Duduk di tikar lesehan terasa membumi, sejuk, nyaman, apalagi sambil menjulurkan kaki melepaskan lelah, melepaskan beban pikiran sehari-hari. Atau boleh juga sambil merenung, mengevaluasi perjalanan yang telah dilalui seharian, terkadang bisa memperoleh inspirasi baru untuk perjalanan selanjutnya yang lebih baik.
Beberapa penggal catatan berikut ini barangkali dapat menambah referensi dan memberi inspirasi anda, atau abaikan saja bila tidak bermanfaat, karena hanya kumpulan buah pikiran yang naif dari status saya di Facebook, daripada tercecer mubazir ada baiknya untuk mengisi halaman ini. Boleh direnungkan sambil lesehan
Selilit Pak Kyai
Usai memimpin do'a pada hajatan aqiqoh dikampung sebelah, Pak Kyai segera pulang. Dalam perjalanan ke rumah terasa ada yang tidak nyaman di mulut, ada sedikit serat daging kambing yang dinikmati dalam hajatan mengganjal di sela-sela giginya. Iapun mencoba menjungkit dengan ujung lidahnya tak juga hilang, begitu juga dengan ujung kukunya.
Ketika melewati sebuah pekarangan tetangga yang dipagari bambu, Pak Kyai mencongkel sedikit pagar bambu itu untuk tusuk gigi, akhirnya lepas sudah penderitaan selama perjalanan pulang.
Alkisah dalam perjalanan akhirat setelah wafat, Pak Kyai mengalami hambatan untuk masuk surga, kata malaikat penjaga pintu surga masih ada satu hal yang belum dipertanggung jawabkan oleh Pak Kyai, malaikat itupun menunjukkan tusuk gigi yang diambil dari pagar milik tetangga, astghfirullah al Adziim.
Coba renungkan, sekeping bambu kecil saja begitu pengaruhnya bagi pertanggungan jawab amal kita, bagaimana dengan penjarahan, pembalakan liar yang besar-besaran, atau tindakan pencurian massal seperti korupsi dan sebagainya, bayangkan sendiri sobat.
( diterjemahkan bebas dari " Selilit Pak Kyai " tulisan Emha Ainun Najib )
Filosofi
yang terkandung di dalamnya adalah:
“
Berkacalah dahulu sebelum berbuat “
Perhatikan kedua telapak tangan kita, tertulis angka ( Arabiyah: /\I dan \/I ) di tangan kiri 81 dan tangan kanan 18, jumlahnya adalah 99
Tahukah anda 99 adalah jumlah Asma'ul Khusna atau 99 sifat Allah.
Setelah kita sadar di tangan kita terdapat angka kemulyaan dan kebesaran asma Allah, akankah tangan kita pergunakan untuk perbuatan yang tidak baik ?
Masalah selalu datang setiap saat, seperti sampah yang bisa menggunung kalau tidak segera ditangani. Bisa jadi penyakit, baik secara phisik atau psikhis.
Harus ada langkah bijak dalam menyelesaikan, seperti memperlakukan sampah juga, dengan 3R ( Reduce, Reuse, Recycle )
Misalnya:
- Kita ambil sisi baiknya untuk referensi perjalanan selanjutnya
- Kita gunakan kembali bila memberikan manfaat
- Kita reka ulang agar lebih memberikan manfaat
Residunya yang tidak bermanfaat kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita
Bagaimana kita mensikapi sebuah keadaan
Sebuah sampling: Berada di ruang tunggu dengan minuman yang tinggal setengah gelas
Orang yang pesimis mengatakan: " Sayang sekali tinggal setengah gelas, padahal masih menunggu beberapa lama "
Orang yang optimis mengatakan: " Lumayan masih setengah gelas lagi, cukup untuk menunggu beberapa lama "
Ukuran tingkat kepuasan sesorang itu relatif, tergantung cara menilai masing-masing individu.
Sebuah sampling: Dua orang pria satu menit bersama wanita cantik
- Pria yang bereaksi positif mengatakan: " Baru kali ini tahu ada wanita secantik itu, satu menit saja puas sekali rasanya "
- Pria yang bereaksi negatif mengatakan: " Sialan, cuma satu menit, padahal belum ngapa-ngapain "
Setiap orang pasti benci kalau dirinya dibohongi atau didustai,
tapi dia tak pernah berani membenci dirinya kalau melakukan dusta dan kebohongan.
Dengan kata lain pada dasarnya setiap orang ingin memperoleh keadilan bagi dirinya,
padahal dia tak pernah berbuat adil pada diri sendiri
Reaksi negatif terkadang tak sengaja membuka jati diri sesungguhnya
Sementara kata manis dan indah terkadang untuk menutup kelemahannya
Hanya kejujuran dan kepolosan berkata yang tak bisa menipu siapapun
Memang tak mudah menyampaikan maksud
Bertutur kata, berkomentar, atau membuat statement
Terkadang bisa jadi sensitif dan multitafsir
Itikad baik bisa jadi sebaliknya, lebih-lebih yang buruk
Jadi betul kata pepatah " Diam itu Emas "
Seorang pemimpin yang anda harapkan apakah harus bersyarat seperti ini:
- Beriman dan taqwa kepada Tuhan YME
- Jujur dan amanah
- Adil dan bijaksana
- Cerdas dan pintar
- Berjiwa sosial dan dermawan
- Dekat dengan rakyat, tidak memikirkan diri sendiri
- Jabatan tidak untuk mencari kekayaan
- Mau berkorban untuk rakyatnya
Hebat sekali, menurut anda hari gini adakah manusia berjiwa malaikat seperti itu
Atau anda sendiri mampu memenuhi syarat tersebut di atas
Kalau tidak......, yah... terimalah pemimpinmu apa adanya sebagai seorang manusia
Tiba-tiba teringat statement seorang narasumber,
dalam sebuah seminar " Wawasan Kebangsaan "
" Apa korelasi antara rakyat dan wakil rakyat, kalau rakyat bekerja keras mencari penghasilan, ' beliau " mewakili rakyat tinggal menerima penghasilannya "
" Oh... begitu ya " pikirku dalam pusaran yang interpretible
Sebatang rumput rela diinjak-injak siapapun,
ia hanya berkata: " tugasku menyimpankan air untukmu "
Serumpun rumput rela dipotong setiap waktu,
iapun berkata " tugasku juga menyediakan makan ternakmu "
dan rumput tak pernah menyesali hidupnya.
Para pejabat dan elite politisi menamakan rakyat kecil,
dengan sebutan " massa akar rumput "
diposisikan pada level paling rendah, di bawah sepatu kekuasaan.
Padahal di hadapan Allah, rumput memiliki derajat tak serendah itu,
rumput mencukupi banyak kebutuhan mahluk yang dikatakan lebih tinggi,
demikian juga rakyat kecil.
Setetes embun yang membulatkan diri dalam kelopak bunga Lily,
bukannya tak serupa dengan kalian,
yang membulatkan jiwa dalam jantung Tuhan,
Pabila tetes embun pun berkata:
" Tapi seribu tahun aku tetap setitik embun "
maka jawablah dan katakan:
" Tidakkah kau tahu, bahwa cahaya segala warsa bersinar-sinar dalam siklusmu "
Sekecil apapun sebuah iman, ia tetaplah cahaya dalam hidupmu
( dari " Taman Sang Nabi " karya Kahlil Gibran )
Hidup ini terasa indah jika segalanya karena Allah
Dalam cinta teruji kesetiaan
Dalam amal teruji keikhlasan
Dalam sakit dan musibah teruji kesabaran
Dan kenyataannya selalu ada jalan keluar untuk menghadapi masa-masa sulit itu
Kehidupan terasa nikmat dan indah setelah melalui masa-masa sulit
" Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan " ( QS. Al-Insyirah: 6 )
" Satu malam pengantin yang dihadiahkan kepadaku tidak lebih aku sukai daripada malam yang dingin mencekam sementara aku berada dalam barisan yang esok hendak berjihad fi sabilillah "
Demikian penggalan kalam dari Si Pedang Allah yang Terhunus, Khalid bin Walid, sebagaimana tersebut dalam " Siyaru A'lam an-Nubala " karya Imam Adz-Dzahabi.
