Wednesday, September 14, 2011

Cerita lain dibalik kerusuhan Temanggung


Ini cerita tentang apa yang aku saksikan, memang cerita lama, sudah basi, mungkin itu yang ada dalam pikiran anda, tapi barangkali saja diantara liputan para pengkabar terdahulu ada yang terlewat, kali ini akan aku lengkapi dari sisi lain yang luput dari liputan.

Selasa pagi, 8 Februari 2011 pukul 07.30 seperti biasa aku melintasi jalan Jenderal Sudirman menuju tempat kerja, memang belakangan pada awal tahun ini di Temanggung khususnya di Jenderal Sudirman depan Polres mendadak terjadi pemandangan tidak biasa, karena setiap pagi pada hari Selasa dan Kamis terdapat beberapa mobil Dalmas bahkan Panser berikut personil Polisi/ Brimob bersiaga disitu, lalu lintas pagipun sedikit terganggu dan agak macet, tapi itu sudah biasa karena di jalan lainpun pada saat jam berangkat sekolah juga padat merayap.

Kabar yang beredar di tengah masyarakat, bahwa memang pada tiap hari Selasa dan Kamis digelar sidang penodaan agama dengan terdakwa Antonius Richmon Bawengan, sebetulnya aku tidak tertarik dengan yang tengah terjadi pada hari-hari itu, kabar yang beredarpun aku tanggapi sambil lalu, nggak penting !

Tapi mendadak pada siang hari selepas jam 11.00 ketika aku menuju pomp bensin untuk mengisi BBM kendaraan, ternyata akses jalan menuju SPBU itu ditutup dan dijaga ketat oleh petugas,  berhubung BBM sudah hampir habis maka dengan segala upaya aku berusaha menuju tempat itu lewat jalan tikus. Akhirnya sampailah aku di depan kantor Pertanahan, kali ini terpaksa aku menyerah, karena jalan disitu tertutup oleh ratusan massa, tak jelas orang dari mana, karena satupun diantara mereka tidak ada yang kukenal, bahkan dialek dan logat bicara mereka mengindikasikan bukan orang Temanggung, aku wong Temanggung asli,  salah satu orang diantara ratusan desa yang ada di Kabupaten Temanggung ini pasti ada yang kukenal, tapi kali ini tidak.

Baru sebentar berada di tempat itu tiba-tiba beberapa motor dengan pengendara dari ormas GPK keluar dari kerumunan kemudian berbelok ke kampung Cublikan Kowangan ( sebelah timur Kantor Pertanahan ) dan mengamankan diri disitu.
Tidak berapa lama setelah itu, tampak di sebelah timur tepatnya depan gedung Pengadilan mengepul asap hitam di tengah kerumunan massa, pikiranku mulai tidak enak, mau pergi dari situ tapi sudah tidak bisa kemana-mana, akses keluar dari tempatku sudah tertutup, jadi aku terjebak  di belakang taman  menunggu jalanan lega. 
Dan massa yang berkumpul di depan Pengadilanpun bergerak ke barat menuju kota, seorang polisi berpakaian preman berusaha menghadang dengan mengacungkan senjata, namun tidak kuasa membendung massa yang begitu banyak, pikirku kemana polisi yang lain, akhirnya massapun lepas masuk kota.

Begitu jalanan agak lega karena massa sudah berkurang, kulanjutkan tujuanku untuk mengisi BBM, itupun harus mlipir lewat trotoar, ketika sampai di depan Gedung Pengadilan, astaghfirullah.... ternyata asap hitam yang mengepul itu berasal dari mobil Dalmas yang tergelempang dan bekas dibakar massa, aku segera berusaha keluar dari situ, karena tak mau urusan dengan para Polisi, Brimob dan Armed yang berjaga di lokasi, yang aku herankan kenapa mereka malah berkumpul disitu, tidak berusaha mencegah massa yang masuk kota, menurutku mereka masih punya kesempatan untuk mencegat massa di pertigaan Telkom melalui Jalan Kartini, tapi sudahlah itu bukan urusanku.

