Sindoro ini sering terjadi kebakaran. Menjelang puncak pohon edelweis banyak tumbuh sehingga bisa menjadi tempat berlindung dari teriknya matahari.
Dari Pos 1 ini kita berbelok ke kanan , jangan mengambil jalan lurus karena buntu. Kita harus mendaki dan menuruni 2 buah punggungan gunung. Jalur bergeser ke punggungan yang lain melintasi tiga buah jembatan kayu. Pohon lamtoro dan pinus yang cukup lebat di sepanjang jalur cukup membuat suasana menjadi sejuk. Pos II berada pada ketinggian 2.120 mdpl.
Menuju Pos III medan mulai terjal dan berbatu, terdapat sebuah batu yang sangat besar di tengah jalan setapak. Pendaki dapat beristirahat di atas batu sambil menikmati pemandangan alam. Jalan tanah berdebu bercampur kerikil seringkali menyulitkan pendakian. Medan mulai terbuka kembali sehingga di siang hari akan terasa panas. Gunung sumbing sudah mulai kelihatan, sangat tinggi dan besar sehingga bisa menjadi hiburan selama pendakian yang melelahkan.
Pos III Seroto berada pada ketinggian 2.530 mdpl, lokasinya terbuka dan cukup luas untuk mendirikan belasan tenda. Dari sini kita akan menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Sumbing. Pemandangan lereng terjal gunung Sindoro serta puncak bayangan yang nampak di depan mata sangat indah untuk dinikmati.
Dari Pos III pendakian dilanjutkan dengan melintasi jalan berbatu yang terjal disertai dengan kerikil dan debu. Meskipun medan sangat berat kawasan ini agak rindang karena banyak ditumbuhi oleh pohon lamtoro dan tanaman perdu. Jalur kembali terbuka melintasi medan yang banyak terdapat batu-batu besar. Setelah mencapai puncak bayangan pertama, pendaki harus menghadapi puncak bayangan berikutnya yang kelihatan sangat tinggi dan curam.
Menuju puncak bayangan ke dua yang terjal dengan medan yang berbatu sungguh sangat melelahkan, terutama bila dilakukan pendakian pada siang hari akan terasa sangat panas dan kita akan sering kehausan. Beruntung medan yang kita lewati ditumbuhi oleh pohon lamtoro dalam jarak yang agak dekat sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Lintasan berikutnya melewati medan berbatu dengan tanaman edelweis. Sesampainya di puncak bayangan kedua setelah melewati hutan edelweis, medan kembali terbuka dan harus melintasi batu-batu besar. Puncak gunung yang sesunguhnya masih belum nampak karena tertutup pandangan oleh pohon-pohon edelweis.
Jalur akhir menuju puncak ini medannya sangat berat, selain terjal dan terbuka, panas matahari sangat terasa menyengat, kelelahan dan kehausan menyertai para pendaki. Batu-batu besar menjadi pijakan di sepanjang lintasan. Di siang hari pasir dan batu terasa sangat panas bila disentuh, terutama batu yang berwarna hitam bila dipegang terasa sangat panas sekali. Tidak mengherankan jika di gunung Sindoro ini sering terjadi kebakaran. Menjelang puncak pohon edelweis banyak tumbuh sehingga bisa menjadi tempat berlindung dari teriknya matahari.
Puncak gunung Sindoro tidak terlalu luas tetapi melingkar mengelilingi kawah. Banyak terdapat batu-batu besar dan ditumbuhi tanaman edelweis. Dari puncak gunung Sindoro pemandangan ke arah selatan terlihat gunung Sumbing sangat indah sekali. Sedikit ke arah timur nampak gunung Merbabu dan gunung Merapi yang diselimuti awan.
Kawah gunung Sindoro cukup luas, pendaki dapat turun ke dasar kawah. Di musim penghujan kawah ini akan terisi oleh air membentuk danau kawah, sehingga pendaki dapat mandi serta mengambil air bersih dari danau kawah. Di musim kemarau kawah gunung Sindoro masih menyisakan genangan-genangan air yang bercampur dengan belerang sehingga terasa asam bila diminum.
Pendaki gunung Sumbing - Sindoro harus benar-benar menghormati kebiasaan penduduk lereng gunung ini, banyak pantangan yang harus diperhatikan diantaranya tidak merusak tanaman, tidak mengganggu kebun penduduk, tidak membuang sampah, berhati-hati jika menyalakan api karena rawan kebakaran, berlaku sopan, tidak sombong, ramah bila berjumpa penduduk, tidak mengeluh, dan tidak buang air di sembarang tempat.
Sebaiknya pendaki tidak meletakkan barang-barang diluar tenda karena gunung Sumbing - Sindoro masih agak rawan. untuk itu sikap ramah, sopan dan penuh waspada para pendaki sangat diperlukan.
Sebaiknya pendaki tidak meletakkan barang-barang diluar tenda karena gunung Sumbing - Sindoro masih agak rawan. untuk itu sikap ramah, sopan dan penuh waspada para pendaki sangat diperlukan.
Satu hal yang sangat spektakuler dari puncak kedua gunung tersebut adalah menyaksikan terbitnya matahari dari arah timur di puncak Merapi - Merbabu, sebuah lukisan alam ciptaan Illahi yang sangat indah.
Penduduk di lereng Sumbing - Sindoro tersebut memiliki tradisi yang unik, menurut kepercayaan penduduk setempat agar selamat dan terhindar dari mara bahaya, anak-anak dibiarkan berambut Gimbal, pemotongan rambut gimbal ini akan dilakukan setelah anak menginjak baligh dengan upacara dan ritual khusus.
Masyarakat lereng Sumbing - Sindoro sangat menyukai kesenian tradisional seperti Kethoprak, Kuda Lumping atau Jathilan, maka jangan heran kadangkala kalau berkunjung kesana sering menemukan pementasan kesenian ini desa - desa.