Meskipun telah malang melintang sampai manca negara, dengan seabrek profesi dan prestasi, dari penari, koreografer, komedian, pemain pantomin, sampai pengajar, Didik Hadiprayitno ( 58 th ) atau populer dengan nama Didik Nini Thowok tidak pernah melupakan tanah kelahirannya, di kampung Brojolan Barat Temanggung.
Dibuktikan dengan penampilan Didik pada resepsi Hari Jadi Kabupaten Temanggung ke 178 kemarin malam, Jum'at ( 23/11/2012 ) Didik mempersembahkan dua karya terbarunya yang di beri judul Gadis Tegowanuh dan Wulanggatho.
Pada kesempatan itu juga Didik menampilkan Tari Pancasari yang telah membawa namanya ke kancah internasional. Tarian itu menggambarkan akulturisasi budaya Nusantara, China, Barat dan India yang cukup menawan dengan ciri khas Didik yang selalu menonjolkan unsur humor.
Tari Gadis Tegowanuh terinspirasi dari pengalaman masa kecil di Temanggung, di desa Tegowanuh Kecamatan Kaloran Didik sering melihat para gadis membawa klenting mengambil air di sebuah sendang, sambil bercengkerama dengan asyiknya tiba-tiba hujan turun, kemudian ditolong oleh para pemuda yang sedang angon bebek dengan caping keruduknya.
" Tarian tersebut sebenarnya adalah nostalgia saya waktu kecil, Tegowanuh waktu itu terkenal dengan kerajinan gerabahnya, kemudian tentang caping keruduk mengingatkan saya pada seni cengklungan yang menggunakan alat musik dari caping keruduk itu " kata Didik.
Munculnya lima gadis penari berpakaian ala gadis desa dengan gerak indah gemulai, disusul lima pemuda menimpali tarian para gadis membuat Gadis Teguwanuh tampak cantik di atas panggung Graha Bhumi Phala malam itu.
Sementara Tari Wulanggatho menurut Didik, merupakan paduan dua tarian rakyat Temanggung, yaitu Tari Wulangsunu dan Gatholoco. Saat menarikan bagian Wulangsunu Didik dengan mahir melakukan gerak tari tradisional tersebut, sementara nyanyian syair-syair yang mengiringinya lekat dengan nuansa Islami, lalu dipadu dengan tarian topeng yang lucu, dalam memainkan gerak lucu Didik adalah ahlinya.
" Tari Wulanggatho unsur geraknya saya eksplorasi dan mengamati tari aslinya Wulangsunu dan Gatholoco, sehingga ada kemiripan unsur gerak dan syairnya, demikian juga unsur komedi di pertajam sesuai dengan arti Gatholoco, yakni ngaturaken barang sing lucu, pada jaman dulu pertunjukan Wulangsunu dilakukan sehari penuh, biasanya di pertengahan penari istirahat diisi denga komedi " jelas Didik.
Menyambut hari jadi Kabupaten Temanggung, tanah kelahirannya, didik mengkhususkan diri menciptakan dua tarian tersebut, untuk dua tari itu Didik mempersiapkan penari putra putri asli Temanggung, melalui latihan selama dua bulan penuh. Penggarapannya dibatu dua orang asisten, Hendrik Suko Yuwono dan Agung Triyulianto serta penata musik kawakan dari Yogyakarta, Pardiman.
Tak heran kalau dua tarian itu mampu memukau segenap tamu yang hadir memenuhi di Graha Bhumi Phala, dan pertunjukan seni Didik Nini Thowok malam itu berhasil menghibur, bahkan para pejabat seperti Bupati, Forum Pimpinan Daerah, jajaran SKPD dan tamu undangan nampak tak beranjak untuk tetap duduk menikamti hingga usai.
Boleh dikatakan kreasi baru Didik Nini Thowok itu adalah hadiah istimewa dari seorang maestro tari kaliber dunia untuk Kabupaten Temanggung yang pada 10 Nopember 2012 ini genap berusia 178 tahun.