Selesai mengisi BBM aku kembali lagi ke kota, sampai di depan Telkom aku harus memperlambat jalanku, karena massa masih disitu dan bergerak ke arah barat, dilihat dari penampilan mereka aku ragu kalau mereka itu dari ormas Islam, sebab tampang-tampangnya seperti preman kampung, ada yang bertindik, bertato dan matanya merah seperti orang mabuk, sepanjang perjalanan mereka merusak apa saja yang mereka temui di jalan, sementara orang-orang asli Temanggung pada berdiri di trotoar melihat tontonan gratis itu dan tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi kebringasan massa, dan ketika aku berusaha memotret aksi mereka dengan kamera HP, merekapun merebut dan membanting HPku, sial...!

Akhirnya akupun berjalan mengikuti dari jarak jauh di belakang mereka, mau lewat mana lagi, itu jalan satu-satunya menuju tempat kerjaku, di depan mataku aku melihat mereka berusaha merusak Gereja Kanisius, kantor Polres, kemudian mau masuk pasar namun di cegah para pedagang, tukang ojek dan semua orang yang ada disitu, para pedagang buah kaki limapun jadi sasaran, dagangan mereka dijarah dimakan sambil jalan atau buat melempari toko-toko yang tutup sepanjang jalan, dan yang lebih mengejutkan lagi dari arah Gereja Pantekosta mengepul asap hitam ke udara, masya Allah...... ternyata  mereka berusaha membakar gereja itu, dan orang-orang yang berada di Pasar Baru pun panik berhamburan keluar, gereja itu hanya beberapa puluh meter dari pasar, sedangkan para pedagang di pasar masih trauma dengan kebakaran pasar yang belum lama terjadi.

Kejadian itu berlangsung sangat singkat, setelah itu para perusuh itu menghilang begitu saja, menurutku aneh sekali , tidak diketahui datangnya, perginyapun seperti lenyap begitu saja. Kabar yang beredar mereka datang sehari sebelumnya dan menginap pada suatu tempat, entah ! ... kayaknya misterius.
Kesaksian para pedagang makanan kaki lima  pada malam hari sebelumya mereka  memang kedatangan banyak pembeli dari luar kota, tapi tidak tahu apakah para pendatang itu yang melakukan kerusuhan keesokan harinya.

Dan berita di media massapun begitu hebohnya, seolah-olah di kota Temanggung terjadi kerusuhan massal yang meluas, padahal kejadian itu hanya terlokalisir pada satu ruas jalan  saja, yaitu jalan Jenderal Sudirman sampai jalan R. Suprapto, hanya sesaat saja, sore hari ketika aku keluar jalan-jalan di kotapun sudah lenggang, hanya para petugas kebersihan yang masih tampak lembur membersihkan sisa-sisa kerusuhan, kota benar-benar aman...man...man...man ! tidak mencekam seperti yang diberitakan di TV swasta.

Aku berharap peristiwa itu adalah yang terakhir kalinya, cukup sekali saja sudah menjadi pelajaran yang sangat berharga, orang Temanggung itu cinta damai kok.... sangat toleran dan saling menghargai antar pemeluk agama, jangan diprovokasi untuk suatu kepentingan, norak banget kalau ada yang mau ngobok-obok Temanggung ( bahasa Temanggungnya WAGU BANGET !!! )

Mau tahu akibat dari semua itu, beberapa gereja, sekolah, dan fasilitas kota rusak oleh ulah mereka yang tak bertanggung jawab, orang-orang yang tak berdosapun kena getahnya, contoh kecil saja petugas kebersihan kotapun harus nglembur sampai malam untuk membersihkan puing-puing sisa kerusuhan itu, agar kota Temanggung kembali " Bersenyum " ( Bersih, sehat dan nyaman untuk masyarakat ). 
Wah...... jan ....wagu banget,  ora mutu babar blass !