Monday, November 12, 2012

Napak Tilas Pembantaian Progo

10 November selalu menjadi saat yang istimewa bagi masyarakat Kabupaten Temanggung, karena pada tanggal 10 November terjadi dua peristiwa bersejarah di kota Temanggung yang berada di tepian kali Progo,  selain diperingati sebagai hari pahlawan, juga bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Temanggung.
Pada peringatan hari jadi Kabupaten Temanggung telah digelar serangkaian acara secara berantai, begitu juga tak kalah pentingnya peringatan hari Pahlawan yang selalu dilaksanakan dengan penuh khidmat dalam upacara bendera di alun-alun kota Temanggung, tahun 2012 ini upacara bendera dipimpin oleh Bupati Temanggung Drs Hasyim Afandi. 
Untuk mengenang jasa para pahlawan kusuma bangsapun di tengah pelaksanaan upacara dilakukan mengheningkan cipta selama 6 menit, suara sirine dan bedug Masjid Agung Darussalam bertalu-talu, sungguh memilukan dan menyayat hati, terkenang pengorbanan pahlawan yang telah menumpahkan darah untuk tanah air tercinta.


Usai upacara yang dihadiri para pelajar, TNI, Polri, PNS, Organisasi Kepemudaan, para veteran pejuang kemerdekaan serta para pelaku sejarah itu, dilanjutkan dengan upacara Tabur Bunga di Taman Makam Pahlawan Prayudha Mudal, lebih istimewa lagi saat upacara serupa dilakukan di kompleks makam mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Mayjend. Bambang Sugeng yang berada di tepian Kali Progo, Mayjend. Bambang Sugeng adalah inisiator Serangan Umum 1 Maret. Pada masanya Bambang Sugeng adalah seorang yang disegani baik oleh kawan maupun lawan, beliau pernah menjabat Panglima Divisi III, dimana Komandan Brigade X Letkol Suharto ( mantan Presiden RI ) adalah anak buahnya. 
Puncaknya adalah melaksanakan tabur bunga dari atas jembatan Progo Kranggan, di tempat tersebut saat terjadi Agresi II tahun 1949, ribuan pejuang, pemuda dan putra-putra terbaik Temanggung dibantai tentara dan antek-antek Belanda.
" Ada lebih dari seribu orang pejuang gugur di jembatan Progo ini " demikian kenang Bambang Purnomo, seorang veteran pelaku sejarah yang juga adik kandung dari Mayjend. Bambang Sugeng " Tabur bunga disini selain setiap 10 November juga setiap 17 Agustus "
Kenanganpun menapak tilas peristiwa pembantaian Progo saat itupun dituturkan Bambang Purnomo, bahwa  dalam melakukan agresinya Belanda dan antek-anteknya tak segan-segan melakukan penangkapan ribuan pemuda dan pejuang di Temanggung. Setelah melalui penyiksaan yang keji oleh Belanda, para pejuang itu kemudian dibawa ke jembatan Progo untuk dieksikusi dengan cara dipenggal lehernya, ada pula yang diberondong peluru tajam secara bersamaan.
Jembatan Progo adalah saksi bisu saat kali Progo berubah warna merah, warna darah para syuhada yang telah mengorbankan jiwanya untuk tanah air tercinta.  
" Aku ta' ketjewa.......... Aku rela......... mati untuk tjita2 sutji nan mulja Indonesia merdeka adil, makmur, bahagia. Temanggung 22/ 12/ '48 - 10/ 8/ '49 " demikian sebuah prasasti tertulis di Jembatan Progo bersejarah itu.