Sunday, October 28, 2012

Sebuah Catatan Kaki di Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2012





Mumpung belum terlupa, ada baiknya saya pindahkan sedikit catatan pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup, 5 Juni 2012 yang lalu ke dalam  Blog ini. Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini diperingati sebagai apresiasi atas Deklarasi Stockholm 5 Juni 1972, yang diakui sebagai tonggak kesadaran masyarakat dunia, atas pentingnya penanganan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Ada yang istimewa  pada peringatan kali ini, karena dirangkaikan dengan pencanangan Tahun Badak Internasional, tentu saja Indonesia yang berada diantara 11 negara tempat sebaran badak sangat mendukung, gagasan Presiden International Union for Conservation of Nature ( IUCN ) itu.


Pencanangan Tahun Badak Internasional merupakan bentuk kesadaran masyarakat dunia, tentang pentingnya komitmen, pandangan dan prinsip bersama, untuk secara kolektif melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan, tentu kita sepakat untuk melestarikan dan mencegah kepunahan badak yang tinggal tersisa di 11 negara, sebagaimana diamanatkan  KTT Bumi di Rio de Janeiro Brazil tahun 1992, yang menghasilkan kesepakatan global seperti, Kesepakatan Perubahan Iklim ( UNFCCC ), dan Kesepakatan Keanekaragaman Hayati ( UN CBD ).
Pada peringatan ke 20 KTT Bumi di Rio, Indonesia berperan sebagai Chairs High Level Eminent Person yang akan membahas capaian Millenium Development Goals, yang ditindak lanjuti setelah 2015.

Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini yang ditetapkan oleh United Nations Environment Progremme ( UNEP ) adalah “ Green Economy; Does it Include You ? “, untuk Indonesia tema itu disesuaikan menjadi  “ Ekonomi Hijau: Ubah Perilaku, Tingkatkan Kualitas Lingkungan “ yang berorientasi masa depan.
Prinsip Ekonomi Hijau tentu saja disesuaikan karakteristik, kondisi dan kebutuhan bangsa Indonesia, digulirkan pada proses penetapan berbagai bentuk kebijakan, perencanaan dan program, di berbagai sektor pembangunan ekonomi. Untuk mewujudkannya harus ada upaya, inisiatif untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, pengelolaan hutan, laut dan pesisir secara lestari. Seiring dengan pengembangan energi bersih dan terbarukan yang ramah lingkungan.



Hal yang mendasari adalah, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 104.00 km. Dengan kondisi geografis unik, yaitu berada di antara 2 benua Asia dan Australia, 2 samudera Pasifik dan Hindia, 2 alam biogeografis utama di antara garis Wallacea yaitu Indomalaya dan Australasia.  
Indonesia merupakan negara megabio-diversity, dengan keanekaragaman hayati sangat besar pada tingkat endemik tinggi, lebih dari 10 % keanekaragaman flora dan fauna hanya ditemukan di Indonesia, contohnya orangutan, gajah, harimau, badak dan ribuan sepsies burung dan sepsies tanaman.
Hutan Nusantara merupakan rumah bagi 12 % mamalia dunia, 16 % spesies reptil dan amfibi, serta 17 % spesies burung, dengan 10.000 spesies pohon di dalamnya.
Perairan Nusantara seluas 3,1 juta km2 menyimpan marine megadiversity, tercatat 700 jenis rumput laut, 450 jenis karang batu, 1.500 jenis moluska dan lebih 2.000 jenis ikan.


Fenomena perubahan alam yang ekstrim sudah mengancam ketahanan pangan dan keselamatan warga dunia, bayangkan konsentrasi gas karbondioksida di atmosfir saat ini mencapai 400 ppm ( part per million ) di Kutub Utara, peningkatan konsentrasi ini meningkatkan suhu permukaan bumi 3° celsius,  sementara kenaikan suhu 1,9° celsius saja telah menyebabkan berbagai bencana iklim, seperti kenaikan permukaan air laut yang telah menenggelamkan 24 pulau-pulau kecil selama periode 2005-2007.
Berbagai kejadian diatas membuktikan bahwa, model pembangunan yang selama ini dianut belum bersahabat dan membahayakan lingkungan, itu harus dirubah mulai sekarang.
Setiap negara di belahan dunia manapun harus punya komitmen untuk merubah model pembangunan ke arah Ekonomi Hijau, dengan usaha menurunkan emisi Gas Rumah Kaca setidaknya 26% sampai 41%, dengan strategi untuk mencapai ekonomi hijau adalah menjaga pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7% sembari menurunkan emisi karbon 26% dari proyeksi emisi di tahun 2020, namun dapatkah itu dilakukan.


Kalau pendekatan ekonomi model tersebut dapat dilakukan, maka akan menjadi lompatan besar, untuk meninggalkan praktek pembangunan ekonomi masa lalu, yang mewariskan permasalahan lingkungan.
Penerapan konsep ekonomi hijau harus dapat merubah paradigma pembangunan dan perilaku masyarakat, menuju kegiatan produksi yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Ekonomi hijau dapat dimaknai sebagai kemampuan yang melibatkan rakyat banyak secara produktif dalam perekonomian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Kemampuan menemukan dan membuat alat-alat produksi sendiri serta kemampuan menerapkan kemajuan teknik yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
Konsep ekonomi hijau harus terintegrasi utuh dan dapat diimplementasikan sesuai arah pembangunan yang pro-poor, pro-job, pro growth dan pro-environment, dimulai dengan hal-hal sederhana misalnya hemat air, hemat energi, menanam pohon dan sebagainya.

Pengelolaan lingkungan hidup menjamin kelangsungan ekosistem dengan flora dan fauna di dalamnya, kepunahan flora dan fauna disebabkan berkurangnya habitat asli, akibat kegagalan pengelolaan hutan dan pembangunan ekonomi yang tidak ramah lingkungan.
Budaya asli Indonesia sesungguhnya sarat nilai-nilai pengelolaan alam lestari, yang dilakukan oleh masyarakat adat selama ratusan tahun, misalnya panen sasi lompa msyarakat Maluku, kearifan lokal Dayak Iban di Kalimantan Barat dalam melindungi pohon madu atau bangris, atau pengelolaan damar suku Krui Lampung.
Spirit tahun badak internasional sebagai upaya pelestarian badak, dapatlah menjadi insiprasi untuk mengembalikan reputasi bangsa Indonesia sebagai global leaders pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan.

Model pemberian penghargaan lingkungan seperti Adipura untuk Bupati dan Walikota, Adiwiyata Mandiri untuk Sekolah dan Status Lingkungan Hidup Daerah ( SLHD ) sebagai apresiasi kepada para penerimanya dapat dijadikan motivator lapisan masyarakat. Segala bentuk inovasi dalam penyelamatan lingkungan sangat diharapkan dapat memberikan saham lebih banyak dalam penurunan emisi gas rumah kaca. Harapan lain juga tertuju pada program Green Province, Taman Keanekaragaman Hayati maupun pengelolaan gambut dan rehabilitasi pantai, lebih-lebih dapat bersinergi dengan aparat hukum yang siap menindak para pelanggar dan perusak lingkungan.
Kalau begitu okelah, kalau tahun badak internasional ini dijadikan momentum untuk mendobrak paradigma lama pembangunan yang tidak ramah lingkungan, menuju ekonomi hijau, merubah perilaku dan tingkatkan kualitas lingkungan yang berorientasi masa depan. GREEN ECONOMY, DOES IT INCLUDE YOU ?