Sebuah lebel kertas bermotif kayu dengan merk dagang tertera " Havana Extra Fine " menempel di kotak kayu sederhana, di dalamnya berisi 30 batang cerutu. Membaca merk itu pikiran saya langsung menuju ke Cuba, negara produsen cerutu terbesar dan terenak di dunia, namun setelah saya amati dengan teliti ternyata cerutu tersebut diproduksi di dalam negeri, lebih tepatnya produksi Pabrik Cerutu " Rizona " Temanggung, Jawa Tengah.
Saya memang bukan perokok, tapi komentar teman saya ketika mencoba cerutu itu " Surprise sekali rasanya, enak dan ringan, cocok untuk selera Indonesia, benar-benar mak nyus.... ". Sungguh membuat saya penasaran, bukan saya penasaran ingin merokok, namun penasaran ingin mengunjungi pabrik pembuatnya, toh masih di kota saya tercinta Temanggung.
Ketika saya berkunjung ke Pabrik Cerutu Rizona yang terletak di Jalan Diponegoro 27 Temanggung, kebetulan saya langsung bertemu pemiliknya Mulyadi Hartono, yang antuisias menyambut pengunjung, lalu mengajak saya berkeliling melihat-lihat proses produksi. Pembuatan cerutu Rizona masih dikerjakan dengan cara manual dan tradisional, kata Mulyadi Hartono untuk beralih cara modern dengan mesin, khawatir akan mengurangi cita rasa cerutu buatannya, lagi pula tenaga kerja yang sekarang ada akan banyak yang menganggur, oleh karena itu proses pembuatan cara lama sampai sekarang tetap di pertahankan.
Sampai dengan saat ini Mulyadi Hartono masih memperkerjakan 38 orang yang bekerja membersihkan daun tembakau, melinting sampai dengan mengepaknya ke dalam dus cerutu, sebagian besar karyawan adalah kaum perempuan, karena dianggap lebih telaten dan rapi dalam bekerja.
Pabrik cerutu Rizona adalah pabrik cerutu asli Temanggung yang berdiri sejak tahun 1909, jadi sudah berusia 103 tahun. Pabrik ini didirikan oleh Hoo Tjong An, setelah menimba ilmu pembuatan cerutu dari Philipina. Berbekal ilmu dari Philipina itu Hoo Tjong An mula-mula mendirikan pabrik kecil-kecilan dengan memperkerjakan warga sekitarnya. Nama Rizona diambil dari merk cerutu luar negeri.
Meskipun Temanggung merupakan penghasil tembakau terbaik di negeri ini, namun cerutu Rizona tidak memanfaatkan tembakau dari Sumbing - Sindoro, karena tembakau Temanggung itu terlalu tebal dengan tulang daun yang kekar sehingga akan patah dan sobek ketika digulung. Untuk bahan baku Rizona ia mendatangkan tembakau dari Jember Jawa Timur.
Konsumen cerutu Rizona zaman dahulu adalah orang-orang Belanda yang berada di Temanggung, seiring perkembangan zaman setelah memasuki masa kemerdekaan dimana konsumen utamanya sudah pulang ke negerinya, produksi Rizonapun menurun, bahkan sekarang telah tergeser oleh rokok kretek.
Tahun 1940 kepemimpinan Rizona oleh Hoo Tjong An diserahkan kepada anaknya Sunardi Hartono, setelah itu lima puluh tahun kemudian oleh Sunardi Hartono kendali perusahaan diserahkan lagi kepada anaknya Mulyadi Hartono sampai dengan sekarang.
Boleh dikatakan bahwa Rizona adalah industri cerutu turun-temurun, tugas Mulyadi Hartono adalah mengemban tanggung jawab dari leluhur untuk menjaga eksistensi Rizona, agar tetap bertahan di tengah konsumen yang makin sedikit.
Proses pembuatan cerutu dimulai dengan pengasapan tembakau, daun tembakau lalu difermentasi selama kurang lebih satu tahun, daun tembakau hasil fermentasi yang sudah pecah, tebal dan hitam dipilih sebagai isi cerutu. Sedangkan yang halus dan terang warnanya dipakai untuk bungkus lintingan tembakau.
Tembakau isi cerutu dirajang, sementara daun tembakau untuk pembungkus dibasahi air supaya tidak pecah, daun itu kemudian digulung melintang membungkus isi cerutu.
Agar lintingan benar-benar sempurna, cerutu dipres selama dua jam dalam cetakan kayu, kemudian dibungkus lagi dengan daun tembakau, kedua ujungnya dipotong sesuai ukuran, lalu cerutu dijemur untuk mengurangi kadar air. Setelah itu masih ada proses lagi, yaitu cerutu difumingasi agar tidak ada jamur dan serangga yang tinggal di daun, proses terakhir cerutu di peram selama dua bulan, baru kemudian dibungkus plastik dan dikemas dalam kotak. Ternyata membuat cerutu lebih rumit dari pada membuat rokok biasa.
Rizona mengeluarkan tiga merk cerutu yaitu: Kenner King Extra, Kenner Bollero dan Havana Extra Fine. Sekotak Kenner Extra King berisi 20 batang, dengan ukuran lebih besar dari pada dua merk lain. Untuk Kenner Bollero sedikit lebih kecil berisi sama 20 batang, sedangkan Havana Extra Fine berukuran paling kecil dengan isi tiap kotak 30 batang. Selain beda ukuran ketiga merk ini juga mempunyai rasa yang berbeda pula, disesuaikan dengan selera konsumen masing-masing.
Dalam sehari menurut Mulyadi Hartono, Rizona mampu menghasilkan 3.000 batang. Cerutu-cerutu tersebut dipasarkan ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Semarang dan Malang, pasar paling besar adalah Jakarta dan Bandung. Penasaran ingin mencoba cerutu produksi dalam negeri datang saja ke Jalan Diponegoro 27 Temanggung Jawa Tengah.