Sebuah kisah selalu saja berawal dari cinta, sepertinya para pujangga telah kehabisan inspirasi lain, selain cinta. Memang karena cinta kehidupan lahir dan meniti perjalanan kisah selalu atas nama cinta.
Karena cinta pula Resi Gautama seorang pertapa sakti, dengan rasa cemburu yang tak termaafkan mengutuk istrinya menjadi patung, lalu Sang Resi membuang Cupumanik pemberian Bathara Surya Sang Dewa Matahari kepada istrinya ke dalam telaga. Tiada disangka cupumanik tersebut menjadi rebutan ketiga putra-putrinya, kedua putranya terjun ke telaga mencari cupumanik, deburan air telaga memercik wajah sang adinda Dewi Anjani, membuat wajah cantiknya berubah menjadi kera, demikian juga kedua kakaknya Sugriwa dan Subali keduanyapun terkena kutuk menjadi kera juga.
Penyesalan Sang Resi tiada dapat mengembalikan wujud putra-putrinya, maka Resi Gautama memerintah ketiga putra-putrinya untuk bertapa memohon Sang Dewata agar mengembalikan wujud mereka.
Salah satu dari mereka Sang Putri Dewi Anjani menjalani pertapaannya di dalam sebuah telaga, Bathara Guru yang mengetahui wujud asli Dewi Anjani jatuh cinta melihat Sang Putri, dari kahyangan beningnya telaga memancarkan keindahan tubuh Sang Putri, membuat Bathara Guru menitikkan kama.
Kama Bathara Guru pun bersemayam di rahim Dewi Anjani, maka lahirlah seorang bayi kera putih yang diberi nama Hanoman, takdir dewapun tersandang kepada Hanoman bahwa kelak akan menjadi ksatria sakti yang mengalahkan segala angkara murka.