Saturday, May 19, 2012

Tim LPM UGM Meneliti Tanah Longsor Kedopokan Temanggung



Senin 7 Mei 2012, warga dusun Kedopokan desa Tlogopucang Kecamatan Kandangan yang berada di bawah sebuah perbukitan terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Karena di kawasan perbukitan yang mereka tinggali itu terjadi longsor,  muncul beberapa retakan tanah selebar 10 sampai dengan 30 centimeter sepanjang hingga 200 meter, kondisi tanahpun terus bergerak.
Beberapa rumah wargapun terpaksa dibongkar, karena tanah yang menyangga bangunan telah ambles, sehingga membahayakan penghuninya, beberapa warga setempat menuturkan bahwa malam sebelumnya tanah telah bergerak sebanyak dua kali, dan pagi harinya bergerak sangat keras, menimbulkan suara gemuruh yang membuat warga panik berlarian menyelamatkan diri.
Bantuan dari berbagai pihakpun mengalir ke Kedopokan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Temanggung langsung mendistribusikan logistik ke sejumlah Posko Pengungsian.
Fenomena tanah bergerak di Kedopokan tersebut mengundang Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Gajah Mada Yogyakarta untuk melakukan kajian dan penelitian, kajian dari hasil penelitian akan dijadikan salah satu bahan pijakan pengambilan kebijakan atas kondisi tanah di dusun tersebut.



Hal itu disampaikan Ketua Program Magister Pengelolaan Bencana Alam Fakultas Teknik UGM, Rachmad Jayadi, yang memimpin Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat saat mengadakan penelitian di lokasi (Kamis 17/5) lalu. Menurutnya, kajian di lapangan untuk mengetahui fenomena terjadinya tanah longsor di perbukitan wilayah Kedopokan.
"Kajian lapangan untuk mengetahui fenomena longsor, hasilnya akan disampaikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung, apa yang terjadi sebenarnya bukan tanah bergerak , tapi lebih pada longsor" katanya.
Tim yang terdiri dari Rachmad Jayadi, Dwikorita Karnawati, Teuku Faisal Fathani, dan Haryo, itu melakukan observasi lapangan dan mengkaji secara teknis kejadian longsor. Penelitian sendiri meliputi pemetaan tanah, mengukur derajat kemiringan, serta mengambil sampel tanah dan batuan.
Sementara itu menurut Dwikorita, tingginya intensitas hujan diperkirakan menjadi salah satu pemicu terjadinya longsor, terlebih kontur dan keadaan tanah di wilayah itu tergolong gembur, lainnya, kombinasi antara kemiringan serta pemotongan lereng untuk jalan serta bangunan. Dikatakan, secara geografis dusun Kedopokan terletak pada bentang lembah dengan lokasi hunian berada di kemiringan tebing atau ceruk.
Lebih jauh dia menambahkan, struktur tanah yang ada di dusun tersebut terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan paling bawah Tuf yang terbentuk dari abu vulkanik yang terkubur ribuan tahun.

Adapun lapisan kedua bernama Breksi, lapisan ini terdiri dari batuan yang sudah mulai lapuk, sedangkan lapisan teratas ialah tanah liat. 
Kendati demikian, dia menuturkan belum bisa langsung menyimpulkan kebenaran atas fenomena di dusun Kedopokan. Pihaknya akan membawa sampel tanah untuk diteliti dalam waktu kurang dari satu minggu dan hasilnya akan dikirim ke BPBD Temanggung.
Warga Kedopokan berharap hasil penelitian segera bisa diketahui, sebab selama ini mereka cemas akan bahaya yang sewaktu-waktu datang mengancam keselamatan jiwa.
Kepala Dusun Kedopokan Alwani, mengatakan sampai saat ini ada 25 warganya yang memilih mengungsi, karena khawatir terjadi longsor susulan, Mereka pindah ke rumah saudaranya atau memanfaatkan lahan milik pribadi di tempat aman. Hingga kemarin kata Alwani, masih tercatat 52 keluarga mengungsi di gedung Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ), dan rumah sanak keluarga. 

( sumber "Suara Merdeka" Sabtu 19 Mei 2012, K41-28 )