Bukannya saya percaya ramalan, hanya sekedar mencocokkan saja
Internet ( dunia maya ) ternyata pernah diprediksi oleh Jayabaya.
Pada bait ke 167 Serat Jayabaya disebutkan:
- Waskita pindha dewa,
- Ngerti sakdurunge winarah,
- Anguwingani jantraning jaman,
- Ngerti garise siji-sijine umat,
- Tan kewran sasuruping jaman.
Maksudnya:
- Manusia pintar seperti dewa ( mengerti dunia luar tanpa mengunjungi tempatnya )
- Bisa mengerti sebelum diajarkan
- Memahami roda perkembangan jaman
- Mengetahui semua sejarah umat manusia
- Tidak ketinggalan pengetahuan dan perkembangan jaman
Tentu saja semua itu didapat dari dunia maya ( internet )
Perhatikan kedua telapak tangan kita, tertulis angka ( Arabiyah: /\I dan \/I ) di tangan kiri 81 dan tangan kanan 18, jumlahnya adalah 99
Tahukah anda 99 adalah jumlah Asma'ul Khusna atau 99 sifat Allah.
Setelah kita sadar di tangan kita terdapat angka kemulyaan dan kebesaran asma Allah, akankah tangan kita pergunakan untuk perbuatan yang tidak baik ?
Masalah selalu datang setiap saat, seperti sampah yang bisa menggunung kalau tidak segera ditangani. Bisa jadi penyakit, baik secara phisik atau psikhis.
Harus ada langkah bijak dalam menyelesaikan, seperti memperlakukan sampah juga, dengan 3R ( Reduce, Reuse, Recycle )
Misalnya:
- Kita ambil sisi baiknya untuk referensi perjalanan selanjutnya
- Kita gunakan kembali bila memberikan manfaat
- Kita reka ulang agar lebih memberikan manfaat
Residunya yang tidak bermanfaat kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita
Bagaimana kita mensikapi sebuah keadaan
Sebuah sampling: Berada di ruang tunggu dengan minuman yang tinggal setengah gelas
Orang yang pesimis mengatakan: " Sayang sekali tinggal setengah gelas, padahal masih menunggu beberapa lama "
Orang yang optimis mengatakan: " Lumayan masih setengah gelas lagi, cukup untuk menunggu beberapa lama "
Ukuran tingkat kepuasan sesorang itu relatif, tergantung cara menilai masing-masing individu.
Sebuah sampling: Dua orang pria satu menit bersama wanita cantik
- Pria yang bereaksi positif mengatakan: " Baru kali ini tahu ada wanita secantik itu, satu menit saja puas sekali rasanya "
- Pria yang bereaksi negatif mengatakan: " Sialan, cuma satu menit, padahal belum ngapa-ngapain "
Setiap orang pasti benci kalau dirinya dibohongi atau didustai,
tapi dia tak pernah berani membenci dirinya kalau melakukan dusta dan kebohongan.
