Prasasti Gondosuli
Prasasti Gondosuli berada di tengah hamparan ladang tembakau lereng Gunung Sumbing, tembakau berkualitas tinggi adalah pertanian khas yang menjadi komoditas warga Temanggung, untuk ke lokasi situs candi Gondosuli di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu harus menempuh jarak sekitar 12 Km dari pusat kota Temanggung, tepatnya dari lokasi RSK Ngesti Waluyo Parakan berjalan kearah selatan menyusuri jalan di lereng Gunung Sumbing lebih kurang 3 Km, akses ke lokasi sangat mudah karena jalan telah mulus beraspal sambil menikmati panorama alam yang indah, sejauh mata memandang adalah hamparan ladang pertanian seperti permadani hijau, nun jauh disana terlihat kota Parakan terletak di ujung kaki Gunung Sumbing.
Prasasti Gondosuli dipahatkan berupa sepuluh baris huruf Jawa Kuno dalam bahasa Melayu Kuno diatas bidang berukuran 103 Cm x 54 Cm pada sebuah batu besar panjang 290 Cm lebar 110 Cm tinggi 100 Cm, menempati areal seluas 4.992 M, dilihat dari bentuk tulisannya hampir menyerupai prasasti-prasasti Sriwijaya di daerah Sumatera.
Di bawah prasasti tersebut menurut Prof Dr. J.G. Casparis seorang arkeolog dari Australia masih terpendam, bangunan candi yang besar, sayang hal itu belum bisa digali secara luas dalam arti fisik, karena areal tempat keberadaan prasasti di atas sebuah pemakaman umum yang dikeramatkan oleh warga setempat.
Prasasti Gondosuli pada dasarnya berisi tentang penghibahan tanah untuk bangunnan suci ( candi ) sebagai penghormatan kepada Sang Hyang Wintang. angka tahun pembuatan terbaca dari candrasengkala yang berbuyi: " Nama Syiwa Om Mahyana Sahin Alas Pertapaan Tahnguda Laki-Wini mendangar wa'zt tahta pawerus dharma " yang artinya: Bhakti kepada Syiwa. Om Mahyana ( Orang Basar ) di semua batas hutan pertapaan, tua-muda laki-laki perempuan mendengar hasil perbuatan yang baik.
Selanjutnya disebutkan pula nama nama seperti Rakai Kayuwangi atau Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Pu Bokapala Sri Sajjanowatunga, dan raja-raja yang memerintah di Jawa bagian Tengah dari Kerajaan Mataram Kuno ( Medang Kamulan/ Mataram Hindu keturunan Sanjaya ) yang kesemuanya ada 12 yaitu:
1. Rakai Sanjaya
2. Rakai Panakaran ( Pasopanan )
3. Rakai Pananggalan ( Paninggalan )
4. Rakai Warak
5. Rakai Garung ( Rakai Patapan )
6. Rakai Pikatan
7. Rakai Kayuwangi
8. Rakai Watuhumaing
9. Rakai Balitung
10. Rakai Dhaksa
11. Rakai Tulodong
12. Rakai Wawa
Rakai Wawa adalah raja terakhir dari zaman Mataram Hindu yang merupakan menantu Empu Sendok, kemudian memindahkan kerajaannya ke Jawa bagian Timur dan menjadi raja pertama pada sebuah kerajaan Medang yang berada di lembah sungai Brantas
Peninggalan lain dari Rakai Pikatan yang sekarang masih dapat dinikmati adalah bekas bangunan pemandian raja-raja pada masa itu yang berada di sebelah selatan kota Temanggung, sekarang akrab di sebut "Pemandian Pikatan", sebuah mata air besar yang sangat dingin dan jernih dari sungai di bawah tanah di kaki Gunung Sumbing, penasaran ingin melihat datang saja ke Temanggung.