Thursday, May 3, 2012

Dari Mata Air Jumprit Temanggung ke Borobudur



Dalam rangkaian peringatan Tri Suci Waisak 2556 BE tahun 2012 yang jatuh pada hari Minggu 6 Mei, pada hari Jumat 4 Mei telah dilakukan pengambilan air suci dari mata air sungai Progo Jumprit, pengambilan air suci ini dilakukan oleh para bhiku dan bhikuni dari berbagai Sangha.
Jumprit terletak di Kecamatan Ngadirejo, 26 km dari kota Temanggung, Jawa Tengah, Jumprit terletak pada ketinggian ±800 m dari permukaan laut, udara di tempat ini sangat sejuk dan airnya menyegarkan, itulah sebagian alasan kenapa pengambilan air suci dari Jumprit, mata air sungai Progo ini masih alami, bersih, higienis dan belum tercemar polusi. 
Di kawasan Jumprit selain sering dijadikan tempat ritual pengambilan air suci juga terdapat hutan wisata, serta tempat wisata spiritual, karena berdekatan dengan mata air itu terdapat sebuah petilasan Nujum Majapahit, atau lebih di kenal dengan nama Ki Ageng Jumrpit, banyak peziarah yang sering melakukan meditasi untuk memperoleh energi sipiritual atau keperluan-keperluan lain. Jumprit bisa dijangkau dari Wonosobo, Kendal dan Temanggung dengan mudah.


 

Suhandoko, salah seorang pengurus Walubi Temanggung, mengatakan, untuk pengambilan air suci Waisak di Jumprit sudah dibentuk kepanitiaan. "Ketua panitia tersebut bersifat nasional, dan warga Budha di daerah Temanggung hanya membantu panitia nasional," paparnya.
Pengambilan air suci adalah salah satu dari rangkaian ritual yang mengawali peringatan Tri Suci Waisak. Hari berikutnya, Sabtu 5 Mei diselenggarakan ritual penyalaan obor yang apinya berasal dari api abadi Mrapen di Desa Grobogan, Kabupaten Purwodadi, kemudian kedua unsur suci tersebut disemayamkan di Candi Mendut. Setelah sebelumnya terlebih dahulu dilakukan ritual memanjatkan Paritra ( puja-puji ) di altar Candi Mendut bersama ratusan umat Budha setempat.


Air suci sebelum disemayamkan di depan patung Sang Sidharta Budha Gautama air suci dan api suci tersebut dibawa berkeliling Candi Mendut sebanyak 7 kali. Air suci adalah sarana blessing yang sering dilakukan Sang Budha untuk menyalurkan getaran sakral saat berada di Wasali.
Setelah disemayamkan maka air suci dan api suci ini akan menajalani proses berikutnya, yaitu diarak berjalan kaki secara massal menuju Candi Borobudur untuk digunakan sebagai sarana puja bhakti.
Pengambilan dan penyemayaman air suci dan api suci ini dilakukan oleh para pimpinan Perwakilan Umat Budha ( Walubi ) beserta ratusan bhiku dan bhikuni dari 12 Sangha, diantaranya Sangha Teravada, Sangha Mahayana, Sangha Tantranaya, Sangha Tri Darma, Sangha Kasogana, Sangha Mapan Budi, dan Sangha Madatantri.

Pada puncak peringatan Waisak ribuan umat Buddha akan berkumpul di Candi Borobudur untuk melakukan prosesi ritual suci Waisak 2556 BE dengan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali (pradaksina) dan pelepasan sekira 1.000 lentera puja ke langit sebagai simbol pencerahan bagi seluruh alam semesta. Tema perayaan Waisak tahun ini adalah, Meningkatkan Metta dan Karuna”  (Meningkatkan cinta kasih dan welas asih) dan sub temanya, yaitu, Pencerahan Menuju Manusia Arif dan Bijaksana”.
Tahun ini perayaan Waisak jatuh pukul 10.34.49 WIB dimana detik-detik perayaannya berlangsung di Candi Mendut kemudian berjalanan kaki menuju Candi Borobudur sekira 3 jam, dari pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Ritual di Candi Borobudur sendiri akan dimulai pukul 19.00 hingga 21.00 WIB.



Waisak dirayakan setiap tahun pada bulan purnama di bulan Mei atau di bulan Sidhipurnama. Waisak merupakan ritual memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddharta Gautama yang dikenal sebagai Tri Suci Waisak, yaitu: pertama, kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623SM. Kedua, pencerahan (nirwana) di mana Pangeran Siddharta menjadi Buddha di Bodhgaya pada usia 35 di 588 SM, dan ketiga, wafatnya (Parinirvana) Buddha Gautama diKusinara pada usia 80 di 543 SM.
Di India Waisak dikenal dengan Visakah Puja atau Buddha Purnima, di Thailand Visakha Bucha, sementaradi Indonesia dikenal dengan nama Waisak. Secara global perayaan ini dikenal sebagai Vesak (bahasa Pali) yang berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu’vaiśākha’
Selama perayaan Waisak, Candi Borobudur tetap dibukan tetapi pengunjung wajib mematuhi peraturan agar perayaan Waisak dapat berjalan lancar.