Dengan kata lain pada dasarnya setiap orang ingin memperoleh keadilan bagi dirinya,
padahal dia tak pernah berbuat adil pada diri sendiri
Reaksi negatif terkadang tak sengaja membuka jati diri sesungguhnya
Sementara kata manis dan indah terkadang untuk menutup kelemahannya
Hanya kejujuran dan kepolosan berkata yang tak bisa menipu siapapun
Memang tak mudah menyampaikan maksud
Bertutur kata, berkomentar, atau membuat statement
Terkadang bisa jadi sensitif dan multitafsir
Itikad baik bisa jadi sebaliknya, lebih-lebih yang buruk
Jadi betul kata pepatah " Diam itu Emas "
Seorang pemimpin yang anda harapkan apakah harus bersyarat seperti ini:
- Beriman dan taqwa kepada Tuhan YME
- Jujur dan amanah
- Adil dan bijaksana
- Cerdas dan pintar
- Berjiwa sosial dan dermawan
- Dekat dengan rakyat, tidak memikirkan diri sendiri
- Jabatan tidak untuk mencari kekayaan
- Mau berkorban untuk rakyatnya
Hebat sekali, menurut anda hari gini adakah manusia berjiwa malaikat seperti itu
Atau anda sendiri mampu memenuhi syarat tersebut di atas
Kalau tidak......, yah... terimalah pemimpinmu apa adanya sebagai seorang manusia
Tiba-tiba teringat statement seorang narasumber,
dalam sebuah seminar " Wawasan Kebangsaan "
" Apa korelasi antara rakyat dan wakil rakyat, kalau rakyat bekerja keras mencari penghasilan, ' beliau " mewakili rakyat tinggal menerima penghasilannya "
" Oh... begitu ya " pikirku dalam pusaran yang interpretible
Sebatang rumput rela diinjak-injak siapapun,
ia hanya berkata: " tugasku menyimpankan air untukmu "
Serumpun rumput rela dipotong setiap waktu,
iapun berkata " tugasku juga menyediakan makan ternakmu "
dan rumput tak pernah menyesali hidupnya.
Para pejabat dan elite politisi menamakan rakyat kecil,
dengan sebutan " massa akar rumput "
diposisikan pada level paling rendah, di bawah sepatu kekuasaan.
Padahal di hadapan Allah, rumput memiliki derajat tak serendah itu,
rumput mencukupi banyak kebutuhan mahluk yang dikatakan lebih tinggi,
demikian juga rakyat kecil.
Setetes embun yang membulatkan diri dalam kelopak bunga Lily,
bukannya tak serupa dengan kalian,
yang membulatkan jiwa dalam jantung Tuhan,
Pabila tetes embun pun berkata:
" Tapi seribu tahun aku tetap setitik embun "
maka jawablah dan katakan:
" Tidakkah kau tahu, bahwa cahaya segala warsa bersinar-sinar dalam siklusmu "
Sekecil apapun sebuah iman, ia tetaplah cahaya dalam hidupmu
( dari " Taman Sang Nabi " karya Kahlil Gibran )
Hidup ini terasa indah jika segalanya karena Allah
Dalam cinta teruji kesetiaan
Dalam amal teruji keikhlasan
Dalam sakit dan musibah teruji kesabaran
Dan kenyataannya selalu ada jalan keluar untuk menghadapi masa-masa sulit itu
Kehidupan terasa nikmat dan indah setelah melalui masa-masa sulit
" Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan " ( QS. Al-Insyirah: 6 )
" Satu malam pengantin yang dihadiahkan kepadaku tidak lebih aku sukai daripada malam yang dingin mencekam sementara aku berada dalam barisan yang esok hendak berjihad fi sabilillah "
Demikian penggalan kalam dari Si Pedang Allah yang Terhunus, Khalid bin Walid, sebagaimana tersebut dalam " Siyaru A'lam an-Nubala " karya Imam Adz-Dzahabi.
" Ketahuilah bahwa do'a seorang hamba tidak mesti diterima Allah, karena manakala Allah membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya " ( Abu Nawas )
Internet ( dunia maya ) ternyata pernah diprediksi oleh Jayabaya.
Pada bait ke 167 Serat Jayabaya disebutkan:
- Waskita pindha dewa,
- Ngerti sakdurunge winarah,
- Anguwingani jantraning jaman,
- Ngerti garise siji-sijine umat,
- Tan kewran sasuruping jaman.
Maksudnya:
- Manusia pintar seperti dewa ( mengerti dunia luar tanpa mengunjungi tempatnya )
- Bisa mengerti sebelum diajarkan
- Memahami roda perkembangan jaman
- Mengetahui semua sejarah umat manusia
- Tidak ketinggalan pengetahuan dan perkembangan jaman
Tentu saja semua itu didapat dari dunia maya ( internet )