Saturday, November 17, 2012

Jadi Pengantin Setiap Malam 1 Syura


Pernahkah anda membayangkan, bagaimana rasanya setahun sekali menjadi pengantin, bukan cuma pengantin sembarangan, upacara perkawinannyapun digelar sangat meriah, sampai mementaskan wayang kulit semalam suntuk. Ini wajib dilaksanakan oleh seorang Kepala Desa Traji Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung, dan kalau sampai tidak melaksanakan pasti akan diprotes oleh warga masyarakatnya.

Tapi jangan anda buruk sangka dahulu, anda pasti berpikir alangkah senangnya  Kepala Desa Traji karena akan memiliki banyak isteri, harap diketahui perkawinannya bukan dengan isteri baru, melainkan perkawinan ulang dengan isterinya sendiri yang telah dinikahi secara syah, begitulah tradisi unik yang selalu dilakukan oleh masyarakat Desa Traji setiap tanggal 1 Syura, tradisi ini telah berjalan sejak 200 tahun yang lalu, siapapun yang menjabat kepala desa di Traji harus melakukan hal serupa.



Rabu 14 Nopember 2012 kemarin tepat pergantian tahun baru Jawa 1 Syura 1946 atau 1 Muharram 1434H, ribuan warga masyarakat di lereng Gunung Sindoro telah berjejal memenuhi jalan di Desa Traji yang menghubungkan kota Parakan dan Ngadirejo, mereka dengan penuh perhatian mengikuti ritual tradisi unik yang dilakukan oleh Kepala Desa Traji. Begitu antusiasnya masyarakat mengikuti upacara tersebut, hujan lebat yang mengguyur saat itupun tidak menyurutkan mereka.
Tepat pukul 18.30 dibawah guyuran hujan  Kepala Desa Traji bersama isterinya berpakaian pengantin Jawa melakukan kirab dan diarak warga masyarakat dari Balai Desa menuju sendang Sidhukun. Sebelum menuju sendang Sidhukun pengantin terlebih dahulu mengunjungi makam sesepuh desa Kyai Adam Muhammad yang berada di belakang masjid, setelah itu perjalanan selanjutnya menuju Gumuk Guci yang dikeramatkan, sepanjang perjalanan Sang Pengantinpun membagi-bagi uang receh kepada para pedagang untuk ditukar dengan barang dagangan apapun yang diikhlaskan pedagangnya, konon bagi yang ketiban rejeki dari sang pengantin, alamat dagangannya bakal laris.

Kepala Desa Traji Hadi Waluyo Sang Pengantin mengatakan ritual ini adalah sebuah bentuk rasa syukur kepada Allah atas segala karunia yang di berikan kepada segenap warga Desa Traji. Mengiringi kirab tersebut segala ubo-rampe tidak pernah terlupakan, seperti Nasi Tumpeng, Ingkung Ayam, Kepala Kambing, serta Gunungan Hasil Bumi yang nantinya setelah selesai upacara akan diperebutkan warga masyarakat. Sesampainya di Sendang Sidhukun, gunungan dibawa masuk ke sebuah cungkup. Ribuan orang yang mengikutinyapun mengikuti ritual dengan khidmat, sebuah tembang Jawa Durma dan Dandanggula dilantunkan oleh seorang Juru Kunci berpakaian adat Jawa dengan suara parau yang penuh mistis, sambil membakar kemenyan di depan mata air sendang Sidhukun.
Suwari ( 66th ) sang juru kunci tampak serius memimpin jalannya upacara, beberapa saat kemudian uba-rampe berupa kepala kambing di lempar ke tengah sendang, tanda upacara telah usai. Puluhan orang yang bernyali besarpun terjun ke sendang memperebutkan kepala kambing, sementara yang berada diatas sendang berebut gunungan sampai habis tak tersisa, konon benda-benda itu dipercaya bertuah.

Masyarakatpun belum juga beranjak dari tempat itu, masih ada lagi yang ditunggu, mereka berbaris teratur meminta air suci yang diambil Juru Kunci dari mata air sendang, bagi yang percaya air tersebut dapat menyembuhkan segala macam penyakit, memudahkan usaha, enteng jodoh bagi yang masih lajang dan sebagainya.
Mereka yang meminta air tersebut bukan hanya warga Traji saja melainkan dari berbagai daerah, seperti dari  Kendal, Semarang, Wonosobo, Banjarnegara, Magelang dan sekitarnya.

Ritual tersebut merupakan akulturisasi budaya Kejawen Hindu dengan Islam, puluhan tahun lalu seorang ulama' menganjurkan untuk meninggalkan tradisi ini, dan hal itu pernah dilakukan oleh warga masyarakat. Namun setelah itu terjadi berbagai musibah di Desa Traji, aneka bencana seperti angin ribut, banjir, gagal panen dan berjangkitnya berbagai penyakit diderita warga desa, sehingga akhirnya tradisi tersebut diadakan lagi, namun tidak meninggalkan tuntunan agama. Puncak acara pada hari itu adalah pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk yang di atas Sendang Sidhukun. Bagi pembaca yang penasaran silakan datang tanggal 1 Syura tahun depan, anda pasti tidak akan melupakan tradisi unik satu-satunya yang hanya ada di Desa Traji Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung.