Sekuntum asmara antara seorang Pangeran dan seorang Gadis dari desa Matah, berbingkai keindahan cinta yang agung namun bersinggungan dengan kematian, semboyan sang Pangeranpun sangat tersohor membuat miris dan menggetarkan jiwa " Mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh " atau dalam arti bebasnya " Mati satu mati semua, berjaya satu berjaya semua ".
Memang itu bukan saja semboyan sang Pangeran dalam memaknai cinta kepada sang kekasih, namun lebih pada cinta yang lebih tinggi derajatnya, yaitu cinta kepada tanah tumpah darahnya, dalam mengobarkan semangat melawan penjajahan Kompeni Belanda.
Kini lakon kisah cinta klasik antara Raden Mas Sa'id dengan gadis Rubiyah yang terbalut dalam kisah perjuangan melawan penjajah tersebut digarap secara kolosal, dalam pagelaran spektakuler di Taman Ismail Marzuki ( TIM ) pada 22 - 25 Juni 2012 ini, sebuah pagelaran Tari Jawa yang pernah mengguncang Teater Esplanade Singapura pada 2010.