Di tahun 70an tontonan wayang orang maupun kethoprak boleh berjaya di hati masyarakat Jawa, khususnya di kawasan lereng gunung Sindoro - Sumbing saat musim tembakau tiba sudah punya lengganan tontonan wayang orang atau kethoprak " Wahyu Budaya " di tobong alun-alun kota Temanggung, kini ketika media massa televisi telah meraja sampai ke pelosok-pelosok desa, tontonan itu seperti hanyut terkena tsunami budaya. Dan tak dikenal lagi oleh banyak generasi muda sekarang.
Bagi saya yang menarik dalam tontonan tradisional seperti wayang orang atau kethoprak tersebut adalah penggunaan bahasa Jawa yang bagus, narasi ataupun dialog yang indah dalam bahasa ibu, baik bahasa Jawa Ngoko maupun Krama Inggil. Sayang sekali kini kita tak kan bakal ketemu lagi tobong seperti itu di kota Temanggung, padahal tontonan kesenian itu dapat digunakan untuk belajar dan nguri-uri bahasa ibu.
Seperti yang terungkap dalam " Refleksi Hari Bahasa Ibu " di Fakultas Bahasa dan Seni ( FBS ), Universitas Negeri Semarang ( Unnes ), Jum'at ( 22/2/2013 ), bahwa kualitas bahasa daerah khususnya bahasa Jawa terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Menurut dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS Unnes, Widodo, menurunnya kualitas bahasa Jawa sebagai bahasa ibu di Jateng diakibatkan oleh terjadinya migrasi kebahasaan. Lebih lanjut Widodo mengatakan tanpa usaha konkret dan komitmen dari masing-masing individu untuk menumbuhkan dan mempertahankan rasa kecintaan, tidak lama lagi bahasa Jawa akan punah.
" Catatan UNESCO, ada 10 bahasa daerah yang punah tiap tahun, bahkan diprediksi laju kepunahan tersebut akan semakin cepat, hampir sekitar 6.000 bahasa ibu yang terancam punah di seluruh dunia pada abad 21 ini " jelas Widodo.
Menyadari kenyataan seperti yang diungkapkan dosen FBS Unnes tersebut, tentu kita harus segera bersikap, tentu saja sudah menjadi kewajiban setiap generasi untuk menjaga bahasa Jawa agar tetap hidup dan berkembang di era modernisasi seperti sekarang ini. Kebanggaan bertutur dalam bahasa Jawa pun harus semakin ditumbuhkan sebagai sikap dan loyalitas pada bahasa ibu.
Memang sekarang banyak para ibu yang mengajarkan bicara anaknya dengan
bahasa Indonesia, memang tidak salah karena kita juga harus menjunjung
tinggi bahas persatuan, namun alasan yang mendasari sang ibu adalah,
agar ketika sekolah nanti anak akan mudah menerima pelajaran, karena
bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa Indonesia. Nah, sekarang jadi
jelas permasalahannya, lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi benteng pertahanan terakhir justru kurang memberikan tempat.
Penekanan memang harus diupayakan di tingkat dasar, dan dioptimalkan di lingkungan pendidikan. Dan tanpa adanya usaha dalam berbagai aspek, mustahil bahasa daerah akan mampu bertahan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan formal mupun non formal.
" Di lingkungan kampus, kamipun terus paksa para mahasiswa sebagai generasi muda untuk terus menjaga bahasa ibu, salah satunya saat berkomunikasi baik antar sesama mahasiswa maupun dengan dosennya " tandasnya.
Ketua Jurusan Bahasa Jawa FBS Unnes, Yusro Edy Nugroho juga menambahkan bahwa refleksi tidak sekedar dilakukan pada generasi yang sudah dianggap tua atau dewasa saja, tetapi juga harus diperkenalkan kepada para generasi muda. Refleksi tersebut juga sekaligus sebagai salah satu bentuk sosialisasi dalam usaha memperkenalkan, mempertahankan dan mengembangkan bahasa daerah di tengah-tengah masyarakat.
" Kaidahnya telah ada. Sebenarnya untuk mempertahankan bahasa itu perlu menyesuaikan diri dengan zaman. Harus diakui, bahasa Jawa berbeda strukturnya dengan bahasa Indonesia, tetapi sesuai perkembangannya, bahasa Jawa seakan berstruktur bahasa Indonesia " tutur Yusro.
Lebih lanjut Yusro menjelaskan bahwa, menurutnya bahasa daerah mengandung kearifan lokal, berbagai inovasi untuk menjaga dan melestarikannya sebenarnya dapat dilakukan siapapun, salah satu caranya dengan menggagas penyelenggaraan TOEFL bahasa Jawa.
" Kami sedang menggagas TOEFL bahasa Jawa. semoga bisa terealisasi, sehingga dapat mendukung kelokalan, kami optimis akan dapat terealisasi " Yusro menegaskan.