Saturday, May 19, 2012

Kerajinan Bambu Cendani dari Celah Gunung Sindoro dan Gunung Prahu



Matahari baru saja terbit di ufuk timur, dengan sinar kuning keemasan, pagi masih dingin di sebuah daerah terpencil di celah gunung Sindoro dan gunung Prahu, namun masyarakat Desa Wates Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung telah sudah tampak sibuk, menyongsong sinar keemasan matahari pagi itu dengan penuh harapan, ada yang pergi ke sawah dan ladang , ada pula yang berangkat ke pasar membawa hasil bumi. 
Namun ada juga beberapa warga masyarakat yang memulai aktifitas pagi itu dengan kegiatan yang tidak seperti warga lainnya. Sekelompok warga desa yang tergabung dalam Gapoktan Gemah Ripah tengah memulai sebuah harapan baru,  tidak disangka di daerah terpencil itu telah tumbuh sekelompok pengrajin yang memproduksi aneka furniture dan handy craft dari Bambu Cendani.






Di sebuah ruang pamer rumah penduduk setempat, yang tak lebih dari sebuah bengkel kerja nampak beberapa hasil kerajinan yang cukup menarik telah terpajang seperti: sketsel ( sekat ruangan ), meja kursi, pot bunga, lampion, dan berbagai hiasan ruangan lainnya, semua terbuat dari bambu cendani yang boleh dibanggakan.

Pagi itu Joko ( 30 th ) di bengkel kerjanya tengah membuat sketsa kerajinan yang akan dijadikan model atau pola, sementara  tiga belas orang warga desa yang tergabung dalam Gapoktan Gemah Ripah sibuk dengan tugas masing-masing, ada yang bertugas menyortir bambu yang berkualitas bagus, atau bagian meratakan ruas dan menghaluskan bambu. Kelompok yang lebih terampil mengambil bagian memotong, membengkokkan dan merakit sesuai sketsa atau pola yang telah dibuat, masing-masing mempuyai peran sesuai dengan keahliannya, mulai dari menebang, menjemur sampai dengan memasarkan.
   

Ketua Gapoktan Gemah Ripah, Setyoko mengatakan bahwa warga desa Wates ini telah memulai kegiatan handy craft ini cukup lama, setelah sebelumnya mendapat pelatihan dari Pemerintah Kabupaten Temanggung. " Gapoktan ini dibentuk atas inisiatif bersama, untuk pembiayaan masih dari swadaya anggota kelompok, dan sedikit subsidi dari Kas Desa ", patut kita acungkan jempol untuk semangat Gapoktan ini, untuk kemandirian mereka dalam menyongsong harapan baru. Tidak hanya menunggu uluran tangan dan bantuan dari pihak luar.

Pilihan mereka untuk menjadi pengrajin bambu cendani ini cukup beralasan, karena di desa Wates bahan baku bambu cendani cukup berlimpah, sepanjang jalan menuju desa bambu jenis cendani tertanam berjajar memagari tepian jalan, dan selama ini tidak dibudidayakan dengan baik, paling-paling hanya untuk tangkai sapu, atau mainan anak-anak  saja.

Dalam beberapa tahun terakhir sumberdaya alam desa Wates ini telah disulap menjadi aneka kerajinan bernilai jual, hasil produksi Gemah Ripah sudah mulai dipasarkan di banyak kota di Jawa Tengah, melalui berbagai pameran-pameran kerajinan. Harganyanya beragam mulai dari puluhan hingga ratusan ribu rupiah sesuai dengan jenis dan bentuk kerajinan.

Kepala Desa Wates Sri Catur mengatakan bahwa hasil karya Gapoktan Gemah Ripah ini cukup mendapat sambutan baik di setiap pameran, terbukti dengan banyaknya transaksi yang dihasilkan, bahkan selalu terjual habis. Setyokopun menambahkan kalau kelompoknya siap memproduksi besar-besaran, karena berbagai sumber daya telah tersedia, baik bahan baku yang cukup banyak, tenaga terampil maupun peralatan yang telah memadai. Harapan Setyoko hanya satu yaitu akses ke pasar di luar daerah dan bantuan promosi yang diharapkan  dari pihak terkait, baik dari Pemerintah Kabupaten maupun pihak Swasta.

Memang masalah promosi dan pemasaran masih menjadi kendala Gapoktan Gemah Ripah ini, ayo siapa yang berminat menanam investasi di bidang handy craft ini, Gapoktan Gemah Ripah siap menjawab minat anda. Satu harapan semoga Gapoktan ini untuk bisa membuat Gemah Ripah desa Wates terrealisasi, semoga sukses !