Dalam rangkaian peringatan Tri Suci Waisak 2556 BE
tahun 2012 yang jatuh pada hari Minggu 6 Mei, pada hari Jumat 4 Mei telah dilakukan pengambilan air suci dari mata air sungai Progo Jumprit, pengambilan air suci ini
dilakukan oleh para bhiku dan bhikuni dari berbagai Sangha.
Jumprit terletak di Kecamatan Ngadirejo, 26 km dari kota Temanggung, Jawa
Tengah,
Jumprit terletak pada ketinggian ±800 m dari permukaan laut, udara di tempat
ini sangat sejuk dan airnya menyegarkan, itulah sebagian alasan kenapa pengambilan air suci dari Jumprit, mata air sungai Progo ini masih alami, bersih, higienis dan belum tercemar polusi.
Di kawasan Jumprit selain sering dijadikan tempat ritual pengambilan air suci juga terdapat hutan wisata, serta tempat wisata spiritual, karena berdekatan dengan mata air itu terdapat sebuah petilasan Nujum Majapahit, atau lebih di kenal dengan nama Ki Ageng Jumrpit, banyak peziarah yang sering melakukan meditasi untuk memperoleh energi sipiritual atau keperluan-keperluan lain. Jumprit bisa dijangkau dari Wonosobo,
Kendal dan Temanggung dengan mudah.
Suhandoko, salah seorang pengurus
Walubi Temanggung, mengatakan, untuk pengambilan air suci Waisak di Jumprit
sudah dibentuk kepanitiaan. "Ketua panitia tersebut bersifat nasional, dan
warga Budha di daerah Temanggung hanya membantu panitia nasional,"
paparnya.
Pengambilan air suci adalah salah satu dari rangkaian ritual yang mengawali peringatan Tri Suci Waisak. Hari
berikutnya, Sabtu 5 Mei diselenggarakan ritual penyalaan obor yang apinya
berasal dari api abadi Mrapen di Desa Grobogan, Kabupaten Purwodadi, kemudian kedua unsur suci tersebut disemayamkan di Candi Mendut. Setelah sebelumnya terlebih dahulu dilakukan ritual memanjatkan Paritra ( puja-puji ) di altar Candi Mendut bersama ratusan umat Budha setempat.
Air suci sebelum disemayamkan di depan patung Sang Sidharta Budha Gautama air suci dan api suci tersebut dibawa berkeliling Candi Mendut sebanyak 7 kali. Air suci adalah sarana blessing yang sering dilakukan Sang Budha untuk menyalurkan getaran sakral saat berada di Wasali.
Setelah disemayamkan maka air suci dan api suci ini akan menajalani
proses berikutnya, yaitu diarak berjalan kaki secara massal menuju Candi Borobudur
untuk digunakan sebagai sarana puja bhakti.
Pengambilan dan penyemayaman air suci dan api suci ini dilakukan oleh para pimpinan Perwakilan Umat Budha ( Walubi ) beserta ratusan bhiku dan bhikuni dari 12 Sangha, diantaranya Sangha Teravada, Sangha Mahayana, Sangha Tantranaya, Sangha Tri Darma, Sangha Kasogana, Sangha Mapan Budi, dan Sangha Madatantri.
Pada puncak peringatan Waisak ribuan umat Buddha akan berkumpul di Candi Borobudur untuk melakukan prosesi
ritual suci Waisak 2556 BE dengan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga
kali (pradaksina) dan pelepasan sekira 1.000 lentera puja ke langit sebagai simbol
pencerahan bagi seluruh alam semesta. Tema perayaan Waisak tahun ini adalah, “Meningkatkan Metta dan Karuna” (Meningkatkan cinta kasih dan
welas asih) dan sub temanya, yaitu, “Pencerahan Menuju Manusia
Arif dan Bijaksana”.
Tahun ini
perayaan Waisak jatuh pukul 10.34.49 WIB dimana detik-detik perayaannya berlangsung di Candi Mendut kemudian berjalanan kaki menuju Candi Borobudur
sekira 3 jam, dari pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Ritual di Candi Borobudur
sendiri akan dimulai pukul 19.00 hingga 21.00 WIB.
Waisak dirayakan
setiap tahun pada bulan purnama di bulan Mei atau di bulan Sidhipurnama. Waisak
merupakan ritual memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddharta
Gautama yang dikenal sebagai Tri Suci Waisak, yaitu: pertama,
kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623SM. Kedua,
pencerahan (nirwana) di mana Pangeran Siddharta menjadi Buddha di Bodhgaya pada
usia 35 di 588 SM, dan ketiga, wafatnya (Parinirvana) Buddha Gautama
diKusinara pada usia 80 di 543 SM.
Di India Waisak
dikenal dengan Visakah
Puja atau Buddha Purnima, di Thailand Visakha Bucha, sementaradi
Indonesia dikenal dengan nama Waisak. Secara global perayaan ini
dikenal sebagai Vesak (bahasa Pali) yang berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu’vaiśākha’.
Selama perayaan
Waisak, Candi Borobudur tetap dibukan tetapi pengunjung wajib mematuhi
peraturan agar perayaan Waisak dapat berjalan lancar.